After | Han Seungwoo ✔

By aigojinjja

29.6K 4.7K 312

Arin yang awalnya asing dengan kebaikan dan perhatian, kini perlahan mulai membuka mata. Hati yang tulus dan... More

Pertemuan Pertama
Pertemuan Tidak Terduga
Rumor Tentang Pasien
Sepotong Episode Masa Lalu
Ketegangan
Berbagi Itu Indah
Sarapan Bersama
Perhatian Atau Berlebihan
Di Balik Nama
Melangkah Selangkah
makam
pulang
makan malam
jamuan
aneh
sedih
makian
berhenti
berarti
penasaran
kematian
penasaran lagi
keluar
makan siang
pentas
after (1)
after (2)
debat
coklat
alasan
rahasia
ingat
after (3)
main
salah
after (4)
gosip
pulang lagi
kado
after (5)
end(ing)
hidden story .1
hidden story .2
after (6)
after (7)
after (8)
after (9)
after (10)
after (11)
after (13)
after (14)
after (15)
after (16)
after (17)
after (18)
after (19)
after (20)
after (21)
after (22)
after (23)
after (24)
after (25)
after (26)
after (27)
after (ending)
.epilog

after (12)

293 57 3
By aigojinjja

biar ga lupa
votement juseyo 🙈

"... from now on, you can live as good as you want. You are old enough to lead your own way. Mulai sekarang papah lepas tangan sama keinginan kamu ..."

"... tapi turuti satu saja permintaan papah ..."

Ini sudah hampir empat pekan lamanya sejak kejadian papahnya yang tiba-tiba datang ke rumah secara diam-diam.

Dan Arin masih larut dengan satu hal yang membuatnya merasa tak nyaman.

Dia memutuskan untuk kembali ke rumah sakit setelah satu bulan lebih perawatan dan pemulihan di rumah.

Ya meskipun harus banyak debat dengan Seungwoo, Jiho, Mingyu, Prof Johnny, bahwa dia benar-benar sudah pulih dan bisa menjalankan kewajibannya kembali.

Orang rumah ga banyak yang ikut campur tangan. Papahnya tampak sungguh-sungguh untuk tidak banyak mencampuri urusan anak putrinya mulai saat itu. Beliau hanya sesekali memeriksa dan mengingatkan, dengan cara yang lebih baik dari sebelumnya.

Rian? Bocah itu mungkin tipe-tipe tsundere, yang keliatannya ga peduli sama sekali tapi dia yang paling khawatir.

Dan akhirnya di sini, di rumah sakit, Arin merasa banyak yang berubah. Orang-orang jadi sedikit banyak khawatir dengan keberadaannya. Menurut Arin itu membuatnya cukup ga nyaman.

"Dokter Arin gapapa?"

"Ada yang sakit ga dok?"

"Mau istirahat sebentar?"

"Biar saya gantiin dok, dokter Arin silahkan istirahat aja."

Hey, Arin kembali ke rumah sakit karena dia masih punya tanggungjawab atas pekerjaannya. Jadi wajar kalo dia banyak gerak atau lelah seperti biasa.

Arin mungkin sedikit bersyukur karena ga ada media yang membahas soal kasus kecelakaannya. Mungkin papah sudah membereskannya dengan tangan emas yang beliau punya.

Tapi kenapa di rumah sakit, semua orang memperlakukannya seperti dia adalah barang antik yang bisa pecah kapan saja. Sangat berhati-hati dan penuh waspada.

Dan yang paling keliatan beda adalah profesor Johnny.

"Yap. Oke. Bagian ini saya terima. Kamu bisa lanjut penelitian yang kemarin sekaligus persiapan buat sidang tesis bulan depan."

Semudah itu? Bahkan Arin ga yakin kalo prof Johnny memeriksa berkasnya dengan baik.

"Prof, mohon maaf sebelumnya. Mungkin berkas ini saya tinggal di sini dulu ya prof. Besok saya minta lagi kalau sudah ada beberapa revisi dari-"

"Semuanya lulus, Rin. Semuanya sudah benar, sesuai dengan revisi yang saya berikan di pertemuan sebelumnya. Kamu bisa lanjut sekarang."

Prof Johnny mengakhiri pernyataannya sambil mengangguk beberapa kali. Tangan beliau memberi sinyal untuk keduanya, Arin dan Mingyu, agar segera keluar dari ruangan.

"Rin, beneran itu prof Johnny udah kelar. Yuk balik keburu dia berubah pikiran." Bisik Mingyu pelan dan sedikit cemas.

Memaksa Arin untuk keluar dari sana dengan menarik ujung snelli-nya setelah membungkuk memberi salam ke arah si dokter senior.

"Lo, jangan ikut-ikutan jadi baik kaya mereka."

"Gue? Engga lah. Gue kan udah baik sama lo dari lama, Rin. Dari SMA. Nih ya, persahabatan itu bagai kepompong. Mengubah ulat menjadi kupu-kupu."

Arin mendengus. "Apa hubungannya?"

"Ga ada. Udah sana jalan. Balik ke kantor."

***

"I'm worried about one thing."

"Apa?"

"Permintaan papah."

Seungwoo memutar badannya.

Memberi atensi penuh ke arah si lawan bicara yang tampak mood-nya sedang tidak baik di hari pertamanya kembali bekerja.

"Papah minta saya baikan sama mami. Tapi kayanya saya ga bisa."

"Bukannya kamu bilang kalian udah akur?"

Arin menggeleng. "Belum dok. Mami melakukan sesuatu yang bikin saya takut sampai sekarang."

Seungwoo gatau apa yang terjadi dengan Arin sampai wanita itu punya trauma dengan ibu tirinya itu. Pria itu meraih sebelah tangan Arin lalu diusapnya pelan.

"Mami itu tipikal ibu tiri yang perfeksionis. Beliau sifatnya hampir mirip kaya papah, sebelas dua belas. Ingin anaknya jadi orang hebat, sesuai rencana mereka."

"Sampai Rian lahir waktu saya umur sebelas tahun, mami berhenti ganggu saya dan mulai berulah ke anaknya sendiri."

"Tapi mami benar-benar berubah setelah Rian coba bunuh diri waktu itu, dok. Mami berhenti untuk ambisius dan jadi orang tua tipe pendukung."

Seungwoo bisa melihat kilat kesedihan di netra si kekasih. Sekarang tangannya berubah menggenggam, memberi kekuatan yang tak kasat mata.

"Bodohnya saya malah ikutan coba bundir kaya Rian. Kalo dipikir lagi, keliatan banget saya masih belum dewasa." Jelas Arin yang tampaknya jadi sesi terakhir dari cerita panjangnya.

Arin menghela nafas panjang yang berujung hening kemudian.

"Iri itu wajar, Rin. Apalagi di posisi kamu sekarang. Tapi saya lega kamu masih bisa menguatkan diri supaya ga jadi menyakiti diri kamu sendiri. Yang waktu itu saya pergoki-"

Seungwoo ga akan pernah lupa tentang yang satu itu.

Mungkin sepanjang hidupnya dia sering liat ada berita orang depresi lalu bunuh diri, tapi ga pernah membayangkan kalo akan menemui salah satu dari sekian banyak korban depresi.

Seungwoo masih ingat waktu itu dia mencoba tetap tenang meskipun hatinya bergetar, cemas kalo Arin masih punya niat untuk mengakhiri hidupnya.

"Jadi, soal permintaan papah kamu, kamu mau gimana? Rencana kamu apa?"

Menggiring Arin untuk mencari jalan keluar mungkin adalah cara terbaik menurut Seungwoo untuk membantu wanita itu.

Dia ga pernah punya pengalaman merasa tertekan oleh seseorang sampai lukanya membekas. Jadi dia ga tau solusi terbaik apa untuk masalah ini.

Arin masih diam beberapa saat.

"Mau coba ngobrol baik-baik sama mami kamu?" Tanya Seungwoo.

"Kayanya saya ga bisa dok. Liat mata mami aja saya ga kuat."

Seungwoo heran, sebesar itu kah pengaruh ibu tirinya, sampai Arin ga bisa melihat sosok beliau?

Padahal kalau dari segi penampilannya, bu Choi terlihat lebih tenang dibanding istri-istri jenderal pada umumnya. But, don't judge the book by the cover.

"Mungkin memang kamu butuh waktu buat yang satu itu. Tapi papah kamu pasti betul-betul ingin kamu akur sama mami kamu, karena kebebasan hidup kamu yang jadi jaminan."

Arin masih abu-abu. Dia sepenuhnya setuju dengan Seungwoo, kalo dia masih butuh banyak waktu untuk memikirkan hal itu hingga matang.

Waktu dia dirawat kemarin, mungkin mami memang jadi lunak ke dia, bahkan rela menunggui dan merawat Arin sampai dia diperbolehkan pulang. Tapi bukan berarti Arin bisa membuka hati untuk ibu tirinya itu.

Ddrrtt ddrrtt ddrrtt

"Bentar dok."

Seungwoo mempersilakan Arin menerima panggilannya. Menunggu si wanita usai dengan urusannya, dia mengirim beberapa pesan ke anaknya untuk menunggu di rumah sedikit lebih lama.

"Dok, saya harus balik sekarang."

"Kamu ga pulang?"

"Saya tidur di kamar jaga. Sekalian minta tolong Mingyu buat tesis."

Pria itu mengangguk. "Jangan kebanyakan pikiran ya. Istirahat kalo udah capek."

"Ya dok." Jawab Arin terburu-buru sambil melepas sabuk pengamannya.

"Eh, sebentar Rin."

Arin berbalik begitu Seungwoo menahan lengannya. Tak curiga apa yang akan dilakukan pria itu.

Namun dia tercekat saat Seungwoo memberi kecupan singkat di bibirnya. Netranya mengerjap beberapa kali karena tiba-tiba ada sensasi aneh yang menjalari sekujur tubuhnya.

"One second of my happiness. Kasih tau saya apa yang bikin kamu bahagia dalam satu detik, biar saya kabulkan. Dah sana, balik. Semangat ya."






akhgsjdfkdjdlsbfkd
tolong kasih tau kalo part ini ga jelas >.<

Continue Reading

You'll Also Like

40.6K 3.1K 27
Dijodohkan dengan mantan pacar, dan harus terlibat hubungan yang rumit dengan 'teman-teman' dari mantan pacarnya. Eann, Arveann Armadi, gadis yang ba...
15M 537K 59
Diana Ravenska Wijaya Dulu, ia hanya seorang gadis gendut, berkacamata tebal serta kutu buku. Tetapi sekarang Diana adalah wanita yang paling diidamk...
24.5K 2.4K 27
R.O.D (Ride or Die) -sequel Blue- kisah cinta memiliki pasang surut mereka sendiri. begitu juga kisah kita, kata pisah sudah bukan hal yang menyedihk...
940K 51.7K 34
Olla Agustine Bosse Dia arogan, playboy, egois, tak berhati dan suka seenaknya saja. Dia menganggap semua orang itu adalah sebuah properti. Aku benar...