BEAUTIFUL TIMES [MARKREN]

By Markrentown

63.6K 4.6K 662

"When we look back, like the panorama inside a movie, a beautiful time is drawn." Oneshoot collection of Mark... More

00. Hello
01. Holding On
02. Mark Hyung
03. Forever With You
04. Candlelight Dinner Becomes Wild
05. First Snow
06. Daisy
07. Meet My Mom
08. Merci, Renjun
09. One Day In December
10. You & I + Child = Happy
11. Regret
12. Longing
13. Imagination Friend
14. Time With You
00.2 Hello 2.0

Perfect Photograph

1.4K 110 7
By Markrentown

Tittle : Perfect Photograph

Genre : Slice of Life

Rated : T

Author : claireblossom_

.
.
.

.
.
.

Mark POV

Hai, aku Lee Minhyung, kalian bisa memanggilku Mark.

Setiap orang pasti memiliki kriteria pasangan idaman bukan? Begitu juga aku. Banyak orang yang bertanya padaku, seperti apa tipe idamanku, apakah aku suka seseorang yang lucu, atau aku suka seseorang yang bersikap malu-malu? Bayangkan saja, bahkan saat itu aku belum genap berusia sepuluh, namun aku sudah mendapatkan pertanyaan seperti itu.

Awalnya aku menjawab itu semua dengan kalimat ambigu seperti 'Bisa jadi' uhm maksudku, siapa anak kecil yang sudah memikirkan masa depannya terlalu cepat. Namun sekarang aku sudah menginjak kepala dua, waktu yang tepat untuk mulai mencari tambatan hati, dan sejak malam itu aku akhirnya telah menentukan kriteria pasangan idealku.
.
.
.

Author POV

"Astaga, hahaha lucu sekali orang itu" seorang pria berusia 30 tahunan itu tertawa keras sambil menonton layar di depannya yang menunjukkan seorang idola anak muda jaman sekarang yang bertingkah lucu itu.

"Papa ih, jangan kenceng-kenceng kalo ketawa" ujar istri pria tadi dengan kepala yang direbahkan di bahu tegap suaminya itu.

"Dia manis banget ya ma, Mark suka banget ngeliat senyumannya" ujar seorang anak kecil berusia sebelas tahun sambil menatap televisi di depannya berbinar.

"Iya kan sayang, besok kamu tuh harus cari pacar kayak Xiu Ming. Udah manis, imut, lucu lagi" ujar ibu anak itu sambil mengelus surai putranya lembut. Anak kecil tadi pun hanya mengangguk paham dengan ucapan ibunya itu.

"Kamu apa-apaan sih ma, Minhyung masih kecil. Jangan cinta-cintaan dulu" ujar sang kepala keluarga sambil menggendong anak bungsunya yang sudah nampak mengantuk itu.

"Papa, Icung ngantuk" ujar si bungsu sambil mengusap kedua matanya dengan tangan mungilnya itu.

"Iya sayang, tidur yuk tidur. Ayo Minhyungnya papa, juga tidur" ujar kepala keluarga Lee sambil menggenggam tangan mungil anak sulungnya itu, dengan anak bungsunya yang kembali terlelap dalam gendongannya.

Setelah membaringkan anak bungsunya ke kasur, Tuan Lee segera menyelimuti anak bungsunya itu lalu mengecup kening anaknya lembut.

"Markie juga tidur ya sayang" ujar Nyonya Lee sambil mengelus anak sulungnya itu. Mark pun hanya mengangguk lalu mengecup kedua pipi orang tuanya itu.

"Good night pa, ma" ujar anak itu pelan saat orang tuanya sudah di depan pintu. Mark berusaha untuk memejamkan matanya, namun bayangan lelaki manis tadi kembali menghampirinya. Dia pun segera beranjak dari kasurnya ke meja belajarnya untuk mengambil buku catatannya.

"Xiu Ming. Manis, bersuara merdu, lucu.. Hm, apalagi ya? Oh iya, kata papa tubuhnya berisi" gumam Mark sambil menulis ciri-ciri idola yang tengah naik daun itu. Setelah itu, anak kecil itu segera kembali ke tempat tidurnya dan memandang langit-langit kamarnya.

"Aku akan menemukan seseorang sepertimu Xiu Ming" gumam Mark sebelum akhirnya memutuskan untuk tidur dengan senyum lebar yang terlukis di wajahnya, dia membayangkan sosok manis tadi.
.
.
.
Namun, ucapan itu memang hanya diucapkan oleh anak kecil yang masih belum tahu bagaimana persaingan di dunia ini. Nyatanya, mencari sosok yang sempurna dan memiliki ciri-ciri seperti Xiu Ming itu tidak mudah untuk dilakukan. Sudah berbagai cara dilakukan oleh Mark, bahkan dia sudah mengencani semua orang rekomendasi adiknya. Ya, walaupun akhirnya Mark menyerah bahkan di hari pertama pertemuannya dengan orang-orang itu.

Bagaimana tidak? Orang pertama yang Mark temui adalah Lee Felix, lelaki manis blasteran Australia. Mark merasa kepalanya akan meledak saat lelaki itu hanya bisa mengucapkan tiga kalimat bahasa Korea, yakni terima kasih, maaf, dan juga tolong. Ayolah, masa Mark harus membuka kamus setiap kali berkencan, karena ya, dia tidak terlalu menguasai bahasa asing itu.

Setelah lelaki blasteran itu, orang kedua yang dikencani oleh Mark adalah lelaki berdarah China, Zhong Chenle. Awalnya, Mark merasa lelaki itu mendekati kriterianya, manis, lucu, namun lekingan lumba-lumba yang berisik itu menghancurkan semua ekspektasi Mark. Lagipula, sekarang lelaki bermarga Zhong itu sudah menjadi kekasih adiknya.
Ya, dan masih banyak orang-orang aneh yang direkomendasikan oleh adiknya itu.

Di saat Mark akan menyerah, pertemuannya dengan Huang Renjun si kutu buku aneh di kampusnya membalikan kriteria pasangan idealnya. Mengenal sosok Renjun, membuat Mark tersadar untuk tidak cepat menilai orang dari tampilan luarnya. Kebersamaannya dengan Renjun, membuat hati Mark selalu berdesir aneh. Namun, Mark merasa dirinya adalah lelaki yang paling jahat, karena sudah membuat air mata dari lelaki manis seperti Renjun turun.

Hei, mari kita lihat terlebih dahulu bagaimana cerita mereka itu, sehingga kita bisa menentukan siapa yang salah dalam kasus ini.
.
.
.
Mark sangat menyukai hal-hal yang berbau fotografi. Lelaki ini sangat menikmati sensasi ketika dirinya merasa ditarik ke masa lampau oleh sebuah foto lawas berisi momen penting di dalam kehidupannya, foto juga dapat mengungkapkan segala perasaan yang tidak bisa untuk kita ungkapkan. Oleh sebab itu Mark sangat suka untuk mengabadikan dan menyimpan momen penting dengan kamera kesayangannya. Alasan ini juga yang membuat Mark akhirnya memutuskan untuk melanjutkan jenjang pendidikannya di jurusan fotografi di salah satu kampus seni terbesar di Seoul.
.
.
.
Hari ini adalah hari pertama Mark berkuliah, lelaki itu nampak semangat memasuki kelasnya. Setelah meletakkan tas dan juga kameranya, Mark segera memandang sekeliling kelas. 'Well, tidak buruk' batin Mark mengangguk lega, ya walaupun memang ada beberapa orang yang terlalu berisik saking excitednya memulai kuliah, namun itu tidak terlalu mengganggu Mark. Pandangan Mark pun terhenti pada sosok rupawan di sebelahnya. Dia hanya duduk diam dan hanya melihat sekelilingnya dengan pipi yang digembungkan itu. Mark kan jadi gemas.

"Ekhm, aku Mark, kamu siapa?" ujar Mark menjulurkan tangannya.

"Eh? Hai, aku Lee Haechan. Salam kenal" ujar sosok itu meraih uluran tangan itu dengan senyuman menawannya yang menurut Mark sangat manis itu. Saat ingin berkenalan lebih jauh dengan Haechan, ucapan Mark dihentikan oleh suara dosen mereka, Mr. Jung.

"Hai kalian semua, silahkan duduk di tempatnya masing-masing" ujar Mr.Jung dengan suara ramah, namun auranya benar-benar bisa membuat kalian mati kutu.

"Saya Jung Jaehyun, you can call me Mr. Jung. Saya akan mengisi mata kuliah Psikologi Persepsi di semester ini. I'll give you an A, if you show me an A. Okay?" ujar Mr. Jung dengan senyum kecilnya yang membuat hati semua orang dapat meleleh.

"Astaga, lesung pipitnya Mr. Jung. Tampan sekali dia" ujar sosok di sebelah Mark. Mark pun menatap sosok itu kaget.

"Sejak kapan kau di situ?" ujar Mark dengan nada suara yang cukup keras itu sambil mendelikan matanya itu. Mark memperhatikan penampilan sosok di sebelahnya itu.

Rambut disisir rapih, dengan kacamata bulat dan juga baju kemeja putih yang dimasukkan ke dalam celana bahan berwarna hitam itu, oh iya, jangan lupakan ikat pinggang hitam yang dipakai sosok itu. 'Memangnya dia mau melamar pekerjaan apa' batin Mark geli.

Sebenarnya, pakaian lelaki itu memang sedikit berbeda, karena siapa yang memakai kemeja rapih dan juga celana bahan di saat anak kelas yang lain memakai celana jeans dan baju bermodel.

"Aku? Dari tadi. Kau sih asik menatap seisi kelas, sampai tidak sadar jika ada seseorang yang mengisi bangku di sebelahmu" ujar sosok itu pelan sambil menunduk, karena tanpa mereka sadari, Mr. Jung sedang menatap mereka tajam.

"Kalian yang berisik, pintu keluar ada di sebelah sana" ujar Mr. Jung sambil menunjuk pintu kelas, seisi kelas langsung hening. Seisi kelas sontak memperhatikan meja Mark, sudah jelas mereka posisinya di depan, tapi bisa-bisanya berteriak seperti tadi. Mark pun hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu.

"Ekhm, I'm really sorry Mr. Jung. Saya tidak akan mengulanginya lagi" cicit Mark pelan sambil menatap sosok di sebelahnya yang hanya diam seperti tidak tahu apa-apa itu. Mr. Jung hanya mengangguk kecil lalu kembali melanjutkan materinya. Mark pun mendesah lega, jantungnya seperti akan copot saja.

"Jadi, seperti yang kalian tahu jika setiap foto dapat menyimpan banyak informasi dan perasaan yang terkadang tidak bisa diungkapkan. Saya akan memberi kalian tugas, agar kalian dapat lebih paham lagi" ujar Mr. Jung sambil menulis di papan tulis.

'Perasaan dan Kenangan'

"Kalian bikin laporan berpasang-pasangan, kumpulkan akhir bulan ini" ujar Mr. Jung menatap anak-anak kelas yang terlihat sedikit bingung itu.

"Mr. Jung, laporannya dikasih foto kan?" ujar seseorang dengan wajah yang tampak blasteran.

"Nama kamu siapa?" tanya Mr. Jung sambil melihat daftar hadir.

"Lee Jeno" ujar sosok itu, Mr. Jung hanya mengangguk singkat.

"Coba kamu pikir, menurut kamu perlu atau tidak foto itu. Kalian diskusikan dengan pasangan kalian. Itu saja untuk pertemuan hari ini" ujar Mr. Jung final lalu segera keluar dari ruang kelas.

Mark pun menatap Haechan, dia ingin mengajaknya untuk menjadi pasangan kerja kelompoknya. Namun saat akan menghampiri Haechan, sosok lelaki bermata sipit yang dia kenal sudah lebih dahulu duduk di sebelah Renjun dan berbincang dengannya. Mark pun hanya menghela napasnya, dia kalah cepat dengan Na Jaemin, sahabatnya sejak SMP itu. Saat sedang mencari siapa yang kira-kira bisa dia jadikan rekan sekelompoknya, Mark dikagetkan dengan suara bisikan dari samping telinganya.

"Hei, kita sekelompok ya?" bisik sosok yang tadi duduk di sebelahnya tepat di samping telinga Mark. Mark pun segera mendorong tubuh itu menjauh dan merotasikan kedua matanya.

"Baiklah iya, tapi sebelumnya kita harus berkenalan. Aku Lee Minhyung, tapi kau bisa memanggilku Mark. Kau siapa?" ujar Mark menjulurkan tangannya, sosok itu pun tersenyum cerah dan segera menjabat tangan Mark semangat.

"Hai Mark, aku Huang Renjun. Senang bisa bekerja sama denganmu" ujar sosok itu. Mark pun hanya menganggukkan kepalanya singkat.

"Uhm, bi-bisakah aku mendapatkan nomormu?" ujar Renjun yang membuat kerutan tercipta di dahi Mark.

"Eh, maksudnya agar kita lebih mudah membicarakan tugas" sambung Renjun lagi dengan wajahnya yang sedikit merona panik itu.

Dia tidak ingin membuat calon temannya itu menganggap dirinya tidak-tidak. Mark pun hanya tersenyum kecil dan mengangguk paham, ntah kenapa dia merasa tingkah Renjun sangat lucu saat malu-malu.

Mark segera menyodorkan ponselnya, Renjun pun segera mencatat nomor Mark.

"Udah, makasih ya.. Uhm, sampai ketemu beberapa hari lagi" ujar Renjun lalu beranjak keluar kelas, karena kelas mereka hari ini sudah berakhir.
.
.
.
Setelah berdiskusi dengan Renjun semalam via telepon, hari ini mereka janjian untuk mulai menyicil laporan mereka di taman kota dekat kampus mereka. Mereka memutuskan untuk bertemu di bangku taman dekat air mancur pukul 10 pagi, karena Renjun baru selesai kelas jam 9.

Namun sekarang sudah lewat 30 menit dari waktu janjian mereka, dan Mark belum kelihatan batang hidungnya. Renjun yang terlihat bosan menunggu akhirnya menatap sekelilingnya, lalu memotret seekor burung merpati yang berada dekat air mancur. Lelaki manis itu tidak sadar jika Mark sedang berlari ke arahnya.

Saat akan mencari objek lagi, kameranya menangkap sosok yang dari tadi ditunggunya itu. Renjun pun segera mengambil foto Mark lalu tersenyum senang. Mark memandang sosok di depannya tidak percaya. Pasalnya, Huang Renjun yang biasanya dia kenal adalah sosok aneh dengan kacamata tebal dan juga pakaian rapihnya. Ya, walaupun kacamata tebal masih bersarang di wajahnya, namun sosok di hadapannya ini terlihat sangat manis dengan sweater merah muda dan juga celana jins putih panjangnya.

Mark tidak terbiasa melihat penampilan Renjun yang seperti ini. Renjun yang merasa gerah dengan pandangan Mark segera melambaikan tangannya ke depan wajah Mark.

"Uhm, Mark? A-apakah pakaianku me-mengganggumu?" ujar Renjun gugup sambil meremas ujung sweaternya itu. Sebenarnya dia ingin memakai kemeja putih favoritnya, namun kakaknya yang menyebalkan itu menyuruh Renjun untuk segera mengganti pakaiannya karena berpikir Renjun akan berkencan.

Sekarang dia menyesali keputusannya untuk mengikuti saran kakaknya itu, Mark menatapnya dengan pandangan yang sama dengan teman-teman sekelasnya tadi.

"Tidak, kau manis sekali dengan bajumu itu. Kenapa kau tidak berpakaian seperti ini saja di kampus?" ujar Mark yang tersadar dari lamunannya itu.

"Eh? Ta-tapi ini kurang rapih, lagipula aku hanya mengikuti saran kakakku untuk tidak membuatmu malu" ujar lelaki itu gugup sambil menggaruk pipinya yang terlihat sedikit merona itu. Mark pun hanya menganggukkan kepalanya paham, lalu segera duduk di kursi taman tadi.

"Oh iya, maafkan aku membuatmu menunggu lama. Aku tadi ditahan Mr. John" ujar Mark dengan raut wajah aneh. Dia merasa tidak enak sudah membuat Renjun menunggu sangat lama, hal ini sontak membuat tawa Renjun pecah.

"Hei, santai aja kali. Lagian tadi aku sambil nyari gambar buat dimasukkin ke buku catatanku" ujar Renjun riang sambil menyodorkan buku catatannya itu ke Mark. Mark pun hanya melihat buku itu sambil berpikir, kenapa banyak objek yang tidak jelas menurutnya. Hm, siapa yang akan menempel foto tanaman kering dan juga dinding kosong di buku catatannya.

"Uhm, aku tidak mengerti kenapa kau memotret tanaman kering itu dan juga uhm, dinding kosong?" ujar Mark sambil memiringkan kepalanya memandang lelaki di sebelahnya bertanya-tanya.

"Apakah kau tahu arti dari gambar-gambar itu?" tanya Renjun mendekatkan wajahnya menatap Mark lekat. Mark pun hanya menelan ludahnya gugup lalu memundurkan kepalanya, dia mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Ekhm, apa ya? Seseorang yang lupa menyiram tanamannya dan juga hmm, dinding rumah baru?" ujar Mark dengan sebelah alisnya yang terangkat penasaran. Renjun pun mengerucutkan bibirnya tidak puas dengan jawaban Mark.

"Coba perhatikan lebih dalam, tanaman kering itu mengingatkanku untuk menemukan makna hidup yang sesungguhnya. Uhm, maksudku tanaman itu tidak bisa hanya bergantung pada air, matahari, dan hal lainnya untuk bertahan hidup bukan?" ujar Renjun menatap Mark yang melebarkan matanya memandang Renjun tidak percaya.

"Wah, aku tidak menyangka foto itu bisa memiliki makna yang begitu dalam" ujar Mark menggelengkan kepalanya takjub. Renjun pun hanya menganggukkan kepalanya, lalu menunjuk gambar dinding kosong tadi.

"Nah, kalau dinding ini, kau tahu dinding ini menggambarkan jika segala sesuatu dapat lebih mudah diisi sesuatu saat sedang dalam kondisi kosong. Dinding yang putih akan lebih mudah dilukis, dibandingkan dinding yang telah berwarna bukan?" ujar Renjun tersenyum bangga dengan dirinya yang berhasil mencurahkan segala pemikirannya dengan orang lain. Mark pun hanya menganggukkan kepalanya setuju.

"Kau tahu Mark? Terkadang, kita harus melihat sesuatu dari berbagai sisi untuk melihat segala keindahan yang tersimpan. Seperti aku, hehehe" ujar Renjun dengan senyum manisnya itu. Mark pun ikut tersenyum menatap sosok di hadapannya itu. Sepertinya, berteman dengan Renjun tidak buruk, pikir Mark.

"Uhm.. Kita mau mulai dari mana?" ujar Renjun memandang teman sekelompoknya itu. Mark pun nampak berpikir sebentar, kemudian menjentikkan jarinya senang.

"Bagaimana kalau kita ke Ihwa?" ujar Mark, Renjun pun menganggukan kepalanya setuju.

"Ih.. Ayo Mark, aku dari dulu pengen banget kesana. Eh, tapi kita naik apa kesana?" ujar Renjun antusias, hingga tanpa sadar mendekatkan wajahnya ke arah Mark. Mark pun segera menunjuk mobilnya yang berada di dekat taman itu, Renjun segera mengangguk senang melihat objek yang ditunjuk Mark.

Renjun pun segera memasukkan bukunya ke dalam tas, lalu segera menarik tangan Mark untuk beranjak dari tempat mereka tadi. Mark pun hanya menggelengkan kepalanya maklum dengan tingkah Renjun yang memang suka di luar batas itu, namun dia tetap mengikuti langkah Renjun.

Mark sebenarnya heran, kenapa lelaki manis di sebelahnya itu sangat suka mendekatkan wajahnya ke arah Mark. Mark tidak suka dengan perasaan berdesir yang muncul saat wajah Renjun berada dalam radius dekat dengannya, sangat aneh.

Setelah menghabiskan waktu sekitar 15 menit, akhirnya mereka sampai di Kawasan Ihwa. Kawasan ini terkenal dengan lukisan mural yang ada di sepanjang jalan.

Setelah memarkirkan mobilnya, Mark dan Renjun segera memasuki kawasan itu dan melihat-lihat mural yang ada. Mereka mengambil banyak foto di sana, atau lebih tepatnya, Mark yang selalu menangkap segala ekspresi yang tercipta di wajah manis seorang Huang Renjun.

Seperti sekarang, Renjun yang melihat tumpukan ban yang dihias cantik menjadi pot segera mengambil kameranya untuk mengabadikan hal itu. Mark yang merasa tidak ada yang mengikuti langkahnya, segera menengok ke belakang dan hatinya menghangat saat melihat Renjun terlihat seperti akan melakukan split hanya untuk mengambil foto pot.

Mark pun segera mengambil gambar lelaki manis itu, tentu saja secara sembunyi-sembunyi.

Tak terhitung, sudah berapa kali Mark tersenyum bahkan tertawa hari ini, dan itu semua karena Huang Renjun. Sepanjang langkah mereka, Renjun terus saja mengeluarkan berbagai candaan receh yang membuat Mark tidak bisa untuk lebih lama lagi menahan tawanya.

Mark tertawa bukan karena candaan Renjun, tapi karena wajah lelaki itu tampak sangat lucu ketika dia terus berbicara.

"Kamu tau gak ikan apa yang sering masuk angin?" ujar Renjun saat mereka sedang istirahat di salah kursi pengunjung. Mark pun hanya mengendikan bahunya penasaran, Renjun pun hanya menunjuk lukisan ikan kembung di depan mereka dengan pipi yang digembungkan itu. Sontak Mark pun hanya terkikik pelan sambil mencubit pipi Renjun gemas.

Entah kenapa, Mark senang melihat pipi tirus yang merona saat dengan sengaja Mark mencolekkan es krimnya ke pipi itu. Bagaimana juga, mereka tanpa sadar telah menghabiskan waktu di tempat itu sampai sore.

Setelah melihat-lihat kalau foto yang mereka perlukan sudah cukup, Mark pun segera mengantar Renjun ke rumahnya, lalu segera pulang. Hah, banyak sekali yang Mark pelajari hari ini. Hari ini sangat berkesan bagi mereka.
.
.
.
Tanpa Mark dan Renjun sadari, intensitas pertemuan mereka untuk menyelesaikan projek semakin meningkat, mereka jadi lebih sering bertemu dan menghabiskan waktu berdua.

Mark semakin mengenal sosok Renjun, begitu pun sebaliknya. Mark merasa jika dirinya belakangan ini sangat aneh, jantungnya akan bekerja lebih cepat dari biasanya saat melihat senyum Renjun, Mark juga sangat merasa khawatir saat lelaki itu tidak masuk kuliah karena maagnya kambuh, bahkan Mark juga merasa tidak suka jika Renjun berbicara dengan teman sekelasnya yang lain dan menghiraukan Mark.

Entah kenapa, sosok Renjun selalu terbayang di kepala Mark saat dia akan tertidur.

Di sisi lain, Renjun juga mulai merasakan jika dirinya memiliki perasaan lebih dengan sosok Mark.
Awalnya, Renjun bersyukur karena Mark mau menanggapi perkataannya dan menjadi temannya. Namun semakin ke sini, Renjun selalu memikirkan segala perhatian-perhatian kecil Mark.

Renjun merasa jika dirinya dihargai oleh Mark, lelaki itu tidak pernah mengomentari segala hal yang ada pada dirinya. Pertemanan mereka berjalan sangat baik, sampai akhirnya, kesalahpahaman terjadi di antara mereka.
.
.
.
Hari ini, Mark dan Renjun sudah sangat siap untuk mengumpulkan tugas mereka ke Mr.Jung.
Padahal deadline mereka masih dua hari lagi, tapi kata Renjun 'Lebih cepat lebih baik' maka di sinilah mereka sekarang. Di depan ruang dosen.

"Mark, aku takut ketemu Mr. Jung" cicit Renjun pelan, Mark pun mengusap rambut lelaki di depannya gemas.

"Iya, kamu tunggu aja disini, biar aku yang ngumpulin tugas kita" ujar Mark menepuk pundak Renjun. Lelaki itu hanya mengangguk paham. Mark pun segera masuk ke dalam untuk menyerahkan tugas mereka. Tak lama kemudian, Mark pun keluar dengan senyum lebarnya.

"Gimana?" tanya Renjun penasaran.

"Tugas kita diterima dong" ujar Mark semangat, Renjun pun berteriak senang, namun dia segera menutup mulutnya saat ingat mereka masih berada di depan ruang dosen.

Renjun pun segera menarik Mark menjauh dari ruang itu. Di tikungan, mereka berpapasan dengan Jaemin dan Haechan.

"Eh Mark, Renjun. Kalian habis ngumpulin tugas ya?" sapa Haechan ramah, Mark pun hanya mengangguk singkat. Jaemin pun menyeringai jahil melihat dua sosok di depannya itu.

"Ekhm, jadi, kalian sudah berkencan?" ujar Jaemin sambil tersenyum mengejek, sontak hal ini menimbulkan pelototan tajam dari lelaki bermarga Huang itu.

"Gak ya Na, kamu apaan sih?" ujar Renjun dengan wajahnya yang sudah sangat memerah itu. Mark pun hanya diam memperhatikan mereka, sampai perkataan Jaemin selanjutnya yang membuat Mark menatap tajam Jaemin.

"Oh, wajar sih, lagian kan kata Mark kamu itu aneh banget. Gak mungkin kan dia pacaran sama orang yang gak memenuhi kriteria idaman pasangan sempurnanya" ujar Jaemin membuat Renjun tersentak. Hatinya seperti dihujam ribuan jarum.

"Mark, itu gak bener kan?" ujar Renjun dengan matanya yang sudah berkaca-kaca itu.

"Biar aku jelasin Ren" ujar Mark panik.

"Gak usah dijelasin Lee, kamu baik sama Renjun selama ini biar tugas kalian cepat selesai kan?" tambah Jaemin membuat suasana semakin memanas.

Renjun pun menengadahkan kepalanya ke atas, berusaha menahan air matanya.

"He-hebat banget ya kamu Mark. Aku pikir, kamu itu beda. Ternyata kamu sama aja, dan bodohnya, aku malah jatuh ke dalammu" ujar Renjun lirih lalu segera berlari meninggalkan mereka. Mark pun membelalakan matanya mendengar pengakuan Renjun itu.

"APAAN SIH ANJING" teriak Mark meninju keras pipi Jaemin, lalu segera berlari menyusul Renjun.

"Kamu gapapa Na?" ujar Haechan mengusap lembut pipi Jaemin. Jaemin pun hanya menggeleng pelan lalu mengecup jari jemari Haechan.

"Lagian kamu ngapain sih bikin Mark marah gitu?" ujar Renjun menatap kekasihnya itu.

"Kalo gak gitu, Mark bakal keduluan orang bae. Tapi aku lupa kalo Mark itu mantan atlet taekwondo perwakilan sekolah" ujar Jaemin meringis meraba rahangnya yang sedikit berdarah itu.

"Bodoh sih kamu" ujar Haechan menyolek pipi Jaemin yang tadi ditinju Mark.

"Aduh bae.. Sakit tau, bukannya diobatin malah" ujar Jaemin mengerucutkan bibirnya. Haechan hanya terkekeh pelan lalu mengecup pipi kekasihnya singkat. Mereka pun segera menuju ruangan Mr. Jung.
.
.
.
Renjun terus berlari keluar kampus dan segera mencari taksi. Dia sangat sakit hati dengan kenyataan yang tadi dia dengar. Dia tidak menyangka, Mark selama ini berpura-pura baik dengannya demi tugas mereka. Seharusnya Renjun menyadarinya.

"RENJUN! AKU BISA JELASIN" teriak Mark menghampiri Renjun, beruntung ada taksi yang lewat. Renjun pun segera memberhentikan taksi itu dan bergegas naik. Namun, tangan Mark mencengkram pergelangan tangannya kuat.

"Pak, maaf ya. Pacar saya lagi ngambek sama saya tadi, jadi main asal ngeberhentiin aja" ujar Mark memberikan beberapa lembar uang kertas ke supir taksi tadi, lalu segera menarik Renjun menuju parkiran.

Sesampainya di parkiran, Mark segera mengukung tubuh mungil itu di pintu mobilnya.

"AWAS MA-EHMMPH" ucapan Renjun dibungkam oleh ciuman kasar Mark.
Renjun pun melebarkan kedua matanya dan berusaha mendorong dada Mark menjauh, namun Mark menahan kedua tangan Renjun di atas kepalanya dan kembali menekan bibir Renjun kasar. Renjun pun akhirnya pasrah lalu ikut memejamkan matanya mengikuti alur permainan Mark.

Mark pun akhirnya melepaskan tangan Renjun, saat dirasa Renjun membalas ciumannya. Renjun segera mengalungi kedua tangannya ke leher kokoh Mark, tangan Mark pun melingkar manis di pinggang ramping Renjun, menarik tubuh itu semakin dekat dengannya.Mereka saling mencurahkan perasaan mereka dalam lumatan itu.

Setelah beberapa menit saling memagut, Renjun segera menepuk-nepuk bahu Mark agar ciuman mereka terlepas. Mark pun mengerti dan segera melepaskan ciumannya, lalu mengusap bibir Renjun yang sudah sedikit membengkak itu lembut.

Mark pun menatap Renjun lekat dan mengangkat dagu Renjun, agar lelaki manis itu menatapnya.

"Aku tahu.. Dulu aku telah salah menilaimu sebelum mengenalmu lebih jauh. Aku terlalu bodoh, karena terpaku dengan kriteria idaman ciptaanku. Namun sekarang, entah sejak kapan jantungku selalu bekerja lebih cepat dari biasanya saat melihat senyummu. Aku juga tidak tahu, kenapa wajahmu, tawamu, semuanya tentangmu selalu mengganggu pikiranku belakangan ini Ren" ujar Mark menggenggam tangan Renjun lembut dan mengarahkan tangan itu ke dadanya.

Mark menaikkan kacamata Renjun lalu mengusap jejak air mata di pipinya. Mark merasakan hatinya berdenyut saat melihat pipi yang biasanya merona itu, sekarang dipenuhi oleh air mata, dan dialah penyebab air mata itu.

"Menghabiskan waktu bersamamu, membuatku sadar, bahwa momen-momen yang kita lewati itu sempurna buat kita. Aku juga telah jatuh denganmu Ren. Jadi Huang Renjun, aku memang tidak sempurna, tapi maukah kau membantuku untuk membuat banyak momen indah dan sempurna bersamaku?" ujar Mark dengan wajah yang sedikit merona.

Lelaki bermarga Lee itu sebenarnya juga merasa gugup. Namun dia lega, akhirnya bisa mengungkapkan isi hatinya itu. Renjun tidak percaya dengan dengan apa yang didengarnya itu.

"Ini seriusan? Kau tidak mengerjaiku kan, Mark?" ujar Renjun menatap tajam Mark. Yang ditatap hanya tersenyum kecil lalu mengecup jidat Renjun lembut.

"Perasaan kamu gak sebecanda itu sayang" Renjun pun memeluk Mark erat dan mendusel ke dada Mark.

"Pulang yuk bae, aku anterin" ujar Mark menggenggam tangan Renjun. Renjun pun menatap tangannya.

"Kenapa?" ujar Mark mengerutkan dahinya, Renjun pun mengecup punggung tangan Mark dan mengayunkan genggaman mereka.

"I love the fact that your hand fits in mine" ujar Renjun terkikik geli. Mark pun hanya menggelengkan kepalanya gemas dengan tingkah laku kekasihnya itu.
.
.
.
Ya, jadi itu adalah akhir dari kisah kriteria pasangan idaman Mark.
Apapun kriteria idaman kita, jangan jadikan itu sebagai patokan untuk menilai orang lain. Bukalah hati kalian, untuk menemukan bagaimana definisi kesempurnaan yang bermakna bagi kalian.

Seperti Mark, dia tidak menyangka seseorang seperti Renjun yang dengan penampilan cupu, kebiasaan receh, tingkah cerewetnya, mampu menarik hatinya. Ya, itu semua karena momen kebersamaan yang mereka ciptakan.

.
.
.

END
.
.
.


Author's note :
aku cuma mau bilang makasih buat markrentown yang udah ngijinin aku nyumbang karya.. ^^

Continue Reading

You'll Also Like

122K 4.3K 53
Sudah terbit di Candramawa Publisher Untuk pembelian bisa hubungi WA yang ada dalam banner atau bisa hubungi WA 089637517138 "Aws, sakit, Key." "Ras...
272K 26.7K 22
Renjun yang berniat membantu Haechan pulih dari kebiasaan nya merokok, malah di kejutkan fakta bahwa Haechan menyukai nya setelah mendapat bantuan da...
937K 45.2K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
150K 15.6K 51
Boys Love Boys ⚠⚠ #Jaemren-Renmin #NoHyuk #SungLe #NCTDREAM #TXT #Story By-RE_01Line