ET CETERA

By youraraa_

3.9K 431 990

[END] Jung Jaehyun ft. You; Short Stories Cover: pinterest.com © Youraraa, 2023 More

0 #등등
1 #단 하루만
2 #희생
3 #더 사랑하는 쪽이 아프다
4 #내 눈물 모아
6 #별처럼 빗나는 시간
7 #운명 이라면
8 #조금만 더
9 #비가 오는 날엔
10 #너의 하루는 좀 어때
11 #거짓말 처럼
12 #여자이나까
13 #처음 만날따처럼
Imperfect: Instagram

5 #나의 모든 날

378 48 113
By youraraa_

Backsound #5

Sejeong 'Gugudan' ㅡ All of My Days

Title: Ignorant Husband (Pt. 2)

***

"Mah, bayi yang mama gendong itu bayi siapa? Bayinya cantik banget, Jeff jadi pengen punya adek cewek."

Jeffrey yang kala itu masih berumur lima tahun, begitu antusias ketika melihat bayi mungil yang sedang di gendong oleh ibunya ketika mereka berkunjung ke rumah tetangga sekaligus sahabatnya. Keluarga Nara, yang tak lain adalah orangtuamu.

Jeffrey memang tidak memiliki adik, sehingga muncul rasa suka ketika ia melihat gadis mungil yang sangat cantik itu. Dan bayi mungil itu adalah kamu. Jadi, Jeffrey sebenarnya sudah menyukaimu sejak kecil.

"Ini anaknya sahabat mama sama papa. Namanya Nara. Jeff suka sama dedek bayinya, ya? Kalau begitu, nanti kalau Jeff sudah dewasa, mama sama papa jodohkan Jeff dengan Nara. Bagaimana?"

"Jodohkan itu apa, mah? Nara bakal jadi adeknya Jeff? Tapi kan Nara masih punya mama sama papanya sendiri. Masa Jeff ambil?"

"Bukan begitu, sayang. Nanti saja mama jelaskan kalau kamu sudah beranjak dewasa. Kalau kamu mau, jika sudah besar nanti Nara bakal tinggal bareng Jeff di rumah yang sama. Jeff mau?"

"Mau, mah! Mau banget! Jeff suka sama Nara. Jeff mau tinggal bareng sama Nara kalau sudah besar nanti. Jadi, Jeff gak sendirian deh di rumah. Yes, Jeff bakal punya temen!"

Kilatan memori itu mendadak pudar dalam ingatan Jeffrey ketika ibunya menutup album kenangan yang sudah terlihat cukup usang itu.

Mata Jeffrey memanas, ia masih tidak bisa mencerna semua cerita ibunya yang berusaha mengingatkannya tentang kenangan ketika kalian pernah bertemu dulu.

Apalagi ibunya selama ini tidak pernah menceritakan tentang Nara ataupun memperlihatkan foto kenangan tersebut kepada Jeffrey. Jadi, Jeffrey selama ini tidak pernah mengetahui jika Nara yang ia nanti selama ini adalah kamu.

Jeffrey merebut album foto yang di pegang oleh ibunya, kemudian ia kembali menatap fotomu yang ketika itu masih bayi. Jeffrey terus mengusap foto tersebut sambil berusaha menahan gemuruh di dalam hatinya, tidak menyangka jika ia akan sebegitu jahatnya terhadapmu selama ini.

Jeffrey menyesal, dan ia tidak tahu bagaimana caranya agar kamu mau kembali lagi kepadanya. Karena Jeffrey pun tahu kalau kamu pasti sudah terlampau sakit hati dengan semua perkataan dan perilakunya.

Ah, Jeffrey belum mengetahui kalau kamu sedang hamil, karena malam itu Jeffrey benar-benar mabuk hingga tidak tahu hal apa saja yang kamu katakan kepadanya. Jeffrey baru tersadar jika kamu kabur setelah membaca note-mu yang berisi jika kamu bersedia di gugat cerai jika Jeffrey yang menggugatnya.

"Mama sudah pernah bilang, kamu akan menyesal kalau memperlakukan istrimu seperti itu. Sekarang lihat kelakuanmu itu! Membuat malu keluarga saja! Pokoknya mama tidak mau tahu, selesaikan sendiri urusanmu dan cari Nana. Minta maaf padanya juga kalau kamu masih mau mama anggap sebagai anak!"

"Kenapa mama tidak pernah bilang kalau Nana dan Nara adalah orang yang sama? Kenapa mama menyembunyikan hal itu pada Jeff selama ini?"

"Menyembunyikan? Mama tidak pernah menyembunyikan hal itu. Lagi pula mama mana tahu kalau kamu selama ini ternyata masih mengingat Nara. Orangtua Nara memang mengganti namanya setelah kepindahan mereka karena nama tersebut membuat Nara selalu sakit-sakitan semenjak kecil. Waktu itu kamu juga masih kecil, Jeff. Mama kira kamu sudah melupakan Nara."

Jeffrey merasa lemas. Kemudian ia ingat kembali semua perilaku dingin dan jahatnya selama ini kepadamu. Jeffrey hanya bisa mengusap wajahnya dengan kasar. Sekarang ia tidak tahu harus mencarimu kemana.

Bahkan orangtuamu pun mengatakan pada Jeffrey jika mereka juga tidak tahu di mana keberadaanmu, padahal sebenarnya orangtuamu sengaja menyembunyikan keberadaanmu setelah kamu menceritakan semuanya kepada mereka.

Orangtuamu tidak membenci Jeffrey, mereka hanya ingin memberinya sedikit pelajaran dan ingin melihat apakah Jeffrey nantinya akan merasa kehilanganmu atau tidak.

Dan ternyata benar, Jeffrey kini merasa menyesal hingga kehidupannya sendiri menjadi tidak terurus. Biasanya sehari-hari di rumah ada kamu yang selalu membersihkan rumah dan membuat rumah tampak bersih dan rapi.

Namun semua kini berbeda. Rumah terasa begitu hampa dan kosong tanpa kehadiranmu. Bahkan hidup Jeffrey sekarang pun menjadi ikutan tidak terurus karena ia terlalu terpuruk setelah kepergianmu.

***

Sebulan telah berlalu, Jeffrey tetap saja masih belum bisa menemukanmu. Sudah berkali-kali Jeffrey memohon kepada orangtuamu untuk memberi tahu di mana keberadaanmu, namun orangtuamu belum luluh juga.

Jeffrey bahkan sampai mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai dosen di kampusmu, setelah ia mengaku di hadapan seluruh mahasiswanya jika ia telah menikah denganmu.

Ia juga memohon kepada para mahasiswanya yang sekelas denganmu itu agar segera memberi tahu dirinya jika mereka menemukan keberadaanmu. Tentu Jeffrey akan memberikan imbalan yang besar bagi siapapun yang berhasil menemukanmu.

Dimas, satu-satunya teman yang akrab denganmu itu pada akhirnya memberanikan diri untuk menyambangi rumah orangtuamu untuk menanyakan tentang keadaanmu dan juga tempat tinggalmu saat ini, dan ibumu langsung memberi tahu Dimas dengan memberikan secarik kertas yang berisi alamatmu.

"Pak, maaf untuk sebelumnya. Saya hanya ingin bilang, tolong cintai Nana, dan jangan sakiti dia lagi. Jujur, saya sudah lama menyukai dia. Saya memang tahuㅡah tidak, maksud saya, saya sampai tidak tahu jika ternyata Nana sudah menikah dengan pak Jeffrey. Jadi, kalau sampai Nana tersakiti dan menangis lagi, saya akan langsung merebutnya dari bapak. Nana pantas bahagia, pak. Dan saya harap bapak juga benar-benar tulus mencintainya."

Dimas merasa lega setelah mengutarakan semuanya pada Jeffrey. Awalnya Dimas memang berniat untuk langsung pergi ke alamatmu untuk menemuimu, tetapi ia tidak tega hati terhadap Jeffrey yang bahkan terlihat sangat kacau setelah berpamitan kepada para mahasiswanya beberapa waktu lalu itu.

Dengan berat hati, pada akhirnya Dimas mendatangi Jeffrey dan memberikan alamat tersebut kepadanya, sembari berpesan kepada dosennya tersebut jika Jeffrey kembali menyakitimu, ia tidak akan tinggal diam.

Jeffrey merasa begitu berterimakasih kepada Dimas hingga ia ingin memberikan semua harta yang dimilikinya kepada mahasiswanya itu, tetapi Dimas menolak karena ia melakukan semua ini demi dirimu.

Jeffrey bergegas meluncur menuju alamatmu pada malam harinya, dan ia berharap kamu akan memaafkan dirinya nanti. Apapun dan bagaimanapun caranya, Jeffrey sudah bertekad untuk menebus semua kesalahannya.

Jeffrey berusaha menajamkan penglihatannya karena saat ini mobilnya tengah memasuki daerah yang terlihat begitu gelap, bahkan tidak ada lampu penerangan di sepanjang jalannya.

Jeffrey kembali membaca alamat pada secarik kertas yang di berikan oleh Dimas tadi, dan Jeffrey pada akhirnya berhasil menemukan alamat tersebut.

Tempat persembunyianmu itu hanya sebuah kontrakan sederhana yang jika di lihat dari luar, bangunannya terlihat sangat tidak terawat. Jeffrey kembali merutuki dirinya sendiri, bagaimana bisa dirinya membiarkan dirimu tinggal di tempat yang terlihat kumuh dan tidak nyaman ini?

Jeffrey juga tidak habis pikir, bisa-bisanya orangtuamu membiarkanmu tinggal di tempat seperti ini. Memangnya tidak ada tempat yang lebih bagus? Atau memang sengaja? Ah, Jeffrey terlalu pusing untuk memikirkannya.

Segera ia parkirkan mobilnya di lahan parkir kontrakan, lalu ia melihat-lihat keadaan sekitar, masih belum percaya jika kamu betah tinggal di tempat itu selama pelarian.

Sebelum masuk ke dalam kontrakan, pandangan matanya saat ini tidak sengaja tertuju pada ketiga lelaki yang terlihat tengah mengganggu seorang perempuan yang sepertinya baru pulang dari minimarket.

Jeffrey berusaha kembali menajamkan matanya, dan ia seperti merasa tidak asing dengan sosok wanita yang sedang berusaha melepaskan diri dari godaan para lelaki yang lebih mirip seperti preman pasar itu.

Tidak peduli apakah wanita itu benar dirimu atau tidak, namun Jeffrey segera berlari menuju sang wanita yang mirip seperti dirimu karena saat ini wanita tersebut tengah pingsan di pinggir jalan setelah dianiaya oleh ketiga lelaki tadi.

"Nana? Nana!!!"

Betapa terkejutnya Jeffrey ketika wanita tersebut adalah dirimu. Dan ia semakin terkejut ketika ia melihat rok yang kamu kenakan sudah berlumuran darah. Jeffrey berusaha membuatmu sadar dengan cara menepuk pipimu, tetapi kamu tetap tidak kunjung sadar.

Akhirnya Jeffrey segera membopongmu dan membawamu ke rumah sakit atau klinik terdekat dengan menggunakan mobilnya. Jeffrey panik, ia sebenarnya paham jika kamu tengah mengalami pendarahan, tetapi Jeffrey juga bingung, pasalnya ia tidak tahu apakah kamu memang hamil atau tidak.

***

"Mohon maaf, istri bapak mengalami keguguran. Beliau sempat histeris karena kehilangan janin yang di kandungnya, sehingga kami harus menenangkan beliau. Untuk saat ini beliau masih tidur dan dalam pengaruh obat bius. Untuk itu, saya harap bapak bisa menenangkan dan menguatkan beliau ketika sadar nanti. Beliau boleh pulang jika kondisinya sudah stabil. Kalau begitu saya permisi dulu."

Jeffrey berlinang airmata. Ia benar-benar tidak tahu jika kamu tengah mengandung anak kalian berdua. Jika diingat kembali, Jeffrey baru sadar jika sebelum kamu meninggalkan rumah, kondisimu memang terlihat berbeda.

Jeffrey ingat jika kamu saat itu sering sekali muntah dan wajahmu pun terlihat pucat dan tak bertenaga, dan Jeffrey baru menyadarinya saat ini. Disaat semuanya sudah terlambat.

Jeffrey menggenggam tanganmu dengan erat, lalu menangis tanpa mengeluarkan suara. Jeffrey melihat jika kamu masih memakai cincin pernikahan kalian, sedangkan dirinya sendiri bahkan tidak pernah memakainya sejak awal.

"Emhh..."

"Nana, kamu sudah sadar, sayang? Ini aku, Jeff, suamimu. Maaf aku baru datang sekarang. Maafkan aku, Nana. Maaf karena aku telah banyak menyakitimu selama ini."

Jeffrey segera mengangkat wajahnya sembari menghapus airmatanya. Lelaki itu menatapmu dengan lekat, dan raut wajahnya kini terlihat sangat khawatir dengan kondisimu yang terlihat masih tidak baik-baik saja. Lebih tepatnya masih terlihat terpuruk karena calon anakmu yang telah pergi untuk selama-lamanya.

"Nana? Aㅡapa ada yang sakit? Perlu aku panggilkan dokter, hmm?"

Kamu hanya diam sambil memandangi langit-langit kamar dengan tatapan kosong. Dan tentu hal ini membuat Jeffrey semakin sedih. Suamimu itu lalu berinisiatif untuk menghubungi kedua orangtuamu, karena bagaimanapun juga mereka harus mengetahui kondisimu.

Karena kamu tetap diam dan tidak mau berbicara, akhirnya Jeffrey memanggil dokter dan memilih untuk menunggu di luar sembari menanti kedatangan orangtuamu.

Ketika orangtuamu datang, Jeffrey berusaha tersenyum manis sambil mempersilakan mereka masuk ke dalam. Kebetulan dokter yang sedang memeriksamu juga ingin berbicara dengan kedua orangtuamu, sehingga kini Jeffrey merasa sangat gelisah karena harus menunggu di luar.

"Nak Jeffrey..."

Jeffrey segera berdiri dan membungkuk dengan sopan kepada ayah dan ibumu, lalu ia membungkuk lagi karena sang dokter kini juga ikut ke luar dari ruang rawat sambil berlalu meninggalkan kalian.

"Iㅡiya, ma? Bagaimana kondisi Nana?"

Ayahmu menepuk punggung Jeffrey, dan ibumu hanya menatap Jeffrey dengan tatapan yang sulit diartikan. Jeffrey semakin gelisah, ia takut jika kamu ingin berpisah dengannya.

"Apa kamu yakin sudah menyesal sekarang? Apa mama bisa percaya kepadamu jika kamu benar-benar sudah mencintai anak mama dengan sepenuh hati?"

"Mengapa mama berkata seperti itu? Jeffrey mencintai Nana, mah. Jeffrey berjanji akan menebus semua kesalahan Jeffrey. Jadi, Jeffrey mohon jangan pisahkan Jeffrey dengan Nana. Jeffrey mencintai Nana bahkan semenjak bayi, meskipun Jeffrey baru tahu kebenarannya sekarang. Jeffrey menyesal, maafkan Jeffrey."

Kedua orangtuamu hanya mengangguk sambil memeluk Jeffrey secara bersamaan. Jeffrey semakin gusar, jantungnya bahkan terus saja berdegup dengan kencang karena ia benar-benar takut jika harus kehilanganmu.

Kini ibumu memberitahu Jeffrey masalah yang sedang kamu hadapi. Kamu mengalami depresi berat, sehingga untuk saat ini kamu enggan di ajak berbicara oleh siapapun. Butuh waktu yang cukup lama untuk bisa membuatmu mau berbicara lagi, dan ibumu yakin bahwa Jeffrey mampu membuatmu sembuh.

Jeffrey kembali mengusap airmatanya dengan kasar. Ia baru menyadari bagaimana rasa sakitnya ketika semuanya sudah terjadi. Dan ia tahu rasa sakit yang kamu rasakan pasti begitu besar hingga kamu harus menderita seperti ini sendirian.

"Apapun akan Jeffrey lakukan demi kesembuhan Nana. Ini karma untuk Jeffrey, jadi Jeffrey yang akan menanggung segalanya. Mama dan papa tenang saja, Nana pasti akan sembuh. Jeffrey janji."

***

Jeffrey tetap berusaha menyunggingkan senyumannya, meskipun rasanya ia ingin menangis saat ini. Sudah terhitung tiga bulan semenjak Jeffrey dengan sabar merawatmu sendirian di rumah, dan selama itu pula kamu belum mau berbicara dengan Jeffrey.

Kamu benar-benar terlihat seperti orang tidak waras. Hanya diam, memandang kosong ke depan, dan terkadang juga sering menangis hingga histeris. Bahkan untuk kegiatan mandi dan yang lainnya saja harus di bantu oleh Jeffrey. Kamu seperti mayat hidup, dan sorot matamu saja kosong, tidak ada kehidupan di dalamnya.

Bahkan ketika kamu sedang menangis hingga meraung-raung pun, Jeffrey dengan sigap langsung memelukmu dan menenangkanmu. Suamimu menjadi begitu sabar dan lembut dalam menghadapimu, karena ia memang merasa sangat menyesal karena perbuatannya dulu.

"Tidak masalah. Aku akan merawatmu sampai kamu sembuh dan mau berbicara lagi kepadaku. Aku tahu ini karma yang harus aku terima karena aku selalu menyakitimu. Yang terpenting kamu harus tahu jika aku mencintaimu, sangat sangat mencintaimu, Nana."

Seperti biasa, Jeffrey akan terus mengajakmu berbicaraㅡmeskipun ia lebih terlihat seperti sedang berbicara sendiriㅡ, tetapi Jeffrey yakin lama kelamaan kamu pasti akan menanggapi ucapannya, meskipun ia sendiri tidak tahu kapan keajaiban itu akan terjadi.

Pagi itu Jeffrey sudah membantu memandikanmu, kemudian mengajakmu untuk duduk di depan meja rias, sembari dirinya menyisir rambutmu yang mulai panjang. Jeffrey terus saja tersenyum dan memperlakukanmu dengan lembut dan sangat hati-hati, seakan kamu adalah benda berharga yang tidak boleh rusak.

"Sayang, setelah ini kamu makan dulu, ya? Kebetulan tadi aku memasak makanan kesukaanmu. Kata mama, kamu menyukai nasi goreng seafood, jadinya tadi aku memasak nasi goreng seafood spesial untukmu. Kita makan di taman belakang saja, ya? Supaya kamu mendapatkan udara segar."

Jeffrey menggenggam tanganmu dengan lembut dan membawamu ke taman belakang rumah kalian. Meskipun kamu hanya diam, tetapi kamu akui kamu tidak pernah menolak ajakannya.

Kemana pun Jeffrey membawamu, kamu tetap akan menurut dan mengikutinya. Seperti sudah kebiasaan semenjak Jeffrey mengurusmu tiga bulan yang lalu, dan kamu akui kamu pun sebenarnya berangsur-angsur mulai membaik.

Kamu duduk di bangku taman, sembari menunggu suamimu yang sedang berlari ke dapur untuk mengambil makananmu. Tidak sampai semenit, Jeffrey sudah kembali sembari membawa nampan yang berisi satu porsi nasi goreng, segelas jus dan beberapa buah-buahan.

Jeffrey mulai menyuapimu seperti biasa, dan kamu pun menurut. Akhir-akhir ini kamu merasakan emosimu kembali membaik, bahkan rasa benci dan amarahmu kepada Jeffrey perlahan-lahan mulai memudar. Kamu juga sebenarnya sudah merelakan kepergian calon bayimu, tinggal menunggu waktu sampai kamu siap untuk berbicara kembali.

Jeffrey terlihat begitu tulus ketika merawatmu, dan kamu akui kamu kembali jatuh cinta lagi kepadanya. Meskipun sebenarnya masih ada rasa takut jika suatu saat sikap Jeffrey berubah kembali, tetapi kamu berusaha meyakinkan dirimu sendiri jika suamimu itu benar-benar sudah berubah.

"Sayang, aku merindukan suaramu. Kapan kamu mau berbicara lagi padaku, hmm? Aku tahu aku tidak bisa seenaknya berbicara seperti ini, mengingat aku benar-benar paham bagaimana rasa sakit yang kamu rasakan selama ini. Aku tidak berharap kamu mau memaafkanku dan membalas cintaku. Tetapi yang perlu kamu ketahui, aku benar-benar menyesali semuanya. Apalagi semenjak aku tahu bahwa kamu adalah Nara, rasanya hatiku hancur karena bisa-bisanya aku menyakiti seseorang yang selama ini aku tunggu."

Jeffrey hanya bisa menghela napas sembari terus menyuapimu, karena berapa kali pun ia berusaha mengajakmu berbicara, kamu tetap diam dan tak merespons ucapannya. Namun kali ini berbeda. Kamu tiba-tiba menangis, dan Jeffrey menyadari hal itu.

Jeffrey kembali panik karena takut kamu akan bertindak di luar kendali seperti sebelumnya, dan ia langsung menarikmu ke dalam pelukannya sambil menepuk punggungmu dengan perlahan.

"Maaf, maaf kalau aku salah bicara. Aku tidak bermaksud mengingatkanmu dengan masa lalu. Maafkan aku, sayang. Jangan menangis lagi, ya? Maafkan aku."

Kamu menghentikan tangisanmu, dan perlahan mulai membalas pelukan Jeffrey. Jika kamu ingat tiga bulan ke belakang ini, Jeffrey bahkan tidak pernah meninggalkanmu sedetik pun.

Jeffrey memang sudah tidak menjadi dosen lagi, sehingga saat ini ia hanya membantu bisnis furniture ayahnya dari rumah. Untuk keperluan sehari-hari, Jeffrey selalu membeli kebutuhkan melalui aplikasi online, sehingga kalian berdua benar-benar hanya berada di dalam rumah selama tiga bulan ini.

Terkadang kedua orangtua kalian juga membawa banyak makanan ke rumah, sehingga semua kebutuhan kalian sudah terjamin. Yang terpenting Jeffrey selalu berada di dekatmu, begitu yang orangtua kalian inginkan dari Jeffrey demi kesembuhanmu.

***

Satu hari berlalu begitu cepat, dan malam pun tiba. Biasanya Jeffrey akan selalu berada di sisimu selama 24 jam, namun malam ini sepertinya berbeda. Suamimu itu benar-benar merasa kelelahan karena mengurusmu sembari mengerjakan pekerjaan rumah seharian ini, sehingga ia kini hanya bisa berbaring di sofa ruang tamu hingga tertidur.

Sekarang sudah waktunya makan malam, dan kamu yang hanya berdiam di kamar itu merasa gusar karena Jeffrey tidak kunjung masuk ke dalam kamarmu seperti biasanya.

Ada rasa takut jika Jeffrey tiba-tiba meninggalkanmu karena sudah lelah mengurusmu, membuatmu memberanikan diri untuk berjalan ke luar kamar dan mencari Jeffrey.

Kamu berjalan perlahan karena takut menimbulkan suara, dan saat itu kamu melihat suamimu tertidur pulas di atas sofa. Dengan penuh kehati-hatian, kamu memerhatikan suamimu yang terlihat sangat pucat itu. Kamu memberanikan diri untuk menaruh sebelah tanganmu di keningnya, dan betapa terkejutnya dirimu karena Jeffrey demam.

Seakan mengingat kejadian ketika Jeffrey sempat sakit saat itu, membuat hatimu tergerak untuk mengurusnya. Kamu melakukan hal yang sama persis ketika ia sakit waktu itu. Mulai dari mengompres keningnya, lalu menyiapkan bubur untuk ia makan ketika bangun nanti.

Samar-samar Jeffrey terbangun ketika ia merasakan sentuhan seseorang. Dan suamimu itu bingung ketika melihatmu yang sedang memijat kakinya dalam diam.

"Sasayang? Kamu sedang apa? Ah, apa aku demam? Astaga, kamu tidak perlu mengurusku seperti ini. Oh, ya ampun! Aku lupa kalau ini sudah lewat jam makan malammu. Akan aku siapkan sebentar."

Kamu menahan Jeffrey yang hendak bangun, membuatnya hanya bisa mengernyitkan keningnya sambil menatapmu dengan tatapan bingung.

"Kamu sedang sakit. Jadi kamu diam saja di sini. Aku juga sudah membuatkan bubur untukmu."

Mata Jeffrey mulai berkaca-kaca. Untuk pertama kalinya ia mendengarkan suaramu kembali setelah selama tiga bulan ini kamu enggan berbicara. Jeffrey segera memelukmu sambil menangis karena bahagia. Dan dari tangisannya tersebut, kamu benar-benar percaya jika Jeffrey memang sudah berubah.

Kamu menyunggingkan senyumanmu sambil mengusap punggung Jeffrey, tidak menyangka jika pada akhirnya cintamu terbalaskan. Sebenarnya kamu juga ingin menangis, tetapi sebisa mungkin kamu tahan agar Jeffrey tidak panik seperti sebelumnya.

Setelah puas menangis dalam pelukanmu, Jeffrey langsung menghujanimu dengan ciuman-ciuman singkat di beberapa bagian wajahmu. Ia benar-benar merasa bahagia karena pada akhirnya perjuangannya untuk merawatmu selama ini tidak sia-sia.

"Sayang, aku masih belum bisa percaya jika pada akhirnya kamu mau berbicara lagi. Aku tidak sedang bermimpi, bukan? Ini kenyataan, kan? Apa kamu sudah memaafkanmu? Apa kamu sudah mengikhlaskan calon bayi kita? Apa kamu benar-benar"

"Iya. Aku sudah memaafkanmu. Aku juga sudah mengikhlaskan Little Jeff kita pergi."

"Apa? Little Jeff?"

"Karena dia akan menjadi Jeffrey junior, maka aku selalu memanggilnya dengan sebutan Little Jeff. Meskipun aku pernah membencimu waktu itu, tetapi sekarang sudah tidak lagi. Selama tiga bulan ini aku benar-benar merasakan rasanya di cintai oleh suamiku sendiri, sehingga lama kelamaan rasa benciku pun mulai menghilang."

"Maafkan aku. Maafkan sikap jahat dan kasarku selama ini, Nana. Aku memang pantas mendapatkan akibatnya. Bisakah kita memulai semuanya dari awal? Aku berjanji akan selalu membuatmu bahagia. Aku berjanji tidak akan pernah kasar lagi kepadamu. Dan aku berjanji akan menjadi ayah yang baik untuk anak kita nanti."

Kamu hanya mengangguk sambil tersenyum. Tak lupa kamu juga mengusap airmata Jeffrey yang masih saja menggenang di pelupuk matanya. Kamu merasa sangat bahagia malam ini.

Malam di mana pada akhirnya kalian terlihat seperti sepasang suami istri pada umumnya. Dan kalian berdua pun berjanji pada diri kalian masing-masing, jika kalian tidak akan pernah saling menyakiti lagi.

***

Enam tahun kemudian...

"Papa Jeff pulang...!"

Jeffrey yang baru pulang dari kampus itu segera menghampiri sang anak yang sedang bermain sendirian sembari menemani ibunya yang sedang mempersiapkan makan siang.

Jeffrey memang sudah kembali menjadi dosen lagi setelah memastikan kondisimu sudah benar-benar stabil. Sedangkan kamu saat ini hanya fokus menjadi ibu rumah tangga karena keinginan Jeffrey juga.

"Uyuyuyuyuyu... Ini papa ada jelly buat Jerry. Jerry mau? Tapi cium papa dulu."

Jerry Rajaswara, seorang anak lelaki yang masih berumur empat setengah tahun itu hanya mengangguk dengan polosnya kepada sang ayah. Sang anak mencium pipi ayahnya, membuat Jeffrey tertawa karena geli.

Kalian berdua memang telat merencanakan untuk memiliki anak lagi, berhubung kalian ingin menikmati waktu berdua kalian setelah drama panjang yang terjadi ketika itu.

Dan setelah kamu siap, kini pada akhirnya kalian pun di karuniai seorang putra yang lucu dan menggemaskan. Kamu pun hanya bisa menggelengkan kepalamu melihat kelakuan lucu suamimu yang sudah menjadi seorang ayah itu. Bagimu, Jeffrey adalah seorang suami yang sangat baik dan sangat menyayangi keluarga kecilnya.

"Sayang, perlu bantuan tidak?"

"Tidak perlu. Ini aku juga sudah selesai memasak. Ayo, kita makan siang bersama."

Jeffrey mengangguk lalu menggendong Jerry menuju meja makan. Jeffrey mencium keningmu karena telah menyuguhkan makanan siang, lalu mereka pun mulai makan bersama.

"Aku, Jeffrey Rajaswara, berjanji akan selalu menjadi ayah yang baik untuk Jerry Rajaswara, sekaligus menjadi suami yang baik untuk Nana selamanya."

Dengan mulut yang masih penuh dengan makanan, Jeffrey mengatakan hal tersebut di depanmu dan anakmu. Jerry terlalu sibuk dengan makanannya hingga ia tidak menggubris perkataan ayahnya, sedangkan kamu hanya bisa tertawa sembari mencubit pelan pipi suamimu.

Kini kamu benar-benar merasakan kebahagiaan karena memiliki dua malaikat yang akan selalu menjagamu dan menyayangimu, dan kamu tidak pernah menyesal karena telah menikah dengan Jeffrey, meskipun harus melalui perjodohan orangtua.

Sementara itu di sebuah klub malam...

"Mana duit gue? Udah berapa taun lo masih belum bayar gue juga. Lo gak lupa kan kalo lo harus bayar mahal ke gue? Malam itu gue kan udah ngebantuin lo buat ngejebak dosen lo itu. Sampai gue harus pura-pura gak tau kalo yang ada di rumahnya itu istrinya sendiri. Mana gue sempet nyium dia di depan istrinya lagi. Tapi jujur aja, itu dosen lo emang hot banget sih sampe ngebuat gue jadi bergairah. Untung gue masih punya hati nurani. Coba kalo kagak, udah gue embat dah itu dosen. So, kalo lo gak mau bayar gue secepatnya, gue aduin ke orangtua lo kalo janin yang gue kandung sekarang ini tuh anak lo. Lumayan lah kalo gue nikah sama lo dan lo jadi bapaknya anak gue, gue rela kok."

"Banyak omong lo dasar lonteㅡ eh lontong! Udahlah, gak usah nagih duit ke gue terus. Udah tau gue kismin, masih aja lo tagih terus. Mending sekarang anter gue ke rumah lo."

"Mau ngapain lo? Tumben bener. Biasanya juga ogah, katanya bokap gue serem kayak buto ijo."

"Ya mau ngajak lo nikah lah. Gue bakal tanggungjawab terus jadi ayah buat anak lo. Gue gak tau sih yang lo kandung itu anak siapa, tapi gue rela jadi bapaknya. Anak lo juga bakal bangga punya bapak ganteng banget kayak gue."

"Dih, pede lo mundurin dikit dong! Yaㅡemang gue akuin lo ganteng, tapi ya gak usah nyombongin diri kayak gitu bisa gak sih? Geli gue."

"Kalo lo banyak bacot, gue gak jadi nikahin loㅡ"

"Dih, kok gitu?! Gak, gak bisa! Yaudah ayo ke rumah gue sekarang. Oh my God, gue bakal jadi istri Dimas! Gila sih ini gila! Seluruh dunia harus tau kalo calon suami gue gantengnya gak nahan."

"Alay lo, dasar Maeunah!"

"Nama gue Maya!!! Kenapa sih lo gak pernah mau manggil nama asli gue?"

"Terserah, intinya yang namanya Dimas gantengnya gak nahan. Titik."

FIN


Continue Reading

You'll Also Like

262K 8.4K 61
Cerita Pendek Tanggal update tidak menentu seperti cerita yang lainnya. Berbagai tema dan juga kategori cerita akan masuk menjadi satu di dalamnya.
9.9K 1.2K 48
Sella dan Sendra bukanlah pasangan suami-istri sempurna. Sikap Sendra yang begitu dingin, membuat Sella enggan kembali berjuang agar hubungannya deng...
41.5K 4.6K 31
Sasuke X Sakura Fanfiction Story Menikah di usia muda karena perjodohan, membuat Sakura terbebas dari kedua orang tua angkatnya. Namun hidupnya semak...
1.6K 71 3
Hanya bunga tidur. Mostly, mature contents 🔞 Cho Kyuhyun x Kim Hyo Jung