Assalamu'alaikum Pangeran Imp...

Bởi bonjourwrls

109K 8.9K 133

Kehidupan seorang Eliza Syakira Maharani awalnya baik baik saja, hidup bergelimang harta dan serba ada. Hingg... Xem Thêm

PROLOG
1. La Tahzan
2. Lelaki bermata teduh
3. Kuntilanak nyebelin
4. Rasa sakitnya mencintai
5. Di lamar?
6. Tak Punya keseriusan
7. Kompromi
8. Akad
9. Sabar El!
10. Perhatian
11. Tragedi di lift
12. Hati yang rapuh
13. Kembali Tersakiti
14. Ada apa dengan Eliza?
15. Orang gila
16. Khawatir
17. Belajar Mencintai
18. Mencintai dengan ketulusan
19. Akankah dia cinta?
20. Gara gara mas Arsen
21. Saya mencintai mu, sangat.
22. Rayhan mendapatkan cinta?
23. Bersama bang Azam
24. Masa lalu
25. Bodoh!
26. Hidup Kembali?
27. Kabar Bahagia
28. Over protektif
29. Barang-barang Nyasar
31. Polingami
32. Ku Izinkan kau bersamanya
33. Baku Hantam
34. Satu Fakta
35. Dia Masih hidup!
36. Jangan tinggalkan aku!
37. Kehilangan
38. Keajaiban.
39. Assalamualaikum, Pangeran Impian (End)
EPILOG
Info New story
Iseng-iseng Trailer

30. Hadiah terindah

1.7K 176 1
Bởi bonjourwrls

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ

"Terimakasih, ini adalah hadiah terindah yang tak mungkin bisa aku lupakan dengan mudah."

~Eliza Syakira Maharani~
-
-

Dua bulan kemudian.

Nging

Suara dengungan dari mikrofon itu membuat para siswa dan siswi getar getir. Bagaimana tidak Pak kepala sekolah sedang berdiri dengan gagah di atas panggung. Yah, hari ini adalah hari pelepasan bagi siswa kelas XII tahun ini. Hari dimana mereka semua akan menempuh kehidupan baru, banyak siswa yang meneteskan mata karena terpisah dengan para sahabatnya. Perpisahan memang Menyakitkan namun perpisahan juga adalah bentuk kita saling mencintai, karena tanpa adanya perpisahan maka juga tidak ada pertemuan.

Pak Kepala Herman selaku kepala sekolah itu akan memberi tahu siapakah siswa terbaik tahun ini.

"Siswa terbaik tahun ini adalah...." ucap Pak Herman membuat para siswa dag-dig-dug.

Terutama Eliza, ia menggigit kuku jarinya, terlihat pelipisnya yang mulai mengeluarkan keringat. Sembari matanya mengelilingi sekitar ia tak menemukan kebenaran suaminya di sini. Seharusnya kan ada apalagi Arsen salah satu guru di sini.

"Eliza Syakira Maharani." ucap Pak Herman lantang. Membuat semua orang bertepuk tangan.

Namun Eliza masih belum sadar, jika dirinya adalah siswi terbaik tahun ini dengan nilai tertinggi. Laila dan Zahra menggoyangkan tubuh sang sahabat yang masih diam.

"Hey Eliza" ucap mereka berdua menyadarkan.

"Eh _ iya ada apa?"

"Mari Eliza silahkan naik ke atas panggung!" seru Pak Herman di atas panggung dengan senyum sumringah. Ia bangga kepada anak murid nya yang satu ini.

"Eh saya pak?" ucap Eliza seperti orang bodoh, membuat Zahra menggerutu kesal.

Eliza menaiki panggung dengan hati-hati, karena ia sedang memakai high heels dan baju kebaya islami yang membuat ia sedikit kesusahan. Melihat itu membuat panitia acara membantu memengang tangan Eliza agar tidak terjatuh.

Eliza menampilkan senyuman dan berterima kasih kepada Sinta adik kelas nya yang membantu nya menaiki panggung.

"Ini lah Eliza Syakira Maharani siswa terbaik tahun ini dengan nilai tertinggi nya." ucap Pak Herman bangga dengan menyodorkan sertifikat kepada Eliza.

Pak Herman dan Eliza Sama-sama menampilkan senyum kala kamera siap untuk membidik. Sungguh ini kebahagiaan yang amat luar biasa bagi Eliza. Perjuangannya selama dua bulan ini tidak sia-sia. Selama dua bulan ini Eliza berjuang keras dengan cara belajar dan belajar tak jarang pula ia meminta sang suami menjadi mengajarinya dan menjadi guru pribadi.

"Ananda Eliza adakah satu patah kata untuk teman teman kamu." ucap

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Pertama-tama saya berterima kasih kepada ibu bapak guru yang begitu sabar membimbing kami, maaf jika selama ini saya dan teman teman banyak memiliki kesalahan. Tanpa adanya kalian saya dan teman-teman saja tidak akan berada di titik ini."  Eliza menghela nafasnya sejenak.

"Saya juga tidak pernah menyangka akan menjadi siswi terbaik tahun ini dengan nilai tertinggi. Ini juga tak lepas dari campur tangan sang mahakuasa. Pesan ku untuk teman teman ku, hari ini mungkin hari perpisahan kita namun tanpa adanya perpisahan juga tidak ada pertemuan. Mulai hari ini kita mulai menjalani kehidupan baru, belajar menghargai suatu perpisahan. Suka suka selama tiga tahun ini tidak akan pernah bisa terlupakan. Sekian dari saya Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

Eliza mengusap kasar air matanya. Setelah mencium telapak tangan para guru guru dan berfoto ria Eliza mulai turun dari panggung. Ia kembali ke pada sang sahabat yang menunggu nya dengan tatapan bangga. Mereka bertiga berpelukan menyalurkan rasa bahagia.

Bahu Eliza basah akibat ulah paras sahabat. Tak dapat di bendung memang, karena sebentar lagi mereka akan berpisah. Laila akan melanjutkan kuliah di Singapura, dan Zahra di Jogjakarta.

"Gue bakal kangen kalian." seru Zahra kembali memeluk erat.

"Aku juga El, aku nggak akan pernah lupaain kalian. Kalau nanti aku liburan akan aku luangkan untuk para sahabat sahabatku ini." ucap Laila.

"Iya aku juga bakal kangen kok. " balas Eliza tersenyum.

Setelah acara mewek mewekan. Eliza mulai melangkahkan kakinya mendekati Sang Abang tercintanya dan Umi Inah yang tersenyum bangga. Lantas Eliza memeluk erat sang umi menyalurkan rasa bahagianya.

"Selamat ya sayang." ucap Inah harus dengan sesekali mengusap air mata yang turun tanpa permisi.

"Abang kalian abaikan nih.." seru Azam membuat sepasang ibu dan anak itu tersadar. Dan kemudian tertawa melihat Azam yang terlihat cemberut.

"Ilih ilih Abang ngga di abaikan, tapi cuma ngga di anggap." ucap Eliza dengan kekehan.

"Ini bunga buat kamu" ucap Azam menyodorkan buket bunga mawar merah yang begitu besar.

"Masyaallah besar sekali bunga nya. Makasih Bang makin sayang deh." balas nya girang. Mengambil buket bunga yang begitu besar sampai menutup tubuh mungil nya itu.

"Apapun akan Abang berikan untuk adek Abang yang sekarang pake kebaya cantik banget."

Tak lama kemudian Papa Kenandra dan Mama Jihan datang dengan senyuman memeluknya sang menantu. Bangga mempunyai menantu yang pandai nan cantik seperti Eliza.

"Menantu mama ini memang patut di acungi jempol. Selamat ya sayang." ucap Jihan mengusap puncak kepala sang menantu. Dan kemudian beralih ke perut menantunya yang kini memang belum membesar karena kandungan nya masih tiga bulan.

"Nggak sabar ketemu sama cucu."

Eliza tersenyum, menaruh telapak tangannya di perutnya. Mengusap-ngusap dengan perlahan membuat mereka semua terkekeh.

"Arsen mana El?" tanya Keenandra yang sedari tadi tak menemukan kebenaran putranya itu padahal ini adalah hari bahagia bagi Eliza. Seharusnya Arsen ada di sini di samping Eliza.

"Eliza juga ngga tahu pa" jawab Eliza menundukkan kepalanya, Entah kenapa serasa ada air yang mulai jatuh dari pelupuk matanya.  Ayolah kenapa menangis? Hanya karena Arsen tak ada di sini. Mungkin suamimu itu ada urusan penting sehingga tak menghadiri acara bahagia mu ini. Seberusaha mungkin Eliza menyembunyikan tangisannya.

"Mungkin Arsen ada urusan penting sayang." ucap Jihan lembut.

"Iya nak kamu harus mengerti apa perkejaan suami kamu itu." timpal Umi Inah.

Eliza pun mengangguk anggukan kepalanya. Menampilkan senyuman walaupun itu berdasarkan keterpaksaan.

***

Kini Eliza sudah berada di rumah nya. Ada perasaan kecewa yang menyapa kala suaminya tak dapat di hubungi dan tidak menghadiri acara berbahagialah.

Hening. Tak ada satu orang pun yang ada di dalam rumah. Hatinya bertanya-tanya dimanakah mereka sekarang. Kenapa rumah berubah menjadi gelap seperti ini.

Eliza melangkahkan kakinya mencari saklar lampu. Walaupun sedikit kesusahan karena pencahayaan yang minum membuat nya sesekali tersandung.

Lap

Pertama kali yang ia lihat adalah lilin lilin yang menghiasi dan bunga mawar yang bertebaran. Saat ia melangkahkan kakinya mendekati sebuah surat yang tergeletak di atas meja. Bunga mawar merah berjatuhan dari atas.

"Apakah ini rencana mas Arsen?" batinnya

Ia pun mendongak ke atas dan ternyata ada bi Ijah dan Pak Budi yang menabur kan bunga. Eliza pun tertawa, memutar mutar tubuhnya yang kejatuhan kelompok bunga mawar ini.

Setelah itu ia mulai mengambil kertas itu dan membacanya. "Congrats my wife, your happiness is my happiness. I love you so much."

Pipinya di buat bersemu setelah membaca isi dari kertas ini. Ternyata suaminya itu begitu romantis. Sungguh ia sangat, sangat bahagia. "Thank you my sweet husband" gumamnya kemudian menciumi kertas itu berkali-kali.

Kepalanya ia tolehkan kesana kemari mencari keberadaan suaminya, namun tak di temukan. "Bi mas Arsen dimana?" tanyanya sedikit berteriak karena bi Ijah yang berada di atas.

Bi Ijah hanya diam, tak menjawab pertanyaannya. Eliza pun mengerutkan keningnya tanda tak mengerti dengan sikap Bi Ijah, ia pun berpindah meminta kejelasan dari pak Budi namun ia tak kunjung juga mendapat kan jawaban.

Derap drap

Suara langkah sepatu membuat Wanita itu membalikkan badannya. Wanita itu tersenyum berlari kecil mendekati seseorang yang baru saja datang dengan buket bunga mawar berwarna pink berukuran sedang tak sebesar buket bunga yang Abang Azam tadi berikan.

Arsen pun terkekeh melihat aksi istrinya itu. Arsen memberikan buket bunga itu kepada sang istri dan kemudian berlari memeluk erat sang istri mengangkat tubuhnya dan memutar mutar kesana sini.

"Ah mas turun El takut!" teriaknya dengan iringan tawa.

"Iya iya, saya turunin kasih istri dan anak mas ini." balas nya dan menurunkan istri nya.

Eliza terdiam ketika menyadari ada orang lain di sini. Jantungnya berdetak dengan cepat, dan tubuhnya bergetar. "Dia siapa?" cicitnya menunjuk ke arah seorang perempuan yang sedari tadi menundukkan kepalanya.

"Sayang..." lirihnya

"Jelas kan dulu siapa dia!" bentaknya. Sungguh rasa takut tiba-tiba menyerah.

"Eliza izinkan saya untuk menikah lagi!" ucap Arsen lugas walaupun setengah hati.

Deg

Air matanya turun begitu saja tanpa permisi. Hati yang rapuh kini telah hancur berkeping-keping, rasa cinta yang ia peruntukan untuk suaminya seorang menjadi luka yang begitu mendalam di ulu hatinya. Rasa percaya yang ia bangun runtuh dalam sekejap mata.

Apakah ini prank? Sangkalnya. Bukan, ini buat prank ini kenyataan sadarnya. Eliza menatap lekat suaminya yang kini mendekati perempuan berkhimar yang sedari tadi hanya menunduk.

"Eliza perkenalkan dia Hanum." ucap Arsen.

Ada yang pecah tapi bukan kaca. Ada yang rapuh tapi bukan porselen. Matanya memanas, ia mengenal perempuan itu dia Hanum. Yah, Seseorang yang pernah ia tolong.

Eliza memandang Hanum sendu, kemudian ia mulai mendekati nya. Mengelus elus perut buncitnya. "Jadi ayah dari anak kak Hanum adalah suamiku." ucap Eliza dengan sengaja menekan kata suamiku.

"Tunggu Eliza, ini semua bukan seperti apa yang kamu fikirkan. Tapi memang apapun keadaannya, bahkan jika kamu tidak mengijinkan Mas Arsen menikah lagi kami akan tetap menikah!"

Plak

Satu tamparan kini sudah mendarat di pipi mulus Hanum. Eliza tidak sadar jika ia akan melakukan ini. Sungguh berat, wanita mana yang senang hati jika suaminya menikah lagi, tidak ada. Seikhlas ikhlas nya mereka, diam-diam memendam rasa sakit di ulu hati.

Dia tak setegar perempuan perempuan itu, yang berkata ikhlas tapi kenyataan ada rasa berat untuk berbagi, apalagi suaminya.

Melihat Hanum di tampar seperti itu, membuat Arsen menggeram kesal. Ia pun mendekati sang istri yang kini sudah hilang akal menurut nya.

"Kamu sudah hilang akal hah." ucap Arsen keras

"Mas bilang aku hilang akal? Seharusnya aku yang bilang itu. Mas telah hilang akal, mana ada lelaki waras yang berselingkuh sampai selingkuhanya hamil! "

Plak

"Stop Tuan!" teriak Bi Ijah tak terima melihat Eliza di perlakukan seperti ini. Ijah memeluk tubuh Eliza yang kini tersungkur akibat tamparan keras Arsen.

"Bibi tak perlu ikut campur!" bentak Arsen dengan menggenggam erat tangan Hanum.

"Ini juga menjadi urusan bibi. Bibi pernah berada di posisi ini, bibi ngga mau Non Eliza mengalami hal sama seperti bibi. Bibi ngga mau!" ucap Bi Ijah dengan meneteskan air mata.

"Sudah Bi El ngga papa." ucap Eliza dengan menggunakan sisa tenaganya untuk berdiri.

Wanita itu menampilkan senyum. "Terimakasih, ini adalah hadiah terindah yang tak mungkin bisa aku lupakan dengan mudah." gumamnya namun masih bisa terdengar oleh Arsen.

Mendengar itu membuat hati Arsen tersentil. Ia salah, tak seharusnya ia menampar istri kecilnya itu. Kini ia merasa sangat bersalah, ia melepaskan genggaman tangannya dari Hanum dan kemudian mendekati sang istri yang menangis.

Namun respon Eliza membuat Arsen terdiam. Yah, Eliza pergi begitu saja, keluar dari rumah yang selama ini menjadi saksi cinta itu terbangun dan cinta itu kini telah hancur.

***

Mohon maaf kalau kurang nge faile.
Mood naik turun.

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

2.6K 330 45
Izinkan saya mengagumimu, Gus. Boleh? Meskipun nanti tidak akan pernah menjadi satu. Langkahnya terhenti, diam terpaku. Bibirnya ingin sekali menyuar...
60.1K 3.2K 32
Setiap wanita memiliki kisah cintanya masing-masing. Ada yang penuh luka,liku hingga akhir kisah yang mungkin tak pernah diduga. Kau akan selalu menj...
35K 1.9K 52
❗W A R N I N G❗ Cerita ini kemungkinan mengandung bawang. Unpublish sementara !! Sedang proses revisi !! "Sungguh indah agamaMu, ya Allah." Rheina...
13.3K 619 23
(PUBLIKASI ULANG/NEW VERSION) Ini lanjutan kisahku yang sempat terhenti. Setelah sekian lama aku tidak bertemu denganmu, mengapa takdir mempertemukan...