Marriage Contract

By LaelatulHafidah

86.1K 6.9K 273

Hanya sekelumit kisah, tentang gadis bernama Song Hyera, yang harus rela menjadi istri kontrak dari seorang P... More

Prolog
Part. 1
Part. 2
Part. 3
Part. 4
Part. 5
Part. 6
Part. 7
Part. 8
Part. 9
Part. 10
Part. 11
Part. 12
Part. 13
Part. 14
Part. 15
Part. 16
Part. 17
Part. 18
Part. 19
Part. 20
Part. 21
Part. 22
Part. 23
Part. 24
Part. 25
Part. 26
Part. 27
Part. 28
Part. 29
Part. 31
Part. 32
Part. 33
Part. 34
Part. 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39

Part. 30

1.7K 151 7
By LaelatulHafidah


Ini bukan pertama kalinya Jimin jatuh cinta, ini juga bukan pertama kalinya ia membina rumah tangga. Di usianya yang hendak menginjak kepala tiga, bisa dibilang Jimin sudah cukup banyak berhubungan dengan para wanita.

Namun, benar. Harus Jimin akui, di antara kebanyakan wanita yang pernah ia suka, baru kali ini Jimin berhasil dibuat pusing oleh wanita yang sekarang ini menjadi satu-satunya wanita yang menyandang status sebagai istri sah-nya.

Yah, siapa lagi kalau bukan Hyera.

Sungguh, sekeras apa pun Jimin mencoba, tetap saja ia tidak bisa mengerti dengan jalan pikiran istrinya sendiri. Jika dulu Jimin hanya perlu memberikan Soojung sebuah perhiasan atau barang-barang mahal saat wanita itu tengah marah, maka sepertinya seluruh kekayaan di dunia pun tidak akan cukup untuk membuat Hyera bisa memaafkannya.

Bukannya Jimin ingin membandingkan Hyera dengan Soojung, itu tidak mungkin karena keduanya memang jauh berbeda. Namun, ia hanya tidak habis pikir. Apa kesalahannya? Apa yang telah Jimin perbuat hingga bukannya memaafkannya, istrinya itu justru malah seakan mendiaminya setelah malam di mana ia memeluknya.

Tunggu dulu, tidak mungkin kan hal itu adalah alasan di balik diamnya Hyera? Jimin suaminya. Jadi, rasanya tidak ada alasan untuk Hyera marah hanya karena dipeluk oleh suaminya sendiri.

"Tunggu sebentar, aku ingin bicara denganmu, Hye," ujar Jimin, saat melihat Hyera mulai berdiri dari duduknya setelah selesai makan malam.

Hyera sendiri menghentikan langkahnya. Wanita itu berbalik, kemudian berkata,

"Besok saja, Jim. Young Jae--"

"Tolong, jangan jadikan Young Jae alasan untuk-mu terus menghindariku, Hye. Dia sudah tidur, aku tahu itu."

Jimin kembali berkata dengan nada sedikit tak suka. Karena jujur saja, ia juga lelah terus dibuat bingung oleh sikap dingin dan cuek sang istri selama tiga hari belakangan ini.

"Apa yang ingin kau bicarakan, Jim?" tanya Hyera pada akhirnya.

Sekarang ini keduanya tengah berada di taman belakang rumah mereka ngomong-ngomong.

"Kali ini apa lagi kesalahanku, Hye?" jawab Jimin, membuat Hyera mengercitkan dahinya.

"Apa maksudmu, Jim?"

Jawaban dari Hyera membuat Jimin menghela napas panjang. Sebisa mungkin pria itu mencoba untuk menahan diri agar tak kembali dikuasai oleh emosi, yang mungkin akan kembali membuatnya menyesal di kemudian hari.

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu. Mendiamiku, terus menghindar saat aku coba untuk mendekatimu. Katakan, apa maksud dari semua itu?"

Hyera terlihat menggigit bibir bawahnya mendengar perkataan suaminya. Sungguh, sebenarnya ia juga tidak bermaksud seperti itu. Hanya saja, kejadian malam itu membuatnya merasa tak nyaman saat berbicara, atau pun hanya sekedar berada di dekat suaminya.

"Aku tidak tahu apa kesalahanku, dan sepertinya kau juga tidak mau memberitahuku. Namun, bisakah kau berhenti bersikap kekanakan seperti ini?"

Sepertinya ucapan Jimin kali ini berhasil membuat Hyera tersinggung. Wanita itu langsung bangkit dari duduknya sesaat setelah Jimin menyelesaikan perkataannya, dan menatap pria itu dengan tatapan tak suka.

"Kekanakan?" ulangnya tak terima.

Jimin mengangguk, pria itu ikut bangkit dari duduknya sebelum akhirnya kembali berkata,

"Maaf, bukannya aku ingin membuatmu tersinggung atau apa. Tapi, aku hanya merasa jika sikapmu sekarang memang sedikit kekanakan, Hye."

"Apa yang membuatmu berhak mengatakan hal itu padaku, Jim?"

Jimin kembali menghela napas mendengar perkataan Hyera. Pria itu lantas memegang kedua tangan sang istri, mencoba untuk membuatnya tidak tersulut emosi.

"Aku memang salah, dan aku sangat bersyukur karena kau mau memaafkanku dengan bersedia memberikanku kesempatan kedua. Tapi, Hye. Apa artinya kesempatan itu jika kau sendiri seakan tidak mau berusaha untuk memperbaiki hubungan kita?"

Genggaman tangan Jimin semakin mengerat. Pria itu sedikit menurunkan nada bicaranya, berharap sang istri tidak akan sakit hati dengan apa yang akan dikatakannya.

"Kau butuh waktu, kan? Dan aku pun tidak keberatan dengan itu. Namun, bisakah kau sedikit menghargaiku? Bisakah kau tidak egois dan buang sedikit saja egomu untuk mencoba mengerti keadaanku?"

Kali ini Hyera tampak membuang muka mendengar perkataan Jimin. Egois? Sungguh? Bisa katakan, di mana letak egois Hyera seperti yang sang suami katakan?

"Sekali lagi, aku tidak bermaksud untuk menyinggung apa lagi menyalahkanmu. Di sini aku hanya meminta sedikit pengertian darimu. Sepertiku, aku yakin kau juga ingin hubungan kita membaik, kan? Tapi, bagaimana itu bisa terjadi jika kau saja tidak mau mempercayaiku lagi?"

"Kau pikir siapa yang membuatku menjadi seperti ini, Jim?" ujar Hyera seraya melepas paksa genggaman tangan suaminya.

Wanita itu menghela napas kasar, sebelum akhirnya menatap sang suami dengan tatapan tak percaya.

"Egois, kekanakan, semua itu ada karena dirimu sendiri, Jim! Dan percaya? Kau pikir mudah untukku kembali mempercayaimu setelah semua yang terjadi, huh? Jika kau lupa, maka akan kuingatkan lagi apa saja kesalahanmu yang membuatku menjadi enggan untuk mempercayaimu!" tegasnya.

"Mungkin kau memang sudah lupa. Tapi, kau bahkan sudah menipuku dari awal pernikahan kita, Jim. Tidak cukup dengan itu, kau juga memaksaku untuk menandatangani surat kontrak yang kau gunakan untuk mengancamku agar bisa kembali padamu. Ah, kau pun terus menyakiti hatiku dengan mengataiku sebagai wanita jala*ng kan, Jim? Kau ...."

Wanita itu menggantungkan kata-katanya, mencoba menghilangkan rasa sesak di dada saat mengingat kembali masa lalunya.

Sedangkan Jimin? Pria itu sempurna terdiam, matanya bahkan sudah mulai berkaca-kaca sekarang.

"Sekarang katakan, apa aku salah bersikap seperti ini? Apa ini menjadi kesalahanku juga karena enggan untuk mempercayaimu lagi? Kau ... kau yang membuatku seperti ini, Jim. Kau ...."

Perkataan Hyera kembali terpotong saat sang suami menariknya, dan membawa Hyera kedalam pelukannya.

"Aku tahu. Maafkan aku, Hye. Maaf."

Jimin berkata dengan nada sarat akan penyesalan. Pria itu memeluk erat tubuh sang istri, kemudian mengusap punggungnya yang terasa bergetar.

Jimin yakin, istrinya pasti sedang menangis sekarang. 

"Maafkan aku."

Lagi, lirihan itu keluar dari bibir tebalnya. Sungguh, tidak ada niat sedikitpun untuk Jimin kembali menyakiti hati sang istri. Jimin hanya ingin agar Hyera mencoba untuk mempercayainya lagi.

Namun, sepertinya apa pun yang dilakukan Jimin memang selalu berakhir dengan kesalahan. Bukannya mempercayainya, istrinya malah salah paham dan kembali menangis akibat ulahnya.

"Kepercayaan adalah dasar dari sebuah hubungan. Sekeras apa pun aku mencoba, itu semua hanya akan sia-sia jika tidak ada kepercayaan dalam dirimu untukku meski hanya sedikit saja, Hye," lirih Jimin, membuat Hyera menghentikan tangisnya.

Untuk seketika pikirannya melayang, perkataan Jimin kali ini berhasil membuat hati Hyera kembali bimbang.

"Hanya itu yang ingin kukatakan padamu, Hye. Dan maaf, jika lagi-lagi perkataanku kembali menyakiti hatimu," lanjutnya seraya melepaskan pelukan mereka.

"Sudah malam, tidurlah."

Pria itu mulai melangkah pergi setelah mengatakan hal itu pada sang istri, dan mengusak surai lembut miliknya. Meninggalkan Hyera, yang sampai sekarang masih terdiam dengan pikirannya sendiri.

*****
7. 15 KST.

"Jim," ujarnya, membuat Jimin yang hendak keluar dari rumahnya menghentikan langkahnya.

"Y-ya?" jawabnya kikuk.

Sedangkan Hyera? Wanita itu tersenyum simpul, mendorong keranjang bayi milik Young Jae, sebelum akhirnya berdiri tepat di hadapan sang suami dan berkata,

"Menunduklah."

"H-huh?"

"Aish, menunduklah. Biar kurapikan dasimu itu," tukasnya seraya menarik paksa dasi di leher sang suami, dan membuat Jimin membelaklakan matanya tak percaya melihat tingkah laku sang istri.

Sejak pagi-pagi sekali Jimin memang sudah dibuat bingung oleh sikap Hyera. Bagaimana tidak? Jika biasanya ia hanya akan membuatkannya sarapan, sekarang ini wanita itu juga menyiapkannya baju untuknya berangkat ke kantor layaknya seorang istri pada umumnya.

Dan sekarang? Lihatlah, wanita itu bahkan tanpa ragu menariknya layaknya seekor kambing hanya untuk merapihkan dasinya. Astaga, sungguh. Sepertinya pepatah jika wanita adalah hal paling rumit di dunia memang benar adanya.

Yah, sepertinya kalimat itu memang bukan omong kosong belaka. Terbukti dengan sikap, juga suasana hati Hyera yang tidak bisa Jimin prediksi.

"Kau ... baik-baik saja kan, Hye?"

Pertanyaan konyol itu akhirnya keluar dari mulutnya. Membuat Hyera sontak mendongakkan wajahnya, dan otomatis menatap wajah tampan milik sang suami yang berada di atasnya.

"Tentu. Memangnya aku kenapa, Jim?"

Jimin tampak menggeleng, kemudian menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Ah, tidak. Hanya saja ...."

"Sudahlah, pergi dan berangkat sekarang. Kau sudah terlambat, Jim," potong Hyera setelah selesai dengan dasinya.

Kali ini Jimin hanya mengangguk, pria itu sedikit membungkuk untuk mencium dahi serta pipi gembil sang putra, dan tersenyum simpul setelahnya.

"Appa berangkat kerja dulu yah, Baby. Jangan nakal-nakal sama Eomma, oke?" ucapnya kemudian.

"A-aku pergi," lanjutnya, lalu melangkah dengan tergesa setelah dengan sengaja mencium kening Hyera.

*****
Sepertihalnya Jimin, orang-orang mungkin juga akan merasa bingung melihat sikap Hyera sekarang.

Namun, Hyera tentu tidaklah berubah tanpa alasan. Wanita itu hanya ingin benar-benar memberi sang suami kesempatan kedua dengan mencoba untuk kembali mempercayai Jimin mengingat perkataannya semalam.

Hyera sadar, hubungan mereka hanya akan terus berjalan di tempat jika ia sendiri tak mau berusaha di sini. Dan, yah. Ia tentu tidak ingin itu terjadi.

Wanita itu  tidak ingin hubungannya dan sang suami berdampak buruk untuk putra mereka di masa depan. Sama sekali tidak.

"Astaga, sepertinya Jimin lupa membawa map ini," gumam Hyera seraya mengambil map merah yang terletak di atas meja.

Wanita itu lantas mengambil tas-nya di kamar, memasukkan map tersebut ke dalam tas miliknya, kemudian melangkah keluar dari rumah besarnya dengan Young Jae digendongannya.

"Kita antarkan map ini pada Ayah-mu dulu yah, Sayang. Setelah itu baru Eomma ajak kamu mandi, oke?" ucapnya, yang hanya ditanggapi senyuman manis oleh Young Jae.

"Jalan, Ahjussi."

Hyera kembali berkata saat sudah duduk tenang di dalam mobilnya. Membuat sopir pribadi-- yang memang Jimin sewa untuk istrinya dan sang putra mengangguk kemudian mulai melajukan mobilnya.

Bersyukur jalanan pagi ini tidak terlalu macet, sehingga hanya membutuhkan waktu kurang lebih lima belas menit untuknya sampai di kantor suaminya.

"Tunggu di sini saja yah, Ahjussi. Saya hanya sebentar saja, kok," ujar Hyera.

"Baik, Nyonya," jawab sang sopir.

Wanita itu pun keluar dari mobilnya, lalu berjalan masuk menuju kantor sang suami.

"Maaf, Nona. Bisa tanya di mana ruangan T.n Park berada?" tanya Hyera pada receptionis di hadapannya.

(FYI, ini memang kali pertama Hyera pergi ke kantor baru Jimin setelah mereka kembali ke Seoul.)

"Baiklah, terima kasih," lanjutnya setelah mendapat jawaban dari pertanyaannya.

Hyera pun kembali melangkah, langsung menuju ruangan Jimin seperti yang sang receptionis katakan, dan membuatnya membelaklakan mata tak percaya melihat pemandangan di hadapannya.

"Tolong, b-berikan ini pada T.n Park," ucapnya seraya menyerahkan map di tangannya pada sembarang orang.

Wanita itu bergegas pergi tanpa berniat untuk masuk ke dalam ruangan sang suami setelah melihat suaminya itu tengah asik berpelukan, bahkan saling mengungkapkan rindu pada satu sama lain dengan seorang wanita di depan matanya sendiri.

Tbc ....

Walaupun gk banyak yang suka, seenggaknya yang baca komen atuh:>

Continue Reading

You'll Also Like

992K 80.3K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
822K 39.6K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
330K 3.8K 81
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
401K 7.6K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.