The Blue Of Sharingan

Par Levon_Blade94

80.1K 6.9K 1.8K

Uzumaki Boruto x Uchiha [name] ⚠Sedang revisi ulang . . . . Kehidupan Uchiha [name] sebagai keturunan klan Uc... Plus

Prolog
[1] Uchiha, Uzumaki dan Nishimura
[2] Menara Perbatasan
Tokoh
[3] Markas Orochimaru
[5] Desa Konoha
[6] Kembali ke Rumah
[7] Menjadi Chunin
[8] Kedatangan Para Kage
[9] Kunjungan ke Kirigakure
[10] Berlatih?
[11] Kebersamaan dengan Kagura
NEW BOOK!!!
Lanjut? atau Tamat?

[4] Misi Penyelamatan dan Rasa Sakit

4.7K 584 238
Par Levon_Blade94


┣━━━━━━━━━━━━━━┫

Sarada Twin
Boruto x Reader

Boruto hanya milik Masashi Kishimoto
[name], Bokuto, Kuroo, dan Inorin karakter OC buatan saya.

Cerita ini murni hasil pemikiran saya sendiri bukan plagiat. Saya menerima Kritik dan sarannya.

Dilarang Plagiat!!!

┣━━━━━━━━━━━━━━┫




~<〝Happy Reading Minna-san〟>~

━━━━━━━━━━━━━━━━━╮
A/N : Disarankan untuk membaca kembali^^ karna ada beberapa perubahan dan penambahan di penulisan ceritanya. Terima kasih atas vote dan komen kalian╰(*´︶'*)╯❤💕
╰━━━━━━━━━━━━━━━━━╯

[name] POV

Sekarang kami berlima sedang berada didalam Susano'o milik Papa. Terbang menggunakan Susano'o milik Papa menuju tempat dimana Mama disembunyikan.

Sedari tadi kuperhatikan Sarada. Ia tampak bersemangat tapi juga nampak kebingungan. 'Apa Sarada sudah yakin bahwa Sakura Haruno adalah ibunya?' itulah yang ada dipikiranku saat ini.

"Ngomong-ngomong [name]-chan, Apakah kau seorang pendekar pedang?" suara seseorang menyadarkanku dari lamunanku. Seseorang yang bertanya kepadaku tadi adalah gadis berambut coklat tadi, teman Sarada.

"Ya." jawabku singkat dan dingin.

"Geh!! k-kau sangat keren. Diumur 12 tahun kau sudah bisa menggunakan pedang." lanjut gadis itu dengan wajah yang berbinar-binar.

Aku menghela nafas pelan. "Itu sudah biasa bagiku, aku sangat nyaman saat bertarung menggunakan pedang." sepertinya aku salah mengucapkan sesuatu. Perkataanku membuat gadis berambut coklat itu semakin menatapku berbinar-binar.

Hal itu menbuatku sedikit tidak nyaman. Kulirik Sarada yang ada di sampingnya. Dia hanya tersenyum kepadaku dengan pandangan berbinar-binar yang sama dengan gadis berambut coklat itu.

"Kita sudah dekat. Naruto, lacak mereka." suara Papa membuat Sarada dan gadis berambut coklat itu menjadi serius dan waspada.

Aku tersenyum miring, sepertinya aku akan mendapatkan sesuatu yang bisa membantuku mengasah pedangku agar lebih tajam.

.
.

Kami semua berlari ke depan, menuju sebuah lubang berukuran agak besar di depan. Namun, sepertinya akan ada beberapa hambatan. Klon-klon itu mulai berdatangan.

"Perintah ayah .... Lenyapkan para penyusup." Aku bisa mendengar mereka semua terus menerus mengucapkan kalimat itu.

Naruto-ojisan membuat tiga bayangan lalu menyerang mereka.

"Hei, Sarada?!" seru gadis gendut di sebelahku, membuat perhatianku menuju ke arah Sarada. Ku lihat ia terus berlari lurus ke depan dan melewati dua klon bocah. "Maaf, Nanadaime! Aku akan menyelamatkan Mama!" seru nya lalu kembali menghadap ke depan.

Aku mendengus. "Sudah kembali seperti semua, kah?" cibirku. Satu klon maju ke arahku, mencoba menyerangku menggunakan Shuriken berukuran besar.

Aku melompat, menahan tubuhku dengan menaruh tangan kananku di salah satu pundaknya. Aku menarik pedangku lalu memukul leher belakang klon itu menggunakan pegangan pedang milikku. "Tidurlah di sana dan jangan bangun lagi." ujarku bercanda, ia hanya pingsan dan akan bangun dalam beberapa saat mendatang.

"Sialan. Sasuke! Ikuti dia! Kau pun, [name]-chan!" seru Naruto-ojisan padaku dan Papa. "Biarkan aku yang mengurus mereka!" lanjutnya lalu berhenti berlari, gadis berambut coklat itu sepertinya bersama Naruto-ojisan.

Aku turun ke bawah setelah Papa. Bisa ku lihat Sarada nampak terkejut setelah jebakan itu terbakar habis oleh api hitam milik Papa, ia berdiam diri. "Ada apa? Ayo." ujar Papa lalu berjalan duluan. Aku berjalan pelan di belakangnya, melewati Sarada.

Setelah berjalan di lorong gelap itu, akhirnya aku bisa keluar. Aku melompat ke bawah dan mendarat dengan sempurna. Sedangkan Sarada agak tersungkur ke depan.

Shuriken besar itu hancur lebur oleh pedang Susano'o. Shin melompat ke salah satu tembok penyangga, namun sayang sekali Papa menyerangnya dan membuat kaki kirinya terputus.

Sarada berlari mencari keberadaan Sakura, ia berhenti saat melihat sang ibu terduduk lemas di tanah. Ia berlari cepat ke arahnya, sedangkan aku hanya berlari pelan. "Mama! Kau terluka!" Sarada menatap khawatir ke arah lengan Sakura.

Aku dan Sarada menggeser saat Papa menghampiri Sakura dan menarik dua buah besi itu. "Amaterasu!" seru Papa, membuah dua besi itu terbakar habis oleh api hitamnya.

Aku menoleh ke arah Shin saat mendengar rintihannya. Papa juga sepertinya mendengarnya, ia berjalan ke arah Shin dengan pedang di tangannya. "Dengan kaki itu, kau takkan bisa bergerak lagi." ujar Papa.

Aku menatap Sakura yang nampak memperhatikanku sedari tadi. "Apa? Apa ada sesuatu yang salah?" tanyaku padanya. Sakura menggelengkan kepalanya, aku bisa melihat kedua matanya sedikit berair. "Dia!" seru Sarada saat melihat klon Shin kecil berdiri di antara Papa dan Shin.

Aku berjalan ke arah mereka berdua. Aku bisa mendengar Papa berkata minggir ke klon Shin, tapi tak di dengarkan karna alasan ingin melindungi ayahnya. Aku berhenti tepat tiga langkah di belakang Papa. "Aku tidak selembek Naruto."

Papa mengangkat pedangnya, ia hendak menebas bocah Shin itu, namun gerakannya terhenti karena teriakan Sarada. Ah, lebih tepatnya Shin sialan itu telat menusuk papa menggunakan besi miliknya.

Tak butuh lama, aku menebas besi itu hingga terpisah belah.

Aku menendang perut Shin hingga terpental ke belakang. "Sialan kau! Dasar makhluk menjijikan!" seru ku.

Tiba-tiba dari belakang aku bisa merasakan seseorang akan menusukku. Tapi untungnya aku dengan cepat melompat ke belakangnya lalu menusuknya memakai pedangku.

Cairan berwarna merah dengan bau hanyir itu mulai merambat ke seluruh punggungnya.

Aku memasukan kembali pedangku.

Brukk

Anak Shin itu terduduk ditanah dengan kedua tangan bergerak-gerak untuk menyentuh punggungnya yang robek karena serangan halus ku.

Aku hanya melihat itu datar. Kedua Sharingan ku menatap tajam Shin yang berada di depan.

Aku berjalan pelan ke arahnya. Ku ayunkan Kitetsu ke arahnya, namun terhenti tat kala mendengar teriakan Sarada di belakangku.

Aku menoleh ke belakang dan kedua mata ku agak melebar.

"Shannaro-aga!!!"

3rd person POV

BRAKK

[name] tertegun melihat Sarada. Ia tidak habis berfikir, Sarada lebih hebat dibandingkan dirinya. Sarada tidak perlu latihan khusus untuk menguasai teknik pukulan maut.

Berbeda dengannya yang harus menghabiskan berbulan-bulan latihan hingga benar-benar bisa menguasainya.

Sebuah kurva tipis muncul di wajah datar [name].

Ia memasukan kembali pedangnya.

'Berhentilah untuk berharap sesuatu darinya [name], kau hanya akan membuang-buang waktu.'

Tanpa disadari oleh Naruto, Sasuke, Sakura, Sarada dan Chocho. [name] pulang ke markas menggunakan jurus hokage ke-4. Hiraishin.
.
.
.

'Shing'

Kedua obsidian itu kembali lagi kesemula. Bibir bawahnya ia gigit kuat, menahan isakan yang bisa keluar kapan saja.

Butiran-butiran bening itu mulai menetes. Berlomba-lomba untuk keluar dari mata cantiknya.

'Aku tidak menyangka akan sesakit ini. Apalagi tadi saat Papa melihat Sarada dengan ekspresi senang, seolah mengatakan 'itu baru anak ku'. Sepertinya aku terlalu ke kanak-kanakan. Tapi tetap saja, ini menyakitkan.' batinnya.

Tangannya memegang dada bagian kirinya dengan kuat. Sekuat apapun ia memegangnya, itu tidak akan menyembuhkan sakit didadanya.

Samar-samar ia bisa mendengar suara derap langkah menuju ke arahnya. Dalam hitungan detik, [name] langsung merasakan kehangatan dan penuh rasa sayang. Seseorang memeluknya, dan ia tau siapa yang memeluknya itu.

Uzumaki Bokuto.

"Kenapa kau menangis? hmm." tanya Bokuto padanya. Tangan kanannya masih sibuk mengusap kepala [name] dan tangan kirinya mengusap punggung [name] yang selalu menerima beban berat.

"Ittai." lirih [name] pelan.

Bokuto bergumam, "Hm?". Ia menatap kosong ke depan.

"Ittai-Ittai-yo Bokuto!! huaa." [name] menenggelamkan kepalanya di dada Bokuto. Mengeluarkan semua tangisannya disana, ia sudah tidak tahan lagi menahannya.

Bokuto hanya diam, matanya masih menatap kosong ke depan. Pelukannya pada [name] semakin ia eratkan.

Diam-diam dalam hati, ia mengutuk Sakura dan ingin sekali memukulnya.

"Salah sendiri kenapa kau malah ikut menyelamatkan Sakura-san." gumam Bokuto tepat ditelinga kiri [name].

"T-tapi, bagaimana pun juga dia itu ibu kandungku. Jadi aku harus ikut menyelamatkannya." lirih [name]. Kepalanya semakin ia benamkan di dada Bokuto.

Bokuto yang melihat itu hanya terkekeh kecil. Ia sangat tahu kenapa [name] melakukan itu. [name] malu padanya.

"Haha, sudahlah jangan dipikirkan lagi. Aku tadi sudah melihatnya." ujar Bokuto.

"Melihatnya?" tanya [name].

"Ya, sebenarnya aku mengikuti kalian tadi. Aku menggunakan Hiraishin kesana dan bersembunyi di salah satu batu yang ada disana." jelas Bokuto. Senyuman terlihat jelas di wajahnya.

Ditariknya wajah [name] yang ada dipelukannya. kemudian mendekatkan wajahnya dan menyatukan keningnya dengan kening [name].

Kedua pasang manik berbeda warna itu saling menatap.

"Jangan pernah menangis lagi [name], itu membuat hatiku sakit. Apalagi jika alasannya hanya karena kakak kembarmu itu. Lupakan mereka, ada aku dan Kuroo disini. Kami akan selalu bersamamu. Kami sudah berjanji padanya. Meski pun ia tidak memintanya kepada kami, aku dan Kuroo akan tetap melindungimu." Sepasang manik biru muda itu terpejam. Mengingat-ngingat moment itu lagi.

"Kau juga mempunyai Karin-kaasan di sini." lanjutnya.

[name] hanya bisa terdiam. Kedua manik hitamnya menatap dalam sepasang mata tertutup didepannya.

Sebuah kekehan kecil pun keluar dari mulut [name]. Bokuto yang mendengarnya membuka kedua matanya. Di lihatnya [name] sedang tersenyum lebar.

Melepas pelukan mereka berdua dengan halus, [name] berujar dengan semangat. "Kau benar, aku masih memiliki kalian berdua yang selalu berada disisiku. Aku juga akan melindungi kalian berdua dengan kemampuanku." kedua tangannya terkepal. Tangan kanannya ia arahkan kepada Bokuto. Bokuto yang melihatnya melakukan yang sama.

"Ouh!!"

"Hahaha ...." keduanya tertawa bersama tanpa menyadari seseorang yang sedari tadi melihat interaksi mereka berdua dari awal.

Berjalan perlahan, seseorang yang mengintip itu keluar.

"Apa aku melewatkan sesuatu?" tanyanya pada kedua temannya.

Bokuto dan [name] terkejut. "Kuroo!!" seru keduanya bersamaan.

"Ku pikir siapa." lega Bokuto.

"Memangnya kenapa?" tanya Kuroo pura-pura tidak tau.

"B-bukan a-apa-apa." Bokuto menggelengkan kepalanya.

[name] hanya tersenyum. Ia tau, bahwa Kuroo sedari tadi melihat interaksinya dengan Bokuto. Ia bisa merasakan chakra milik Kuroo tadi.

"Sudahlah, ayo kita pergi." ujar Bokuto meninggalkan Kuroo dan [name]. Di pipinya terlihat jelas sekali rona merah yang merambat ke telinganya.

Namun, segera ia halangi dengan tangannya.

'Chikusou!! apa yang kulakukankan tadi?!! Badanku selalu tiba-tiba bergerak sendiri setiap melihatnya menagis.'

"Aku tau kau tadi melihat semuanya Kuroo." ujar [name] disertai senyuman diwajahnya.

"Ya. Ngomong-ngomong–" Kuroo menoleh ke arah [name]. Menatap gadis yang tingginya hampir sama dengannya.

[name] memasang muka bertanya, "Nani?"

Puk..

Kuroo meletakkan tangan kanannya di kepala [name].

"Yang dikatakan Bokuto benar, aku dan juga Bokuto akan selalu berada disisimu dalam keadaan apapun dan akan terus melindungimu."
Ia mengacak-ngacak surai hitam milik [name].

"Kalau begitu aku duluan." ujar Kuroo dan meninggalkan [name] sendirian.

"Ku pegang perkataan kalian berdua." gumam [name] lalu berjalan meninggalkan lorong sepi itu.

Suara derap langkahnya semakin lama meredup dan kemudian menghilang.

Disisi lain, lebih tepatnya dibelakang [name] tadi berdiri. Dibalik tembok, seorang wanita berambut merah menahan tangisnya.

"Aku salut dengan kalian berdua Bokuto, Kuroo. Kuharap kalian benar-benar memegang perkataan kalian sendiri untuk terus melindungi [name]-chan dan berada disisinya dalam keadaan apapun."

"Entah perasaanku atau apa, tapi–"

"–kau terlalu pilih kasih Sakura."

.
.
.

3rd person POV

"Hm?!" Sarada tersentak, ia melihat ke sekeliling untuk mencari keberadaan sang adik kembar.

"Doushita-no Sarada?" tanya Sakura, ia juga ikut menoleh ke sekelilingnya.

"Dimana [name]-chan?" tanya Sarada entah kepada siapa. Tersirat nada khawatir di perkataannya.

Naruto yang mendengar hanya itu tersenyum sendu. Ia tadi melihat jelas ekspresi [name] sebelum pergi dari sini. Tatapan sendu dan penuh harapan terlihat jelas di kedua matanya.

Sebelum itu juga, Naruto sempat terkejut setelah [name] pergi menggunakan Hiraishin.

'Darimana dia mempelajari itu?' itulah yang ada di pikiran Naruto setelah [name] pergi dengan satu kedipan mata.

"Naruto." panggilan Sasuke menyadarkan Naruto dari lamunannya.

"Huh?" Naruto agak tersentak namun segera mendekat ke arah Sasuke.

"Apa kau yakin akan membawa mereka bertiga ke desa?" tanya Sasuke serius.

"Tentu saja. Tidak mungkin kan kita membiarkan mereka bertiga tinggal dan tumbuh di markas Orochimaru." tidak ada kata -dattebayyo disuara Naruto, itu menandakan dia sedang serius.

"Kalau begitu ayo kita pergi." ujar Sasuke, matanya melirik Sakura disampingnya.

"Apa kau ingin ikut pergi bersama kami Sakura-chan?" tanya Naruto pada Sakura. Ia berharap teman satu timnya itu mau ikut menjemput anaknya yang sudah bertahun-tahun meninggalkan desa.

"Pergi?? pergi kemana??" tanya Sakura balik. Padahal sudah jelas tadi dia mendengar perkataan Naruto dan Sasuke.

"Menjemput [name], Bokuto dan temannya untuk tinggal di Desa." ujar Naruto, matanya melihat Sakura yang hanya terdiam. Ia mulai merasakan perasaan tidak enak.

"O-oh." Sakura terdiam. Ia kebingungan. Yang Sakura pikirnya adalah, [name] lebih baik tinggal dimarkas Orochimaru daripada pulang kedesa dan tinggal bersamanya dan juga Sarada.

Sakura hanya ingin tinggal berdua dengan Sarada. Ia lebih menyayangi Sarada daripada [name]. Karena itu sekarang ia bingung, ikut menjemput atau pulang sendirian ke desa.

"Sakura-chan?" panggil Naruto. Ia sedikit kebingungan saat melihat Sakura yang hanya berdiam diri saja.

"Aku ingin ikut Nanadaime-sama!!." seru Sarada antusias. Ia tidak sabar menghabiskan waktu bersama adik kembar yang ia rindukan selama ini.

"Tentu saja. Jadi Sakura-chan?" tanya Naruto lagi.

"Ha-ha'i, a-aku akan ikut." ujar Sakura gugup. Entah karena apa, ia tiba-tiba gugup.

Sasuke merasa janggal dengan suara Sakura, membuka suaranya. "Ada apa dengan suaramu Sakura? kenapa kau tiba-tiba gugup?" tanya nya. Ia menduga akan sesuatu terjadi.

"Ti-tidak kok Sasuke-kun." jawab Sakura, manik hijaunya tidak memandang Sasuke melainkan menatap ke tanah. Dan itu membuat Sasuke yakin akan suatu hal.

"Jika kau memang tidak ingin menjemput [name], biar aku saja dengan Naruto. Setidaknya kau memerhatikannya, bagaimana pun juga dia anak kandungmu." ujar Sasuke dingin dan meninggalkan tempat itu.

"Sekarang kau pulang saja." lanjutnya.

"Ehh?!!" perkataan Sasuke benar-benar menusuk hati Sakura.

Sarada memandang punggung ayahnya yang mulai menjauh. 'Apa maksud Papa?'

"Sakura-chan." gumam Naruto kecewa.

"Kalau begitu kami pergi, kau pulang lah duluan. Aku dan Sasuke akan menyusul." seru Naruto dengan senyuman yang dipaksakan.

"Tunggu Naruto! Aku ikut." Sakura berseru.

Dan akhirnya wanita berambut merah muda itu dengan terpaksa ikut untuk menjemput anak yang selalu ia benci itu.

.
.
.
_________________________________________

HEI!! HEI!! HEI!!

Maafin Lii karna baru up😭😭
Kemarin-kemarin Lii habis kuota, terus kemarin mau up malah ada gangguan terus. Sekali lagi maafin Lii😢

Gimana nih, chapter ini?

Nyesek gak?

Ada yang mau di sampaikan ke sakura? Sarada? Karin? Sasuke? Bokuto? Atau yang lainnya?

Udah segitu aja.

Jangan lupa jaga kesehatan terus ya! Tetap semangat! Stay safe-! 💕

Kamis, 06 Agustus 2020

2207 Kata


Revisi : Thursday, 1 April 2021

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

53K 2.7K 34
• Ranbir a cold hearted person , have a anger issue • Prachi a kind hearted person , the most stubborn girl both are different in their ways what w...
78.9K 2.2K 25
"𝐜𝐚𝐮𝐬𝐞 𝐢'𝐯𝐞 𝐡𝐚𝐝 𝐞𝐯𝐞𝐫𝐲𝐭𝐡𝐢𝐧𝐠, 𝐛𝐮𝐭 𝐧𝐨 𝐨𝐧𝐞'𝐬 𝐥𝐢𝐬𝐭𝐞𝐧𝐢𝐧𝐠, 𝐚𝐧𝐝...
1.4M 97.6K 24
#Book-2 in Lost Royalty series ( CAN BE READ STANDALONE ) Ekaksh Singh Ranawat The callous heartless , sole heir of Ranawat empire, which is spread...
556K 18K 161
Genre: Space, Doting, Farming, Time travel, Healing Synopsis: Xu Linyue from the 21st century crossing over with the heavenly space soul penetration...