Dersik

Від khanifahda

758K 94.4K 6.6K

Hutan, senjata, spionase, dan kawannya adalah hal mutlak yang akan selalu melingkupi hidupku. Namun tidak se... Більше

Peta
Khatulistiwa
Proyeksi
Kontur
Skala
Topografi
Distorsi
Spasial
Meridian
Citra
Evaporasi
Kondensasi
Adveksi
Presipitasi
Infiltrasi
Limpasan
Perkolasi
Ablasi
Akuifer
Intersepsi
Dendritik
Rektangular
Radial Sentrifugal
Radial Sentripetal
Annular
Trellis
Pinnate
Konsekuen
Resekuen
Subsekuen
Obsekuen
Insekuen
Superposed
Anteseden
Symmetric Fold
Asymmetric Fold
Isoclinal Fold
Overturned Fold
Overthrust
Drag fold
Culmination
Synclinorium
Anticlinorium
Antiklin
Sinklin
Limb
Axial Plane
Axial Surface
Crest
Through
Delta
Meander
Braided Stream
Oxbow Lake
Bar Deposit
Alluvial Fan
Backswamp
Natural Levee
Flood Plain
Horst
"Graben"

En enchelon fold

10.2K 1.4K 104
Від khanifahda

En enchelon fold adalah sekelompok lipatan yang saling merebah satu dengan yang lainya.
.
.

Selama perjalanan, Gayatri diliputi rasa cemas. Bayangkan mereka harus menempuh perjalanan dari Palmerah menuju Kramatjati yang lumayan memakan waktu dikarenakan macet dibeberapa tempat. Namun, Gayatri juga tetap berusaha tenang di tempatnya walaupun sudah dirundung kekhawatiran.

Sementara itu, Raksa berusaha melajukan mobilnya dengan cepat karena melihat Gayatri yang panik. Laki-laki itu juga berusaha tetap tenang di tempatnya sembari mencari jalan yang cepat.

Akhirnya setelah kurang lebih 40 menit menempuh perjalanan, mereka akhirnya sampai di rumah sakit. Lalu Raksa memarkirkan mobilnya di basement rumah sakit. Setelah itu, mereka segera menuju ke UGD karena Lesmana memberitahukan Gayatri untuk ke sana.

Gayatri melihat Lesmana yang masih mengenakan pakaian kerjanya terduduk lesu di kursi dekat UGD. Gayatri segera menghampiri abangnya itu.

"Bang? ada apa Bang? siapa yang sakit?" tanya Gayatri khawatir karena ia tak diberi tahu siapa yang masuk ke rumah sakit. Lesmana hanya mengatakan kepada dirinya untuk datang ke sini.

Lesmana hanya menunduk lemah, lalu pandangannya jatuh pada laki-laki paruh baya yang terlihat cemas mondar mandir di sekitaran UGD. Gayatri sejenak terdiam dengan kaki yang sudah melemas.

"Kak Tika?" tanya Gayatri lirih sedangkan Lesmana hanya diam dengan wajah kacau. "Tika mencoba bunuh diri dengan menggunakan cairan pembersih lantai."

Gayatri seketika menatap Lesmana dengan pandangan kosong, "bunuh diri?"

Gayatri seketika menutup matanya karena rasanya begitu menyakitkan untuk didengar. Lantas Raksa yang berada tak jauh dari Gayatri dengan cepat menangkap tubuh Gayatri yang hendak limbung dan didudukkan ke kursi di dekat sana.

Gayatri mengusap wajahnya pelan karena mendengarkan berita yang sangat membuatnya terkejut ini. Padahal kemarin dirinya baru saja berbincang dengan Latika walaupun perempuan itu masih diliputi emosi yang tinggi.

"Ya Allah apa lagi ini?" gumam Gayatri dengan kepala yang ia senderkan ke dinding. Matanya terpejam sejenak sebelum akhirnya membuka kembali.

Nampak beberapa polisi dan penanggungjawab Lapas mondar-mandir di depan Gayatri, tetapi gadis itu tak peduli saat ini. Ia masih begitu syok dengan kenekatan sang kakak yang ingin mengakhiri hidupnya.

Gayatri lalu menatap abangnya yang mendekat ke arah UGD dengan sang ayah yang nampak sempoyongan. Gadis itu tak kuasa untuk sekedar berdiri. Rasanya tak karuan hingga ia lebih baik terduduk sambil berdoa yang terbaik untuk sang kakak.

Tak lama kemudian terdengar suara jeritan yang menjeritkan nama Latika. lantas Gayatri segera bangkit dari duduknya dan diikuti oleh Raksa dari belakang. Gadis itu menghampiri sang abang yang baru saja keluar dari UGD.

Lesmana nampak menunduk dalam. Hal ini membuat Gayatri semakin gelisah.

"Bang!"

Lesmana lalu mengangkat kepalanya dan menatap Gayatri. Seketika laki-laki itu memeluk sang adik dengan begitu erat.

"Abang gagal dek, abang gagal." Ucap Lesmana dengan air mata yang terus meleleh. Laki-laki itu menangis dalam pelukan Gayatri.

"Bang, kak Tika?" tanya Gayatri di sela-sela pelukan mereka dengan suara lirih.

Justru Lesmana semakin mengeratkan pelukannya dengan suara tangis yang menjadi. Lesmana tak peduli dan mengabaikan  orang-orang yang menatapnya penasaran.

Lesmana yang tak kunjung menjawab membuat Gayatri paham. Sesuatu yang tak pernah ia pikirkan sebelumnya kini telah terjadi. Bahkan terasa sangat dekat di jangkauan matanya. Haruskah ia kembali bertanya kepada sang takdir? rasanya hilang sudah kata mengapa dalam hidup Gayatri karena pada akhirnya ia akan menjadi lemah dan menangis. Begitulah jalan hidup yang kerap ia jalani selama ini.

Perlahan air mata gadis pemberani itu meleleh tanpa diminta. Remuk. Benar-benar remuk. Berkali-kali ia harus merasakan situasi yang sangat rumit dan bahkan membuatnya ingin berhenti saja sampai dititik ini. Namun sayang, Tuhan masih mengulurkan topangan walau pada akhirnya akan kembali seperti itu lagi dan lagi.

Sementara itu, Raksa hanya menjadi saksi kisah pilu gadis yang ia cintai. Laki-laki itu hanya bisa membisu tanpa bisa banyak membantu. Menjadi saksi atas air mata gadis yang membuatnya jatuh cinta itu rasanya ikut merasakan bahwa beban yang diemban Gayatri bukanlah beban yang biasa. Gadis itu terlalu banyak menanggung takdir yang berat. Namun selalu saja dimatanya, Gayatri adalah sosok perempuan kuat yang bahkan orang tak tahu bahwa gadis itu sedang menangis. Gayatri hanya bisa menangis dalam diamnya. Ia menangis diam-diam agak terlihat baik-baik saja.

*****

Berita kehilangan adalah berita paling menyedihkan di dunia. Terasa amat menyakitkan ketika harus menghadapi itu semua. Kehilangan cinta, keluarga, harta, tahta, dan sebagainya. Orang-orang paling menghindari hal itu. Percayalah setiap orang mempunyai ketakutan tersendiri dengan hal tersebut. Tapi nyatanya hal itu pastilah akan terjadi.

Gayatri hanya bisa terdiam ketika menyaksikan kepiluan itu. Sang ayah pingsan berkali-kali di hadapan jenazah sang putri. Begitupun Lesmana yang hanya bisa terduduk lemas di depan dengan ketegaran luar biasa sambil berhadapan dengan pelayat yang datang.

Tak ada pukulan telak selain berita kematian yang disebabkan karena bunuh diri. Bunuh diri adalah jalan paling menyedihkan menuju kematian. Bunuh diri adalah bentuk kepasrahan atas diri sendiri yang sudah tidak mampu menghadapi peliknya hidup.

Gayatri ingat, Latika adalah sosok yang kuat pendiriannya dan perfeksionis dalam segala hal. Tak jarang ambisi yang besar menghantarkannya pada sebuah pencapaian yang besar pula. Rasanya ketika cobaan ini muncul, seperti terjatuh dari lantai 20 secara langsung, remuk hancur tanpa ampun.

Lalu seorang polisi wanita datang mendekat kepadanya. "Permisi, ini ada titipan dari pihak Lapas. Ini ditemukan di sel saudari Latika."

Gayatri mengangkat wajahnya dan menatap polisi wanita cantik itu. Tangannya terulur menerima surat tersebut. "Terima kasih." Gumamnya dan polisi tersebut mengangguk serta langsung pamit undur diri.

Gayatri menatap amplop berwarna putih itu. Kemungkinan terbesar adalah surat yang Latika tulis. Namun Gayatri enggan membukanya sekarang. Gadis itu memegangnya erat dengan mata sayu menatap kakaknya yang terbujur kaku tertutup jarik di depannya itu.

"Aya." Meta datang dengan memakai kemeja hitam itu langsung memeluk Gayatri.

Meta tak berkata, gadis itu hanya memeluk Gayatri yang terdiam dengan mata sembab. Air matanya kering untuk sekedar mengeluarkannya sedikit saja.

Lalu Meta mengurai pelukan mereka dan mengusap air matanya yang tiba-tiba menetes ketika memeluk Gayatri. Gadis itu masih bungkam dan memilih duduk bersebelahan dengan Gayatri. Meta tak akan bertanya lebih. Gadis itu lebih memilih diam karena situasi saat ini memanglah sangat sulit.

Meta sangat kaget ketika mendapatkan berita itu dari Gayatri sendiri yang tiba-tiba memberi pesan padanya. Meta balik menelponnya tetapi tidak bisa dihubungi sehingga gadis itu datang pagi ini. Gayatri mengabarkan hal tersebut sekitar pukul 1 dini hari dimana dirinya baru beristirahat.

Sementara itu, mata Meta menatap ayah Gayatri yang nampak sangat kehilangan putri terkasihnya itu. Meta sangat paham tentunya. Gadis itu hanya bisa terdiam menatap kesedihan karena ditinggal oleh salah satu anggota keluarga.

"Ini tas sama jaket lo Ya. Gue dititipin sama mas tentara yang di depan, Ya. Dia nggak berani masuk ke sini. Tadi sempet ngomong sama abang lo di depan." Ucap Meta dengan pelan pada Gayatri yang dibalas anggukan gadis itu, "makasih." Ujarnya lirih.

Ia tak ingat jika meninggalkan barang di mobil Raksa tadi malam. Gadis itu sudah panik sehingga meninggalkan tas dan jaket parkanya. Seingatnya, Raksa berpamitan pada dirinya saat dirinya sudah tak sesenggukan tadi malam.

"Aku pulang dulu. Aku turut berduka cita. Yang tabah dan kuat seperti Aya yang aku kenal selama ini. Terima kasih atas waktunya malam ini."

Kira-kira kalimat itulah yang Raksa ucapkan tadi malam sebelum laki-laki itu pulang. Raksa juga memberikan tatapan menguatkan walaupun Gayatri tak begitu ngeh dengan hal itu. Ia hanya ingat sekilas, sebab pikirannya sudah di penuhi kesedihan yang luar biasa ini.

Baginya ini seperti mimpi. Tak menyangka jika Latika akan mengakhiri hidupnya. Ia kira Latika hanya main-main saja dengan ucapannya kala itu. Tetapi nyatanya perempuan itu mengakhiri hidup dengan cara yang paling ia benci. Segala macam yang berhubungan dengan bunuh diri begitu menyesakkan sekaligus membuat Gayatri marah. Ia marah karena tak bisa membantu sang kakak agar mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Sungguh penyesalannya adalah tak mampu membuat Latika tetap bertahan. Walaupun mereka tak layaknya hubungan adik kakak yang harmonis, tetapi lubuk hati Gayatri terdalam, Gayatri juga tak rela dengan kesakitan yang dialami oleh Latika. Apalagi Latika harus menyerah dititik terendah dan menyerah kepada takdir yang membelenggunya.

*****

Setelah acara pemakaman Latika yang di laksanakan pada pukul 9 pagi tadi, Gayatri kembali masuk ke dalam kamarnya yang berbulan-bulan ia tinggalkan. Gadis itu kembali mengenang tentang kegiatan yang biasa ia lakukan di sana. Gadis itu menyentuh tempat tidurnya yang dingin tanpa dilapisi oleh sprei.

Gayatri menghela nafasnya. Ia bangkit dari duduknya di kasur dan menuju jendela kamar yang tertutup. Lantas gadis itu membuka dan berdiri di tepi jendela tersebut yang langsung menghadap ke kebun rumah. Nampak ayahnya sedang terduduk dengan tatapan kosong menghadap tanaman yang beliau rawat.

Sejak tadi malam, sang ayah hanya menangis dan pingsan berkali-kali. Tak mengucapkan banyak kata, hanya tangis dari mata laki-laki tua itu. Pernahkah kau berada di posisi Gayatri? ingin datang melebarkan lengan tetapi karena hubungan yang sangat buruk itu menjadikan Gayatri hanya bisa menelan niatnya itu mentah-mentah.

Gayatri masih punya hati untuk memperbaiki hubungan mereka. Ia sudah legowo dan meletakkan semua masalahnya itu. Rasanya hanya sakit bila diingat saja. Oleh karena itu, terbesit dipikirannya untuk memperbaiki hubungan dengan sang ayah walaupun nanti mungkin tak akan sama.

Jika dibilang Gayatri terlalu baik itu tidak juga. Gayatri hanya sudah muak harus merasakan kehidupan penuh beban dengan jarak yang tercipta. Ia ingin semuanya diperbaiki walaupun ia paling banyak menderita, mungkin. Tetapi ia juga tak ingin memperpanjang hal ini. Terlalu rumit dan melelahkan bila harus memperpanjang hubungan penuh dengan toxic ini. Secara darah juga mereka sama, tetapi apakah bisa seperti selayaknya? mungkin saja Gayatri sudah berusaha legowo, tapi sang ayah? itulah yang membuat gadis berusia 23 tahun itu hanya bisa memendam dan memendam. Ia takut jika terlalu banyak memendam, justru hatinya mengeras dan membuatnya kebas untuk sekedar memaafkan dan memperbaikinya.

Ia kembali menghembuskan nafasnya panjang. Netranya menatap ujung taman dimana Lesmana dan salah satu saudara sedang duduk dan berbicara. Beberapa tetangga sudah pulang melayat. Hanya beberapa saudaranya yang datang. Mereka yang datang ialah yang dekat saja. Secara keluarga Gayatri adalah pendatang. Mamanya asli Jogja dan Ayahnya asli Bandung, tetapi ayahnya hanyalah anak tunggal yang tak banyak saudara dekat. Sedangkan saudara sang mama kebanyakan berada di Jogja dan sekitarnya. Namun kembali lagi, hubungan mereka tidak begitu baik karena suatu hal di masa lalu yang Gayatri sendiri pun tak paham. Rasanya Gayatri hanya mempunyai Lesmana sebagai keluarganya. Ia bahkan tak hafal saudaranya siapa saja. Sepupunya banyak yang tersebar dan untuk bertemu pun bisa dihitung jari. Dengan bibi dan pamannya saja Gayatri jarang berkomunikasi sehingga untuk sekedar mengakrabkan saja itu sulit. Tetapi terbesit juga dirinya ingin menyambung tali silahturahmi yang renggang itu.

"Aya?" gadis itu membalikkan tubuhnya dan menemukan salah satu budhenya yang datang dari Wates.

"Nduk," perempuan mungil yang mengenakan kerudung hitam itu mendekat ke arah Gayatri yang nampak masih sembab dan sayu. Dia tidak tidur semalaman hingga menjelang sore ini.

"Makan ya?" tanya budhe Harti yang tersenyum tipis. Beliau tahu jika Gayatri belum makan dari tadi pagi.

Gayatri tersenyum tipis dan menggeleng, "nanti budhe." Budhe Harti menghela nafasnya. Lalu budhe Harti menarik Gayatri untuk duduk di kasur kamarnya.

Budhe Harti tersenyum dengan tangan mengelus rambut Gayatri yang bertambah panjang. "Kamu mirip Reni muda kalau budhe lihat, cantiknya beda dari yang lain."

"Lama budhe nggak lihat kamu secara langsung. Kamu tambah cantik dan sudah dewasa begini. Budhe jadi bersalah sama Reni karena belum bisa menjadi sosok budhe bagi kalian semua."

Gayatri menggeleng kecil, "Aya yang seharusnya meminta maaf karena jarang bisa mengunjungi budhe ke Wates." Ucapnya pelan.

Budhe Harti nampak menarik nafasnya dalam sebelum akhirnya kembali melanjutkan kalimatnya. "Budhe nggak tahu tentang permasalahan ini dan jujur sangat syok ketika Tika harus mengakhiri hidupnya karena kasus yang bahkan budhe nggak bisa bayangin, nduk."

Gayatri menunduk, "maaf, Aya nggak siap memberitahukan kepada keluarga besar. Ini terlalu rumit, budhe." Ucap Gayatri lirih. Ia tahu ini akan segera terbuka semuanya, cepat atau lambat.

Budhe Harti menghela nafasnya dan terdiam. Beliau juga tak bisa menyalahkan Gayatri. Beliau paham dengan posisi keluarga Gayatri yang serba sulit saat ini. Masalah demi masalah datang menghampiri serta hubungan keluarga yang tidak harmonis lah yang menjadi sebab komunikasi menjadi terputus. Hanya kesalahpahaman dan berbeda pandangan membuat mereka harus merelakan hubungan terputus begitu saja. Memang benar, ego manusia di atas segalanya bahkan mampu membuat darah menjadi air seketika.

"Sekarang kalau ada apa-apa, ngomong sama budhe. Ada WA, telepon dan kamu bisa menghubungi mbak masmu juga nduk. Jadi, jangan pernah merasa sendiri. Budhe sadar jika hal ini dibiarkan akan semakin buruk ke depannya."

"Iya budhe, maaf, Aya belum bisa dewasa sepenuhnya dalam berpikir."

Budhe Harti menggeleng, "bukan masalah itu nduk, tapi situasi dan ego lah yang jadi penyebabnya."

Gayatri hendak menyahut ucapan budhenya, tetapi suara gaduh yang berasal dari taman rumahnya membuat gadis itu beranjak dari duduknya dan menuju jendela yang langsung menghadap taman.

Gadis itu melebarkan matanya ketika melihat sang ayah sudah terkapar di bawah dan segera gadis itu keluar dari kamarnya dengan cepat. Nafasnya tercekat ketika sang ayah nampak menahan sakit di dada sebelah kirinya.

.
.
.

Продовжити читання

Вам також сподобається

Noren; Secret Forest Від mrs. alle

Короткі історії

83.1K 9.9K 32
-completed- Jeno, pangeran dari negeri Neviar tidak sengaja masuk ke alam yang berbeda dari manusia, dunia di mana para makhluk yang di anggap mitos...
283K 25K 52
Berawal dari Bunga yang di tinggalkan oleh calon suami yang selama ini selalu didambakannya, Bunga malah berakhir menikah dengan sahabat dari calon s...
Ramadhan datang, Ramadhan pulang (TAMAT) Від RIANIEVY

Філософія та духовні розповіді

33.7K 7.6K 30
Tiga tahun lamanya, Madhan tak pulang ke rumah, ia kabur karena tak tahan dengan perselisihan ia dan kedua orang tuanya. Asya, kakak perempuan Madhan...
235K 10.5K 43
Selesai Alnera Zaskia 27 tahun, berjalan 5 tahun hidupnya dihabiskan bersama kenangan sang mantan, karir cemerlang tidak selalu jalan berdampingan de...