Dekapan Terakhir (Very Slow U...

By Ansafa

104 11 0

Dengan langkah tertatih aku berjalan pada jurang kesedihan. Semakin jauh semakin dalam rasa sedih yang kudapa... More

Prolog

Bab 1

43 6 0
By Ansafa

Jangan lupa Vote, komen dan follownya ya....

Aku tak lagi dianggap ada oleh mereka sejak usia yang bahkan belum bisa dianggap remaja dini. Saat itu waktu yang mereka habiskan hanya untuk bekerja dan bekerja. Tak pernah sekalipun waktu yang tersisa ada untukku. Di saat aku masih dalam nyenyaknya tidur mereka berangkat untuk bekerja. Dan baru kembali saat aku sudah kembali tertidur di malam hari. Hasna kecil merindukan kasih sayang kedua orang tuanya. Tak mudah bagiku merelakan hati saat berangkat sekolah melihat teman-teman yang diantar lengkap oleh orang tuanya saat sekolah. Tak mudah bagiku menunjukkan gigi saat teman-teman bercerita akan kegiatan paginya bersalaman dengan orang tua. Salahkah jika aku mengharap kasih sayang yang lengkap akan orang tuaku??

Beruntungnya aku di saat kedua orang tua biologis yang tak menganggapku ada masih ada orang yang menggantikan mereka. Mereka yang mengusap air mataku saat bulir tak hentinya mengalir. Sapuan hangat yang kuterima bukan dari orang terkasih namun dari sosok yang sangat aku sayangi, cintai. Mereka di usia sepuhnya yang mau memperhatikan aku disaat anak-anaknya bahagia akan duniawi. Kakek dan nenek. Mereka lah yang membesarkan selama ini. Hingga hari tersebsar pesakitanku akan kasih sayang mereka terus bersamaku. Di malam itu tibalah, air mataku luruh seluruhnya. Kakek dan nenek telah tiada. Kecelakaan naas pada mobil kakek menyebabkan ia dan nenek menyebabkan mereka kritis. Hingga saatnya mereka pergi meninggalkan ku sendiri. Kali ini benar-benar sendiri. Aku harus mampu menghadapi kehidupan yang teramat kejam ini.

Mereka pergi dengan senyum dan dekapan hangat yang ditujukan kepadaku saat proses nazaknya. Dengan senyum manis tersungging untukku di wajah eyang uti saat ia memelukku. Tampak wajah berseri dari eyang kakung saat ia mengusap kepalaku. Tak kuasa tangisku melihat kebahagiaanku akan sirna.

"Hasna, jaga dirimu baik baik nak. Maafkan lah kedua orang tuamu. Jangan kau benci mereka." Ucap eyang uti.

"Maafkan juga eyang kakung dan eyang uti tidak bisa menemanimu lebih lama lagi di dunia ini."

"Eyang ngomong apa, kita masih punya banyak kesempatan untuk bersama. Masih banyak yang ingin Hasana berika pada eyang kakung dan eyang uti. Kalian pengganti orang tua Hasna setelah mama dan papa sibuk pada dunianya. Kalian dunia Hasna.".

"Maafkan kami nak, kami tidak sanggup lagi untuk bertahan. Tubuh renta ini harus istirahat."

"Kenapa ?? eyang uti dan eyang kakung masih bisa istirahat dan kemudian bangun lagi besok dan kita akan pulang ke rumah."

"tidak bisa sayang, Allah sudah menunggu eyang kakung dan eyang uti di sana."

"eyang apa Allah juga tidak kasihan sama Hasna, Hasna disini sendiri. Sedang Allah disana sudah memiliki banyak orang-orang yang dikasihinya. Apa Allah tidak peduli dengan kebhagian Hasna. Sudah setiap waktu Hasna meminta agar Hasna mendapat kebahagian drai orang-oang yang Hasna sayangi, namun apa sekarang Allah malah mengajak kalian untuk bertemu dengannya. Allah tidak adil eyang."

"sstt..... tidak boleh seperti itu sayang, tetaplah berbaik sangka kepada Allah. Allah memanggil orang tersayang kamu karena memang sudah jalannya." Kata eyang uti.

"Teguh kan hati dan jiwamu sayang. Selalu ingat Allah dimanapun langkahmu menapak." Kata eyang kakung.

"kami pamit, jaga dirimu baik-baik. Laa....Ilaha Illah.." ucap eyang kakung. Dan tak lama kemudian disusul oleh eyang uti.

"Eyang .....................hiks, jangan tinggalkan Hasnaaa!!!" aku merancau, menangis meneriaki nama mereka berdua. Di wajahku tak ada lagi terpancar kebahagian. Semuanya sirna bersama kematian eyang kakung dan eyang uti. Hilang, pergi, lenyap sudah semuanya. Entah bagaimana aku akan bisa bertahan setelah ini.

***

Kedua jenazah kemudian dibawa pulang untuk segera dikebumikan. Nampak sekali banyak tamu kolega yang berdatangan untuk melayat. Berpakaian hitam beserta payungnya sekali. Karangan bunga tersandar rapih di dinding depan rumah. Tangis tak henti mengaliri wajah ini. Tak ada masa untuk ku tersenyum. Setelah di sholatkan jenazah eyang dibawa ke pemamakan. Akuikut mengantar ke pemakaman. Tak pduli banyak yang melarang aku akan tetap pergi. Ini adalah perpisahan terakhirku sebelum eyang terbaring selamanya di dalam tanah. Setelahnya tak kan aku bisa melihat lagi. Mungkin aku hanya boleh berharap bertemu kemabli dengan mereka melalui mimpi-mimpiku.

Dengan langkah lunglai aku mengikuti para peziarah yang membawa kencana eyang. Menatap sendu dua kerangka yang terbungkus oleh kain hijau. Berkalungkan bunga-bunga. Mama dan Papa ikut juga ke makam. Namun tetap mereka tak pedulikan kehadiranku. Pilu. Duka yang sungguh memenjarakan hatiku. Meleburkan tawaku. Menyembunyikan cahaya wajahku. Yang tampak hanyalah kemuraman yang entah samapai kapan akan hilang tergantikan sinar mentari kembali.

Kedua jenazah sudah di baringkan di dalam tanah. Terkubur dengan rapihnya. Sudah tertabur juga bunga-bunga setaman. Tangisku tertitih pada kedua gundukan yang masih basah ini. Terlihat sedikit rasa iba dari para peziarah padaku. Beberapa kali ada yang mengajakku untuk beranjak dari makam karena hari sudah akan petang. Aku tetap bergeming tak mengidahkan. Aku masih belum rela meninggalkan kedua eyangku berada dalama kegelapan di bawah sana. Mama papa? Heh jangan tanyakan. Aku yakin mereka sudah kembali sedari tadi. Akhirnya tersisalah aku disini sendiri. Merasakan kehilangan yang mendalam. Hingga adzan maghrib sebentar lagi akan terdengar baru aku beranjak untuk pulang. Masih dengan usapan mata yang tiada henti. Mata bengkak, serta sisa sesenggukan yang tersisa. Dengan perlahan melangkahkan kaki tanpa semangat.

Memasuki rumah sepi, tidak ada para pelayat lagi. Hanya tersisa aku, mama dan papa. Namun mereka masih saja terus sibuk dengan urusannnya. Telpon sana-telpon sini. Jengah aku melihat kelakuan mereka. Seakan kematian kedua orang tuanya bukan apa-apa. Seakan mereka tak peduli. Hingga setelah mama dan papa selesai dengan telponnya masing-masing. Keduanya bersiap. Mereka pergi ke kamar dan mengambil koper masing-masing.

"Hasna mama sama papa ada urusan pekerjaan kamu dirumah aja yah, temuin kalau ada para kolega yang melayat. Mama ada meeting di luar kota. Papa juga mau ketemu sama koleganya. Udah yah kita pergi."

"Hah, Mama dan papa disaat seperti ini." Ucapku tak habis pergi.

"Kami pergi kan juga demi kamu sayang."

"demi aku apa Ma? Selama ini mama dan papa hanya sibuk dengan urusan masing-masing. Mana ada sih pah, mah kalian merahtiin Hasna sejak Hasna kecil. Enggak ada. Dimana kalian saat Hasna sedang sakit. Justru malah eyang yang merawat Hasna. Sekarang giliran eyang meninggal. Mamah dan papah malah pergi. Mamah dan papah malah lebih milih pekerjaan kalian. Ma! Pa! eyang itu orang tua kalian, tapi hati mama dan papa malah seperti tidak peduli dengan mereka."

PLAK........ tampar papah keras di pipiku. Tercetak kemerahan di pipiku. Aku tak percaya papah menamparku seperti ini. Sekalipun mereka tak pernah berada di sisiku. Tapi papah maupun mamah tak bermain tangan denganku. Ini kali pertama papa menamparku dengan begitu kerasnya.

"Papah nampar Hasna?" ucapku tak percaya. Air mataku tak terbendung lagi.

"Kamu keterlaluan Hasna."

"Bukan Hasna yang keterlaluan tapi papah dan mamah yang keterlaluan. Papa dan mama terlalu buta akan harta." Tangan papa teracung hendak menamparku kembali.

"Apa papa mau tampar lagi, Tampar!! Buat babak belur aja sekalian Hasna biar mama sama papa puas. Kalian itu emang gak pernah peduli sama keluarga bahkan dengan Hasna." Teriakku dan kemudian aku berlari kea rah kamar sambil menangis. Ku banting pintu dengan kerasnya. Terduduk di balik pintu sambil menelungkupkan kepala pada lutut, menangis.

"Hiks, mama dan papa benar-benar tidak pernah mengangapku ada. Hiks." tak lama setelah itu terdengar mobil mereka yang meninggalkan pekarangan rumah. Benar-benar tak habis piker aku dengan mereka. Aku sudah tak tahan lagi. Tak peduli. Ku kemas barang-barangku. Ku tinggalkan ponselku. Dompet ku bawa namun tidak dengan kartu ATM nya. Aku lelah terus berada di keluarga yang seperti ini.. Tak kupedulikan tatanan baju di dalam tasku. Terpenting aku harus secepatnya pergi dari sini. Dengan membawa uang tunai seadanya aku pergi. Meninggalkan rumah penuh kenangan ini. Aku berjalan keluar dari pagar rumah. Ku perhatikan dengan seksama. Menyimpan kenangan-kenangan. Langkah terseok lesu menuntuntunku pergi. Terus berjalan, terus berjalan. Hingga aku terhenti karena perutku yang berbunyi. Aku menoleh kesana kemari mencari penjual makanan. Tepat disana ada penual nasi goreng. Aku kesana.

"Pak nasi goreng satu yah."

"Iyah neng, ditunggu yah."

'daerah mana ini, aku belum pernah kesini.' Batinku.

"Pak saya mau tanya, ini daerah mana yah pak?"

"Oh ini daerah kampung Jati Asri neng. Neng bukan orang sini yah?"

"Ah iyah Pak, saya sedang mencari tempat bermalam, tapi saya tidak tau ini di daerah mana. Akhirnya saya terus berjalan berharap saya menemukan tempatnya. Tapi malah saya sampai di tempat ini."

"Oh begitu neng."

"Iyah pak."

"Ah yah ini neng nasi gorengnya silakan di nikmati."

"iyah pak terima kasih." Aku menikmati makan ku ini dengan tenang. Perkiraanku tempat ini cukup jauh dari rumah. Setelah makan baru aku membayar nya. Tahukah berapa uang yang aku bawa tadi. Tidak lebih hanya sebesar Rp 300.000,00. Dengan uang ini aku harus berhemat. Setelah makan ku putuskan untuk mencari tempat istirahat. Terlihat disana pos kamling yang cukup layak untuk bermalam. Aku pun memutuskan untuk bermalam disana. Menikmati dingin yang menjadi selimut malam ini.

###

cukup emosional di bab pertama.....

Penasaran gak???

dukung terus cerita ini heheeh...

Continue Reading

You'll Also Like

133K 8.1K 38
-one woman can be enough to crush a corrupt politician's heart- "You look so scared of me," he chuckled in dark amusement, getting up from the couch...
16.5K 3.5K 20
Setelah menyimpan sakit hati yang begitu lama, Aradhea Puspitha harus dipertemukan kembali dengan Ethan Arkachandra Wisnu Patria yang kini menjelma m...
1.1M 32.6K 48
The story of young girl being born by the rape of her mother and struck with her 4 brothers as her mom died giving birth to her. Being neglected and...
10.6M 200K 83
Ever since playgroup Olivia and Daniel have been inseparable. Best friends since..well forever. However after a drunken night things change between...