Jodoh Dalam Doa

By rafzyanrm

260K 12.3K 611

(SEBELUM BACA BUDAYAKAN FOLLOW DULU YAH, HAPPY READING) Rank: #2 ikhwan #3 religi #1 nikahmuda #1 perjodohan ... More

Prolog
CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4
CHAPTER 5
Chapter 6
CHAPTER 7
CHAPTER 8
CHAPTER 9
CHAPTER 10
Asna/ Gus Adnan
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 19
CHAPTER 20
Chapter 21
Chapter 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 30
CHAPTER 31
CHAPTER 32
CHAPTER 33
CHAPTER 34
CHAPTER 35
CHAPTER 36
CHAPTER 37
CHAPTER 38
CHAPTER 39
CHAPTER 40
CHAPTER 41
CHAPTER 42
CHAPTER 43
CHAPTER 44
CHAPTER 45
CHAPTER 46
CHAPTER 47
CHAPTER 48
CHAPTER 49
CHAPTER 50

chapter 29

2.9K 170 11
By rafzyanrm

"bahkan selembar daun pun sudah ditentukan kapan akan jatuh dan tumbuh. Tak perlu risau."

--------------

Gus Adnan terduduk ditepi ranjang. Berkutat dengan laptop yang sedari tadi berada diatas pangkuannya. Malam ini ia harus lembur untuk persiapan ujian santri. Ia bersandar di dinding kayu ranjangnya, menghela nafas sebentar sembari menyeruput kopi hitam buatan Asna. Ngomong-ngomong mengenai Asna, ia tak bisa berkilah kalau ujung matanya terus menatap Asna yang tidur pulas disampingnya. Rambutnya yang sengaja tergerai dengan wajah yang sendu membuat Gus Adnan tanpa sadar tersenyum simpul. Ia tak bisa menahan diri. Diusapnya rambut istrinya, sebuah kecupan hangat mendarat di dahi Asna. Beruntung si empu,hanya bergumam tak jelas.

"Syukurlah,gak kebangun."

"Kata siapa?" Suara itu lantas membuat Gus Adnan memekik kaget hampir saja ia loncat dari tempatnya.

Kedua bola mata itu masih terbuka lebar, Asna mengusap sudut matanya dan duduk menatap air muka Gus Adnan. Laki-laki itu kini persisi seperti tomat yang matang; merah merona. Pipinya menjadi ranum.

"Lah bukannya kamu tadi tidur yah? Kamu ngerjain aku yah?" Tanya Gus adnan gelagapan.

"Aku belum tidur daritadi."

Gus Adnan menaikkan alisnya tak percaya, ia gengsi setengah mati sudah memerhatikan Asna. Pasti sekarang hatinya sedang salto loncat kesana kemari karena Gus Adnan tatap dan kecup. Ia menepuk jidatnya spontan, memicu tawa renyah Asna.

Asna mencubit kedua pipi Gus Adnan, "kamu lucu deh." Ujarnya.

Gus Adnan mengusap pipinya yang kesakitan, sebelum kemudian menutup laptopnya. Disebuah nakas samping ranjangnya ia menaruh peralatan kerjanya. Gus Adnan merasa bersalah sudah berulang kali menyakiti Asna. Ia hampir saja menyerah untuk rumah tangga mereka. Tapi berulang kali juga Asna berhasil meyakinkannya untuk bertahan lebih lama atau bahkan selamanya.

Ting..

Asna mendelik mendengar suara notification dari ponsel suaminya. Ia lantas melempar tatapan tajam yang menyeringai membuat Gus Adnan salah tingkah. Asna benar-benar tak bisa berfikir jernih. Mungkin saja itu Mbak Ashila, prasangka ya tak pernah salah soal mereka. Tapi yang terlihat Gus adnan malah mematung persis dihadapannya. Asna memutar bola matanya kesal bukan main. Ia mengambilkan ponsel Gus Adnan di atas nakas.

"Kenapa gak dibuka? Takut ketauan sama aku?." Tanya Asna

Gus Adnan tak bisa berkata sepatah kata apapun rasanya lidahnya kelu untuk mengucap barang sekata apapun. Asna semakin menjadi dengan serangkaian tuduhannya yang membuat Gus Adnan begah.

"Bales aja. Kalau suatu saat aku berubah jangan tanya kenapa yah? Kamu yang buat aku terbiasa tanpa kamu." Ujarnya kembali sembari menggigiti kukunya.

Gus Adnan meneguk salivanya kasar, ia memberanikan diri membuka sebuah pesan singkat dan benar itu dari mbak Ashila. Perempuan itu mengirimkan pesan basa basi, Gus Adnan bukan manusia lugu yang tak paham masalah hati. Ia bukan tak tahu Mbak Ashila menyukainya, tapi Asna jauh lebih Daris segalanya baginya saat ini. Setidaknya sampai ia merasa sesak tanpa suara rengekan seperti bocah dari Asna. Hal-hal kecil yang mulanya ia benci berbalik bagai Boomerang kepadanya, ia tak tahu sejak kapan hatinya memilih Asna. Pilihan yang sebelumnya ia sanggah mati-matian bahkan ia khianati.

Asna melirik ke arah ponsel dan benar saja hampir bola matanya yang mendelik itu lepas keluar. Dugaannya tak pernah salah, "hmm.. aku mau keluar aja. Disini PANAS!" Ujarnya menyibak selimut dan melenggang pergi dari ranjang. Gus Adnan mengacak rambutnya, dan menampar sendiri pipinya. Ia tak mengerti kenapa bukan menjelaskan, ia malah diam membiarkan Asna keluar dengan giliran yang kalut.

Mbak Ashila: Gus Adnan lagi apa?

Gus Adnan: maaf, saya sedang bersama istri saya. Mohon tanya kalo di madrasah saja ya.

-------

Diki menyelengkat kaki Haris yang sejak lima belas menit yang lalu mengacau pandangannya. Tepat di depan iris matanya, pria klimis itu mondar-mandir seperti setrikaan membuat Diki gerah. Haris yang tak terima langsung naik pitam dan mengepalkan tangan, ia dengan sarkas menawarkan Bogeman ke sahabat karibnya itu dengan senang hati.

"Lu mau ini? Udah bosen hidup yah lu?" Teriaknya.

Diki mundur dan menurunkan kepalan itu pelan, "weitss,, sabar kali. Emosian banget si cepet tua loh. Eh udah tua Ding." Ujarnya lagi memancing emosi.

"Wah, wah,, gue Gibeng miring lu."

"Lagi lu ngapa si kek orang mau beranak mondar-mandir kagak jelas. Sepet ni mata tauk gak Malih." Tukasnya

Haris duduk disamping Diki, mereka memang suka duduk diarea perbatasan asrama santri putra dan putri. Apalagi kalau bukan cuci mata. Melihat bidadari surga berseliweran dengan anggun. Haris menepuk bahu Diki yang menatap santri putri tanpa berkedip.

"Istighfar lu Bambang. Tuh mata copot awas."

"Ealah sirik banget si hidup lu ngurusin orang mulu. Lu aja sama Mecca masak gue kagak boleh?" Tanyanya melas membuat Haris menoyor kepalanya.

"Oh iya lu kan jomlo karatan yah. Kasian emen si."

"Lah malah ngelunjak. Lu digantung aja bangga. Mecca juga gak buta- buta amat kali gamau sama lu." Ejeknya sembari mengalihkan pandangan ke sekitar menatap beberapa santri yang murojaah dipojok masjid. Ada juga yang sedang hapalan di depan temannya. Ada juga yang seperti mereka cuma duduk nongkrong godain santri putri, nggak ada akhlak memang.

"Enak aja. Mecca senyum kok kalo sama gue."

"Wah, berarti dukun lu manjur. Pakai dukun apa lu. Bagi Chanel lah kita?" Ujar Diki melirik Haris sembari melempar senyum smirk.

"Anjay tauk gak lu. Lama-lama bibir lu lemes kek lambe turah." Haris menarik bukunya yang dipegang Diki dan beranjak pergi.

"Mau kemana lu?"

"Bodo!" Tukasnya

"Yah cowo kok ngambek si. Gue pakein rok juga ni." Ejeknya kembali bikin panas hati. Diki memang doyan sekali menggoda temannya sampai panas hati. Ia berdiri didepan Haris dan melebarkan tangannya.

Haris berhenti melangkah tatapannya kosong ke depan membuat Diki bergidik ngeri. Ia takut saja kalau Haris kelewat baper dengan kata-katanya lalu tak segan menghabisinya. Diki belum nikah dan mapan, ia takut juga melihat penampakan badan Haris yang berotot kekar. Yah, ia meneguk salivanya.

"Yah monmaap dah. Lu jangan natap gue kek gitu juga.ngeri dedek bang!"

Haris memeggang kepala Diki dan memutarnya ke arah belakang, tatapan mereka berdua bertemu di sudut asrama putri. Ada seorang santri putri berlari menangis diantara lampu yang remang, bukan ternyata itu Asna. Dengan piyama panjang dan pashmina panjang, Asna menyusuri koridor tanpa tau arah. Dadanya sakit dan begitu sesak. Seakan udara tidak bisa memaksa masuk melalui rongga manapun.

"Sohib kita kenapa noh. Gara-gara Agus si pakboy lagi mesti!" Ujar Diki geram.

"Mending bener kata gue dulu. Asna Ama Agus kang sayur komplek gua aja. Jadi istri ketiga gapapa dah daripada disakitin muluk." Sahut Haris tak berdosa.

"Enak aja. Asna lu empanin om-om." Diki melotot tak terima.

"Yeh habis Agus gak bersyukur banget dapet Asna. Udah cantik, Baek lagi."

" Gue yang remahan rengginang jadi insinyur dengernya." Tukas Diki balik.

"Insinyur biji mata lu soak. Insecure Malih."

"Oh udah ganti yah."

Haris melambaikan tangan dibalik pagar asrama, Asna melempar pandangan ke arah luar pagar mendapati dua pria menatapnya dari kejauhan. Pria yang tidak pernah menyakitinya selain ayahnya. Dua bocah yang selalu ada buat dia, Asna bersyukur satu hal untuk itu. Ia melangkah ke arah mereka.

"Diki... Haris gua mau nangis." Teriak Asna dari balik pagar. "Hua..."

Diki dan Haris panik bukan main Asna benar-benar menangis sesenggukan didepan mereka. Untung saja, tengah malam seperti ini semua santri sudah masuk kamar. Hanya ada beberapa yang diluar.

"Mbak ashila sama Gus Adnan..."

---------

Hallo assalamualaikum semua..

Kali ini aku gak latepost banget kan yah? Semoga kalian suka dan setia baca. Makasih atas 100k readersnya aku sayang kalian. Oh iya tunggu nextnya yah.

Regards

Rafzyanrm

Bekasi, 15 Agustus 2020

Continue Reading

You'll Also Like

112K 9K 32
ini cerita pertama maaf kalo jelek atau ngga nyambung SELAMAT MEMBACA SAYANG(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)
AMILA By ok.

Teen Fiction

128K 11.4K 64
Selamat membaca cerita Gus Amir dan Ning Mila♥ Mila Arsyana Fahmi. Perempuan cantik dan manis yang baru berhijrah setelah meninggalnya sang ayah. Gad...
65.4K 4.6K 37
Aira adalah perempuan yang ceria, lugu, polos,manja,menggemaskan dan selalu berpikir positif Aira lahir dari keluarga kaya, dia selalu mendapatkan ap...
46.6K 2.6K 42
[⚠ Romance~Islami ⚠] AWAS BAPER!!! [PART LENGKAP SUDAH DI REVISI] {JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK KALIAN❤❤} CERITA INI ASLI DARI PEMIKIRAN AUTHOR SEND...