Arthur

By Annisa_im

86.1K 8.2K 418

Tentang kumpulan luka yang menghiasi Jiwa,Kumpulan dosa yang berimbas, dan takdir menyakitkan yang harus dile... More

Bersua
datangnya melukai
mulai memusuhi
sisi lain
Fitnah
Fakta
membentengi
kesalahan
tidak menghargai
pertemuan kembali
Topeng tak kasat mata
diam bukan berarti lemah
Bagaimana bisa aku lupa
Balasan
dirinya yang sebenarnya
Seseorang yang baru
Mencoba sabar
Kesakitannya
Tidak Peduli
Bertemu Anne
Pilihan
Syarat Harta
Hidup baru yang tak sampai
Air mata pilu
Dalam hangatnya
Duri yang menusuk
Menata
tutur katanya senjatanya
tata krama yang tepat
Johanes yang bahagia
kepura-puraan

langkah kedua

2.2K 251 5
By Annisa_im

Selamat membaca










Arthur sudah sampai dirumahnya dan juga mikael. Ia berjalan lemas masuk ke menuju kamarnya. "mas, maaf, saya mau kasih tahu kalau bapak sama ibu juga mas sean dan saga lagi keluar. Jika mas butuh apa-apa bilang ya mas." mba rina menghampiri mereka, bermaksud baik menawarkan bantuan kala rumah sedang sepi.

"ya, kalau ada apa-apa masuk aja. Saya ga kunci pintu kamar, kalau saya tidur bangunin aja. Jangan sungkan." ucap arthur dan masuk ke kamarnya. Mikael juga berniat akan menginap malam ini.

"mas mika mau saya siapin kamar tamu?" tanya mba rina. Mikael menggeleng. "gausah, saya tidur sama arthur saja." tolaknya.

"baik, saya ke bawah ya mas." pamit mba rina..

"om jordan kemana ar?" tanya mikael yang mendaratkan dirinya ke ranjang arthur. Tubuh mikael agak lelah karena jalanan yang macet.

"gatau, ga peduli juga." balas arthur sejujurnya. Justru bagus jika mereka pergi sementara, kepala arthur bisa tenang sebentar.

"tadi lo beneran ketemu sama om dion?" tanya mikael lagi.

"iya, masa lu ga percaya." arthur membuka jaketnya dan menaruh obat-obatan barunya.

Setelahnya arthur ikut membaringkan dirinya disamping mikael. Memandang langit-langit kamar tanpa satupun topik pembicaraan. Arthur mencoba menetralkan nafas sesaknya.

"ar, apa lo ga mau mencoba berdamai aja?" celetuk mikael.

"berdamai dengan siapa?dengan apa?"

Arthur tahu maksud mikael namun arthur benar-benar tidak tau. Ia harus berdamai dengan apa dan siapa? Ada banyak luka pada dirinya. Luka yang masih perih dan belum terobati. Bagaimana bisa ia berdamai?

"berdamai dengan hana dan kedua anaknya. Berdamai dan menerima kenyataan yang ada." tutur mikael pelan, dia hanya ingin memberi saran bukan paksaan.

"tante diana juga pasti inginnya seperti itu. Dia pasti sedih lihat lo terus hampa dan ga semangat dengan hidup." tambahnya lagi.

Arthur terdiam. Mikael tidak salah namun juga tidak benar dalam benaknya.  Dan mengapa mikael berani mengungkapkan saran itu? Mikael percaya, diana bukanlah wanita pendendam. Dan pasti arthur juga tidak akan mempunyai sifat itu.

"iya gw tau, hati lu terluka sangat parah. Gw tau perkataan gw itu sulit dalam melakukannya. Namun apa salahnya jika kita mensyukuri yang ada?" tambah mikael yang kunjung membuat arthur tambah tutup mulut.

"satu hal."

Dua kata yang terucap itu membuat mikael menoleh dan menatap arthur. Arthur melanjutkan perkataannya. "satu hal mengapa gw belum bisa menerima dan memaafkan mereka. Itu.." arthur menjeda ucapannya.

"apa?" tanya mikael tidak sabaran.

"karena papa masih egois. Dia egois. Dia mau mendapatkan semuanya, dia tidak mengakui mama. Itu yang membuat gw semakin marah dan marah padanya."




🍒🍒🍒

Hana,Jordan dan kedua anaknya baru saja pulang malam ini. Tak bisa dipungkiri, hana menghabiskan banyak uang untuk membelanjakan banyak hal. Tak lupa ia juga membeli banyak barang mahal untuk Arthur.

Arthur dan Mikael yang melihat itu dari lantai atas hanya menatap diam. Hana memang memanfaatkan semua fasilitas dan asetnya dengan baik sebagai nyonya besar dirumah ini.

"gw lupa kapan terakhir kali mama belanja banyak kayak gitu. Mama selalu pakai uangnya buat pengobatan gw." gumam arthur cukup pelan tapi mikael mendengarkannya.

Jordan yang melihat ke lantai atas dan melihat kedua anak lelaki itu memasang senyum. Senyum yang membuat arthur ingin muntah untuk melihatnya.

"kamu tidak mau mengambil hadiah kamu arthur?" tanya jordan sambil menunjuk beberapa barang yang ditujukan untuknya.

"tidak sudi." ujar arthur sambil mengepalkan tangannya kuat. Menahan segala gejolak emosi dan amarah yang membuat kepalanya panas dan darahnya berdesir.

Mendengar jawaban dari arthur, hana tidak sedih. Yang terpenting hana sudah membelikan banyak barang untuknya.

Lalu arthur kembali masuk ke kamarnya diikuti mikael. "jangan marah ar, ingat kesehatan lu." mikael hanya mengkhawatirkan diri arthur.

"gw rasanya mau keluar dari rumah ini. Gw ga tahan." ungkap arthur dengan lirih.

"om jordan ga akan izinin."

Arthur menegakkan tubuhnya. Memandang mikael cukup serius. "bisa, gw harus minta bantuan aunti."

Mendengar kata 'aunti' hanya satu nama yang terlintas dalam benak mikael dan benar, dengan meminta bantuan padanya arthur pasti bisa keluar dari rumah ini.

"tapi dia kan tidak ada di indonesia ar,saat pemakaman tante diana saja dia tidak datang." ucap mikael.

"gw harus mencari dia."

"iya, tapi kemana?"

"bukannya tante jane kenal sama aunti?" tanya arthur balik pada mikael.

"kalau begitu kita harus cari informasi tentangnya."

Sepakat mereka berdua. Arthur sudah tidak mau lagi tinggal bersama Jordan. Masih ada harapan ia menemukan lagi sisa keluarga dari mamanya. Karena kedua kakek nenek dari mamanya telah tiada, hanya adik dari mamanya itu yang tersisa, yang bisa melepaskannya dari jeratan jordan dan hana.

Tok tok tok

Suara ketukan itu membuat arthur memandang pintu kamarnya malas. Kali ini siapa yang mau mengusiknya secara halus. Ibu tirinya atau saudara tirinya?atau mungkin sang kepala keluarga yang egois.

Baru saja arthur akan turun dari ranjang untuk membukakannya, mikael menahannya dan berniat ia yang akan membukakan pintu. Tentu arthur tak akan menolak. Mikael membukakan dan nampak sudah wajah dari salah satu sepupu tirinya.

Saga.

"ada perlu apa?" tanya mikael dengan wajah dinginnya. Aura penolakan yang tak kalah besar seperti milik arthur akan kehadiran saga.

"tadi gw lihat ada ada toko Jam yang sangat terkenal, dia mengeluarkan model baru yang gw rasa cocok untuk saudara tiri gw, itu juga hadiah kecil dari mama." dengan niat tulus saga menyerahkan satu kotak hitam elegan kepada mikael.

"bisa lo yang memberinya?, gw akan sangat tersanjung jika saudara tiri gw itu mau menerimanya." lihatlah cara bicaranya, seolah saga memang punya hati yang putih disetiap katanya. Arthur yang mendengar pembicaraan itu hanya tersenyum dingin.

Saga beruntung karena yang membukakan pintunya adalah mikael. Mikael adalah seseorang yang akan selalu menghargai hal sekecil apapun meskipun itu dari musuhnya sekalipun. Ah...sepupunya yang tersayang itu memang berhati lapang.

"jika tidak diterima olehnya, aku akan memaksanya untuk menyimpan diruang perhiasan." ucap mikael yang mengambil alih kotak jam itu. Ah....mika, kenapa kau begitu memikirkan perasaan orang lain?, pikir arthur.

Tanpa basa basi lagi, saga pergi dan membuat mikael bisa meninggalkannya. Mikael menoleh dan melihat arthur yang bersandar pada kepala kasur.

Tanpa bicara apapun mikael langsung menyodorkan kotak itu ke hadapan arthur yang sudah mengerti. Arthur menerimanya dan membuka hadiah yang katanya kecil dari saudara tirinya itu.

S

ebuah Jaeger-LeCoultre Hybris Mechanica Grande Sonnerie.

Mikael yang melihat jam itu hampir tersedak ludahnya sendiri. Jam tangan yang dibanderol dengan harga 2,5 juta us dolar atau seharga 33,25 milliar rupiah nampak tak berarti di mata arthur.

Arthur tersenyum memandang jam itu. "mereka pintar juga menghabisi black card milik papa." arthur menutup lagi kotak itu. Menyerahkannya kembali pada mikael, sudah mikael tebak. Arthur pasti akan menolaknya.

"buang itu ke ruang perhiasan. Atau kalau lo mau lo bisa Lelang itu dan uangnya lo simpan."

Mikael mendecih kecil, arthur pikir dirinya haus uang?oh tidak, mikael hanya membenci pemborosan saja.

"setidaknya kau simpan untuk menghargai barang mahal ini."

"kau bilang jika aku tidak menerima kau memaksaku untuk menyimpannya di ruang perhiasan, tanpa kau paksa aku akan membuangnya ke ruang itu. Masih mending aku membuangnya ke ruang perhiasan, daripada aku mesti membuang tepat kedepan wajahnya." balas arthur dengan nada ketus. Entahlah, mikael merasa dari ucapan arthur tadi, mikael harus mulai terbiasa dengan cara bicaranya.

.....

Pagi ini mata arthur sudah jengah memandang hal yang menurutnya sangat kotor. Pagi sialan ini menjebaknya berada diantara momen ini. Dengan paksaan seperti biasa, papanya menyeretnya untuk berangkat berempat bersama saga dan sean.

Dia dan kedua anak hana ini harus menunggu dan melihat momen dimana hana dan jordan tengah bercanda ria didepan pintu untuk mengucap salam berpisah bekerja. Dan juga mengantar anaknya untuk segera pergi bersekolah.

Mungkin orang bodoh akan mengira mereka keluarga bahagia, tapi orang buta sekalipun dapat melihat bahwa ini semua hanyalah adegan yang sangat dibenci tokoh utama.

Arthur bersumpah lebih baik ia melihat tangisan ketimbang wajah bahagia hana dan jordan. Arthur membenci senyum keduanya. Ingin arthur merobek kedua mulut mereka.

"sampai kapan kalian akan membiarkan kami menyaksikan pemandangan kotor. Aku bisa telat dan membuang waktu banyak disini." sindir mikael yang memang masih ada disampingnya kini. Arthur tersenyum mendengar mulut fasih mikael itu, jordan takkan berani menyinggung keponakan dari adik tersayangnya, Frans.

"maafkan aku mika, kalau begitu ayo kita berangkat." ujar jordan dan menyuruh mereka masuk. Baru saja arthur akan masuk jordan mengucap sepatah perintah mutlak.

"arthur duduk didepan bersama papa."

Arthur pun duduk dibangku depan dengan jordan yang menyetir dan ketiga lainnya dibangku belakang. Tak ada salam hangat untuk hana darinya.

Didalam perjalanan juga tidak ada yang membuka topik membuat keadaan tidak nyaman.

"om dengar kedua orangtuamu akan segera melakukan perjalanan bisnis ke Osaka." ucap jordan membuka topik, meskipun topiknya tidak menarik dan tidak penting bagi keempat remaja ini. Tapi hanya mikael yang akan membalas percapakapannya dengan baik..

"seperti yang om tau.." balas mikael.

Saga dan sean hanya menyimak, arthur malah terkesan tidak peduli. Mau bahas ahli waris juga arthur tak akan peduli.

"kalau begitu bukankah kamu dan adikmu akan menginap lagi?"

Mikael terdiam sebentar, ia harus memikirkan banyak untuk mengucapkan jawaban yang tepat.

"aku rasa aku dan adikku tidak akan menginap."

"kenapa?biasanya jika papamu pergi keluar, kamu dan adikmu akan menginap."

Kali ini arthur ingin mewakili mikael yang terlalu memikirkan banyak hal. Setidaknya jika arthur yang mengucapkan semua akan nampak jelas.

"dia kehilangan minatnya pada rumah kita. Dia sulit beradaptasi dengan anggota baru." ujar arthur membuat mikael lega, arthur mengerti kebingungannya..

"justru itu, harusnya ia mendekatkan diri dengan menginap. Dengan begitu ada banyak waktu untuk saling mengenal." jordan memang tidak mau kalah.

"anak itu merepotkan, bukannya mendekatkan diri, ku pikir justru dia akan membuat keributan pada sepupu tirinya." balas arthur yang juga tak mau kalah dalam memojokkan kedua kembar yang melihatnya sinis dari bangku belakang.

Mikael tersenyum menyetujui perkataan arthur.

"ya, adikku memang barbar.."

















Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

992K 54.8K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
2.4M 127K 61
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
4.5M 269K 62
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
694K 82.7K 11
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...