Kuanta (End)

By WinLo05

49.6K 9.6K 2.1K

Kuanta merupakan novel Fiksi Ilmiah-Fantasi yang menggambarkan tentang keberadaan dunia paralel. Ketika hanya... More

Salam
Chapter 1 - Suku Un
Chapter 2 - Hyperspace
Chapter 3 - SHAREit
Chapter 4 - Dimensi f3
Chapter 5 - Paralel 2728
Chapter 6 - Hukum Gravitasi
Chapter 8 - Aljabar
Chapter 9 - Termodinamika
Chapter 10- Usaha dan Energi
Chapter 11- Labor OV
Chapter 12 - Gelombang elektromagnetik
Chapter 13 - Fisika Dasar
Chapter 14 - RADAR
Chapter 15 - Monster Stormi
Chapter 16- Sinar Gamma
Chapter 17 - Dilatasi Waktu
Chapter 18- Gaya Normal
Copyright Si Maniak Fisika
Chapter 19 - Gaya Implusif
Chapter 20- Bunyi
Chapter 21- Arus Listrik
Chapter 22 - Energi Kinetik
Chapter 23- Sinar Inframerah
Chapter 24 -Kekekalan Energi
Chapter 25 - Kinematika
Chapter 26- Vektor
Chapter 27- Jenis Energi
Chapter 28- Energi Kalor
Chapter 29- Atom
Chapter 30 - Gerak Lurus
Chapter 31 - Indranila
Chapter 32- Aplikasi AIR
Chapter 33- Zombie
Chapter 34- Libra
Chapter 35 - Vaksin
Chapter 36- Dewa Naga
Chapter 37- Kinematika
Chapter 38- AIR & SHAREit
Chapter 39- Cosmic
Chapter 40- End
Chapter 41 - Regenerasi Sel
Chapter 42- Laju Perambatan
Chapter 43- Gerak Melingkar
Chapter 44- Wifi
Chapter 45- Hukum I Kirchhoff?
Chapter 46 - Pertemuan
Chapter 47- Final
Atom

Chapter 7 - Over Power

904 246 22
By WinLo05

Mau tidak mau, Fisika menurut saat Sagi memberi intruksi untuk dirinya segera mendekat ke barikade militer di hadapan mereka.

Saat Fisika berjalan menghampiri tempat tersebut. Jantungnya berdegup kencang. Ia memberanikan diri dengan percaya bahwa Izar tidak akan membiarkannya mati begitu saja. Walau ia sangat membenci Izar dan merasa jengkel padanya. Fisika tetap percaya bahwa Izar adalah orang yang bisa diandalkan.

Dia tahu, dia tidak punya hak untuk menolak. Dia ikut ke sini, karena sudah sepakat dengan Izar bahwa dia akan dibayar membantu pekerjaan Izar. Sesekali, Fisika menoleh ke belakang untuk mengamati mobil yang mereka tumpangi.

Dari barisan barikade depan. Seorang perwira militer melihat keberadaan Fisika melalui teropong. Lalu segera menyuruh lima orang petugas untuk mendekati Fisika dengan senjata laras panjang.

"Angkat tanganmu ke atas!" Terdengar suara sang perwira dari pengeras suara.

Fisika yang terkejut mendengar perintah tersebut. Sekonyong-konyong, mengangkat tangan ke udara dan memilih untuk berhenti melangkah.

"Aku, aku sendirian!" Suara Fisika berseru nyaring. Lima prajurit segera menyebar ke segala penjuru dengan Fisika sebagai poros utama.

Wanita itu menelan saliva dengan sesak. Jantungnya pun kian berdebar tidak karuan. Dia mengigit bibir bawah saking frustasinya berada di posisi seperti itu.

"Sebutkan asalmu!" Seseorang memberi perintah. Fisika tidak tahu siapa yang berbicara. Karena mereka berlima menggunakan topeng khusus untuk menyembunyikan wajah.

"Dari kota sana." Fisika menunjuk ke belakang dengan tangan gemetar. Dia sudah membatin di mana keberadaan Izar dan Sagi sekarang. Mereka berdua pasti sedang mengawasi di sebuah tempat.

Sekonyong-konyong, kedua tangan Fisika dibekuk ke belakang punggung. Wanita scorpio itu panik bukan main. Ia mendadak diperlakukan seperti seorang penjahat.

Di saat bersamaan. Sebuah kabut perlahan turun dan menutupi wilayah di sekitar barisan barikade. Samar-samar, Fisika mendengar suara sebuah pukulan. Lalu ia merasakan seseorang menarik tangannya mendekat.

"Tetap di sisiku."

Pupil mata Fisika terbelalak, begitu mendengar suara Sagi. Fisika tersenyum lebar. Namun sedetik kemudian. Tangannya dibawa Sagi untuk berlari menembus ke dalam kabut.

Fisika tidak tahu mereka melangkah ke mana. Yang ia tahu, ia mengikuti langkah Sagi menghindari setiap tempat yang mereka lewati. Fisika membalas genggaman tangan Sagi dengan kuat. Seolah tidak ingin melepaskannya.

Dia ingin melihat ke bawah. Bagaimana jari-jari tangan mereka saling tertaut satu sama lain. Tetapi, saking tebalnya kabut. Fisika bahkan tidak bisa melihat tangannya sendiri.

"Sistem mereka tidak beda jauh dari punya dunia paralel f2."

Fisika terganga mendengar suara Izar. Tetapi ia tidak tahu, di mana posisi pria tersebut. Fisika yakin, ia dan Sagi baru saja melewati sebuah pintu. Entah bagaimana dua orang pria itu melakukannya.

Namun yang pasti. Suara geraman, bentakkan dan perintah penuh emosi di belakang mereka, menjawab semua pertanyaan Fisika.

Perlahan-lahan, Sagi malah membawa Fisika untuk berlari. Dia tidak tahu, ke arah mana langkah kaki Sagi membawanya. Kabut putih tebal, benar-benar terus mengikuti keberadaan ketiganya. Hingga akhirnya, kabut tersebut perlahan-lahan memudar dan Fisika bisa melihat dengan jelas. Bahwa dia, Sagi dan Izar sedang bersembunyi di sebuah celah sempit di antara dua bangunan berarsitektur mewah.

"Ba- Bagaimana kalian melakukannya?" tanya Fisika tatkala Izar baru saja menyampirkan tas ransel hitam ke balik punggungnya.

"Anggap saja, gue dan Sagi adalah karakter over power dalam karya fiksi yang lo tulis." Izar memainkan kedua alis matanya pada Fisika dengan penuh percaya diri.

"Gila lo," desis Fisika. "Tapi keren juga sih. Jika lo berdua adalah tokoh utama yang OP. Berarti gue hanya jadi tokoh figuran biasa dong? Dih, gak adil mah ini. Dasar curang!"

Izar hanya senyam-senyum dengan wajah penuh kemenangan. Jenis senyum yang mengingatkan Fisika dengan kenangan nostalgia mereka waktu SMA.

"Sekarang sudah aman." Sagi mendadak menyela. Fisika, walau dari samping. Ia bisa memandang wajah Sagi dari dekat. Pria ini benar-benar sangat tinggi, tampan dan aura kesempurnaannya semakin meningkat saat ia menggunakan topi hitam saat melirik Fisika dari ekor matanya.

"Kenapa lo liat-liat gue?" sindir Sagi yang merasa kurang nyaman dengan tatapan Fisika seperti orang yang kehilangan arah.

"Lo ganteng," jawab Fisika. "Tipikal cowok fiksi paling sempurna yang gue lihat secara nyata. Lo ganteng, keren, punya sihir dan teknologi canggih. Ah, ya. Lo juga pintar fisika. Tapi sayang ....," Fisika menggantung kalimatnya dengan sengaja.

"Tapi apa?"

"Belum bisa ke gapai."

Izar terkikik mendengar kalimat Fisika. Karena tidak ingin didengar oleh Sagi. Izar sengaja menyembunyikan tawanya dengan suara batuk.

"Beneran, 'kan? Lo pasti udah punya cewek."

Sagi menarik tangannya dari genggaman Fisika. Hal tersebut mendadak membuat Fisika tersadar bahwa rupanya, sejak tadi ia dan Sagi masih saling berpegangan tangan.

"Ouh, maaf." Fisika mengaku salah. Ia buru-buru menundukkan pandangan. Izar mengamati perubahan sikap Fisika dan Sagi saling bergantian.

Ia sendiri juga baru menyadari hal tersebut. Jika seandainya Sagi tidak menarik tangannya, Izar pun bahkan tidak akan menyadari hal tersebut.

"Bagaimana dengan permata biru?" Fisika mendadak memecahkan keheningan dan kecanggungan di antara mereka. "Seberapa jauh kita sampai ke permata biru?"

"20 kilometer dari tempat ini. Lokasinya berada di sebuah bangunan sekolah." Sagi menjelaskan dengan seksama.

Entah mengapa, Fisika merasa ada yang ganjil dari penampilan Sagi. Jika Izar melakukan pemetaan dan scanning melalui kacamata canggihnya, bagaimana dengan Sagi?

Dia tidak menggunakan kacamata seperti Izar. Hanya topi hitam biasa yang menutupi seluruh rambutnya. Lalu mendadak, mata cokelat Fisika terbelalak.

"Di mata lo." Fisika menunjuk. "Apa lo menggunakan lensa mata yang memiliki fitur canggih seperti milik Izar?"

Karena dituduh demikian, Sagi hanya mengganguk kecil.

"Aneh?" tanyanya pada Fisika dan wanita itu hanya menggeleng.

"Gak kok, malah hebat. Benar seperti yang dibilang Izar. Lo berdua tipe karakter fiksi yang OP. Mendadak, gue jadi teringat soal anime dari negeri sakura yang dua karakternya lumayan OP. Gue gak terlalu mengikuti jalan ceritanya seperti anime Attack On Titan. Tapi kalau gak salah, karakternya tuh kuat banget. Cuma sayang, dia tuh botak."

Izar tahu apa yang dimaksud oleh Fisika. Tetapi, dia tidak berniat menjelaskan hal tersebut pada Sagi. Yang entah mengapa, dari raut wajahnya. Sagi terlihat sangat tersinggung.

"Bigbos," panggil Izar. "Apa kita akan bergerak sekarang? Atau tunggu gelap saja? Sebab, beberapa menit lagi, berita tentang kasus penyusup akan terdengar di seluruh dinding."

Dengan mata ink-nya, Sagi melirik ke arah Izar.

"Kita tunggu sampai malam saja, bergerak sekarang dengan penampilan kita bertiga akan terlihat mencurigakan."

Fisika tidak paham, mengapa Sagi mengatakan demikian. Namun, saat ia melirik ke arah ujung celah. Dia melihat orang-orang berlalu lalang dengan warna pakaian serba putih. Tentu saja, ini kontras dengan penampilan mereka yang memakai outif warna-warni.

___/_/_/_/_____
Tbc


Continue Reading

You'll Also Like

988 183 9
Menyimpan rahasia selama bertahun-tahun memang menyakitkan, tetapi akhirnya rahasia yang dipendam sendirian bisa ia curahkan agar sekian rasa menggan...
913 588 16
‼️Vote dulu sebelum baca⭐‼️ Setiap kali pangeran memainkan satu nada ia akan berpindah tempat. Petualangan pangeran untuk kembali ke istana akan sege...
2.4M 211K 68
[FOLLOW SEBELUM BACA] Refara, seorang gadis cantik yang hidup sebatang kara. Sejak kecil ia tinggal di panti asuhan dan memutuskan untuk hidup mandir...
2.8K 1.6K 8
Agartha, sebuah dunia penuh keajaiban yang berada di dalam perut bumi. Suatu ketika, Sukma Nayaka, seorang penulis artikel lepas tiba-tiba terpanggil...