Chapter 10- Usaha dan Energi

961 241 30
                                    

Fisika berkali-kali mengucapkan puji dan syukur kepada Maha Pencipta. Sagi berhasil teralihkan soal makanan. Di tambah, dengan kedatangan Izar yang ikut berkomentar jika dia lapar.

Ketiganya pun makan bersama sambil memandang ke dinding minimarket yang transparan sampai ke luar bangunan. Kota-kota di alam semesta 2728 tidak terlalu berbeda jauh dengan bumi di paralel f2. Kehidupan yang terlihat normal. Tetapi siapa yang tahu, dengan kehidupan di luar dinding yang penuh dengan kesenjangan sosial.

Cepat atau lambat. Informasi soal penyusup akan segera diketahui oleh seisi kota. Sagi yang telah selesai makan lebih dulu berjalan ke arah kasir. Fisika menoleh untuk melihat gelagat yang sedang ia lakukan.

"Mamanya dulu ngidam buku ensiklopedia atau dia pernah makan buku ensiklopedia?"

Izar yang mendengar pertanyaan yang tidak masuk akal itu malah melotot tidak percaya pada Fisika.

"Lo kalau ngomong yang benar, Fis. Ini kalau Sagi denger, yang mampus itu gue. Bukan lo!"

"Halah, dia gak bakal dengar. Kecuali telinga dia tajam," seru Fisika dengan sikap tak ambil pusing. "Lo tahu Izar, mendadak. Gue jadi bisa mengerti soal Sagi. Cara dia memandang dunia dengan cara kita memandang dunia itu beda."

"Maksud lo? Gue gak paham," kata Sagi sambil menyedot minuman dari botol berwarna cokelat.

"Nanti gue jelasin."

Setelah Fisika berkata demikian. Sagi pun kembali menghampiri mereka dengan satu tangan menenteng sebuah tas yang isinya ia lemparkan satu-satu pada Fisika dan Izar.

"Gunakan jaket ini. Kita akan pergi mengambil Flower Winter yang pertama."

Fisika memandang jaket putih pemberian Sagi, terlihat cukup besar. Tetapi Fisika bisa mengendus bau maskulin yang menempel di dalamnya.

"Ini punya kasir itu?" tanya Fisika dengan nada membisik. "Wanginya cukup terendus." Ia berkata lagi sambil mengenakannya.

Izar hanya terlihat heran dengan kening mengkerut. Lalu ia berbalik menatap Sagi.

"Jadi, asal kita bisa mengenakan outif berwarna putih. Semuanya akan aman?" tanya Izar pada Sagi.

"Ya, Milio meminjamkan ini untuk kita. Dia juga memberitahu soal akses ke bangunan taman kanak-kanak tempat kita akan menyelinap."

Fisika yakin, Sagi pasti telah menyogoknya dengan sebutir mutiara lain. Semua itu bisa terlihat dari senyum Milio yang sangat melebar dan bisa dilihat dari jauh.

Setelah melambai seperlunya dengan Millio yang mengantarkan kepergian mereka. Sagi, Fisika dan Izar berjalan beriringan menyusuri trotoar.

Penting bagi Fisika mengamati tingkah laku setiap orang.
Di sana tidak ada pengemis atau orang-orang dengan golongan ekonomi bawah. Orang-orang yang berpas-pasan dengan mereka memiliki penampilan yang bersih, menarik dan tentu saja cukup mewah.

Di depan jalan, Sagi memimpin untuk berbelok di arah perempatan. Lalu-lintas di sana masih menggunakan mobil sebagai sarana transportasi. Fisika bahkan tidak melihat ada kendaraan roda dua yang terpakir.

Sebuah papan reklame besar menampilkan gambar seorang wanita dengan rambut disanggul tinggi yang dinyatakan telah wafat beberapa hari lalu.

"Apa dia mantan pemimpin negeri ini?" tanya Fisika pada dua pria di kiri dan kanannya.

"Ya. Sekarang posisinya diganti oleh sang wakil." Izar mewakili untuk menjawab. "Jika jaraknya 20 kilometer. Kita perlu transportasi."

Izar melirik Sagi. Tentu, mereka tidak mungkin berjalan kaki sejauh itu. Membuang waktu adalah pekerjaan yang merepotkan.

Kuanta (End)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu