PRASASTI

By leoviprasetya

189K 17.6K 894

"Ranggadewa Jnanaloka Ratuning Puranggahu Manggala Jnanawangsa Aben sirna krudating bhuwana Ing kedhaton... More

Prolog
Bab I
Bab II
Bab III
Bab IV
Bab V
Bab VI
Bab VII
Bab VIII
Bab IX
Bab X
Bab XI
Bab XIII
Bab XIV
Bab XV
Bab XVI
Bab XVII
Bab XVIII
Bab XIX
Bab XX
Bab XXI
Bab XXII
Bab XXIII
Bab XXV
Bab XXIV
Bab XXVI
Bab XXVII
Bab XXVIII
Bab XXIX
Bab XXX
Bab XXXI
Bab XXXII
Bab XXXIII
Bab XXXIV
Bab XXXV
Bab XXXVI
Bab XXXVII
Bab XXXVIII
Bab XXXIX
Bab XL
Bab XLI
Bab XLII
Bab XLIII
Bab XLIV
Bab XLV
Bab XLVI
Bab XLVII
Bab XLVIII
Bab XLIX
Bab L
Bab LI
Bab LII
Bab LIII
Bab LIV
Bab LV
Bab LVI
Bab LVII
Bab LVIII
Bab LIX
Bab LX
Bab LXI
Bab LXII
Bab LXIII
Bab LXIV
Bab LXV
Bab LXVI
Bab LXVII

Bab XII

2.7K 331 3
By leoviprasetya

Jayantaka terkejut akan perintah ayahandanya. Ya, baginya semua sabda sang Raja adalah titah yang tak boleh dibantah siapapun termasuk dirinya. Sekalipun kalimat itu terdengar seperti permintaan.

Pagi yang begitu cerah di musim kemarau, mendadak jadi hening setelah suara sang Prabu berhenti. Di ruang makan istana Purana yang megah ada Jnanashiwa dan permaisurinya Sritareswari, Jayantaka, Ranggadewa dan Galuh Dhyanindhita. Rajapatni dan selir juga putri bungsu tidak hadir pagi itu. Dan entah kenapa Jnanashiwa tidak marah atas ketidakhadiran mereka. Ataukah Jnanashiwa sendiri yang menyuruh mereka tak hadir tak ada yang tahu.

Mereka semua terdiam. Jayantaka yang jadi pusat perhatian. Semua menanti jawaban dari mulut pangeran sulung itu.

"Bagaimana, Jayantaka? Kau takkan menolaknya bukan?" desak Jnanashiwa.

Jayantaka yang selalu tampak tenang pun jadi gelagapan. Ia berjuang menenangkan diri. Sungguh tak disangka pagi ini ayahandanya mengatakan sesuatu di luar dugaannya. Wajahnya yang tampan dan terukir sempurna menunduk menghadap meja mencari kalimat yang sesuai dan tak mengecewakan sang ayah.

"Kau sudah dewasa, Jayantaka." Jnanashiwa kembali bersuara. "Kau sudah delapan belas tahun kurasa," sambungnya seraya menoleh pada istrinya meminta kepastian dan disambut anggukan sang prameswari.

"Gusti Prabu benar, Anakku. Sudah waktunya engkau menikah."

Suara lembut sang prameswari seolah menenangkan hati Jayantaka yang bergemuruh. Ranggadewa meliriknya sambil menahan senyum. Sedangkan Dhyanindhita hanya tertunduk diam.

"Aku ingin kau menikah dengan putri Ragawa."

Jnanashiwa sudah mengambil keputusan. Apapun jawabannya tak akan membawa perbedaan. Suka atau tidak sabda sang Raja adalah titah yang harus dijunjung tinggi. Jayantaka menghela napas sepelan mungkin. Kedua adiknya tahu ketenangannya kali ini seperti dibuat-buat.

"Baik, Ayahanda."

Jnanashiwa tersenyum puas. Dia tahu putra tertuanya itu pasti akan melaksanakan apapun yang diucapkannya tanpa membantah. Kemudian tatapannya beralih pada Ranggadewa yang tersenyum cerah melihat kakaknya mati kutu di hadapan ayah mereka.

"Dan kau, Ranggadewa. Kau juga harus segera menikah."

Ranggadewa terkesiap. Mulutnya terbuka. Panik langsung menyerangnya. Ia juga harus menikah? Dan dijodohkan dengan putri entah siapa seperti nasib Jayantaka? Oh tidak.

"Ampun, Ayahanda Prabu. Hamba sudah punya calon sendiri," potongnya cepat sebelum Ayahandanya menyebutkan siapa calon istrinya.

Jnanashiwa menaikkan alisnya. Dan secara tak terduga ia pun tertawa keras mendengar ucapan putranya. Prameswari yang adalah ibu kandung Ranggadewa ikut tersenyum bahagia.

"Benarkah itu, Ranggadewa?"

"Benar, Ibunda." Ranggadewa mengangguk pasti sambil melihat Jnanashiwa lewat ekor matanya. Ia merasa sedikit takut jawabannya membuat ayahanya tak suka.

Tapi Jnanashiwa justru tertawa. Sepertinya itu pertanda baik. Dia menatap tajam pada kedua putranya. "Bagus. Kalian sudah punya calon masing-masing sekarang. Dan aku mau pernikahan kalian dilaksanakan secepatnya."

"Kanda, apakah Patih Ragawa sudah mengetahui hal ini?" tanya Sang Prameswari.

Jnanashiwa menoleh cepat pada istrinya. "Tentu saja, Dinda. Aku dan Ragawa sudah mengaturnya. Bulan depan upacara pernikahan Jayantaka akan dilaksanakan."

Jayantaka menelan ludah. Ia benar-benar tak bisa berkutik sekarang. Seperti dugaannya, Ayahnya tak memintanya tapi memerintahkan dirinya untuk segera menikah. Semua sudah diatur.

"....dan pesta selama empat puluh hari empat puluh malam." Sambung Jnanashiwa dengan pongahnya. Dia akan mengadakan pesta besar-besaran rupanya.

"Jayantaka, pergilah ke kedaton kepatihan. Temui Ragawa dan katakan padanya kau sudah menyetujui rencana ini. Kau juga bisa sekalian menemui calon istrimu di sana."

"Baik, Ayahanda Prabu."  Tak ada yang bisa dilakukan atau dikatakan pangeran itu selain mengiyakan apapun kata sang ayah. Jika tidak, bukan mustahil ia akan dipenggal oleh Jnanashiwa.

"Dan siapa calon istrimu, Ranggadewa?"

*******

"Apa katamu?"

Suara Jnanashiwa melengking tinggi. Membuat Ranggadewa begitu terkejut sekaligus heran. Ia terkejut dengan reaksi Jnanashiwa. Raja Puranggahu itu tampak berang dan ia tak mengerti kenapa?

"Putri Resi Gaharu katamu?" Jnanashiwa menggeram. Matanya menyala-nyala.

Sungguh ia tak membayangkan ayahnya akan semurka itu padanya. Pikirnya putri seorang resi juga kalangan terhormat karena termasuk kasta brahmana, kasta yang tertinggi. Ia merasa tak salah pilih. Namun kenapa ayahnya malah memurkainya begitu ia mengatakan siapa calon istrinya.

"I...iya, Ayahanda. Ke...kenapa....?" tanya Ranggadewa terbata takut salah bicara.

Jnanashiwa langsung menyembur. "Kau ini bodoh atau apa? Gaharu itu tidak punya anak perempuan, kau tahu?"

Giliran Ranggadewa yang terkejut. Seperti ada petir yang menyambar kepalanya. Antara terkejut, bingung dan takut akan kemarahan ayahnya membuat Ranggadewa tak mampu berpikir tenang.

Ia sudah membayangkan hidup yang bahagia bersama kekasihnya namun tiba-tiba saja bayangan indah itu direnggut paksa. Senyumnya pun menghilang. Ia sekarang hanya berdua saja dengan ayahnya di ruang makan yang besar itu. Ibunya, kakaknya juga adiknya sudah keluar setelah acara sarapan selesai.

Dan apa kata ayahnya baru saja? Resi Gaharu tidak punya anak perempuan? Lalu Prasasti anak siapa? Siapakah yang berbohong dalam hal ini? Ranggadewa menggeleng cepat, tak mengerti sekaligus tak percaya.

"Tapi....Paman Resi sendiri yang mengakuinya, Ayahanda. Dia bilang Prasasti adalah putrinya."

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 106K 73
(Bakal direvisi kalo authornya gak males.) Selena, seorang perempuan nolep yg pinter, dia ber transmigrasi ke tubuh seorang antagonis di buku novel...
345K 30.1K 155
Title: Death Is the Only Ending for the Villainess BACA INFO!! Novel Terjemahan Indonesia. Hasil translate tidak 100% benar. Korean ยป Indo (90% by M...
49K 3.2K 28
[ REVISI DIKIT ] "Ada kata terakhir?" Suara Pria menggema di tempat eksekusi, sembari mengelus rambut putri angkatnya. "Jika waktu bisa diputar kemb...
5.8M 463K 68
Olivia, seorang mahasiswi tingkat tiga meninggal akibat tertabrak mobil saat dalam perjalanan pulang ke rumah untuk merayakan ulang tahun adik nya...