AURORA BOREALIS 2 [ ✓ ]

By Mejikubillu

568K 40.1K 16.5K

[HARAP SIAPKAN HATI DAN PERASAAN UNTUK MEMBACA CERITA INI] BAGIAN 2 AURORA BOREALIS Pernah memiliki sebuah ma... More

01. AB2 • KEBIMBANGAN
02. AB2 • DESIRAN
03. AB2 • IT'S BEGIN
04. AB2 • COMPLICATED
05. AB2 • TANTANGAN TERBUKA
06. AB2 • (BU) KAN ANGEL ALGER
07. AB2 • FAULT
08. AB2 • PEMBALASAN
09. AB2 • TRUTH
10. AB2 • PERGI
11. AB2 • STRONGEST
12. AB2 • MALVIN
13. AB2 • SERPIHAN
14. AB2 • LET GO
15. AB2 • WILL CHANGE?
16. AB2 • BUNGA LOTUS
17. AB2 • DIFFERENT
18. AB2 • SEMUA ORANG LICIK
19. AB2 • LOVELY?
20. AB2 • NOTHING
21. AB2 • ALGER MERINDUKAN ANGELNYA
22. AB2 • KETULUSAN?
23. AB2 • MISUNDERSTANDING
24. AB2 • TENTANG KEHILANGAN
25. AB2 • ANOTHER PERSON
26. AB2 • SEBUAH RASA
27. AB2 • WHO IS IT, THEN?
29. AB2 • KERTAS LUSUH
30. AB2 • ISAK LUKA
WE BACK

28. AB2 • KESEMPATAN

15.9K 1.3K 1.1K
By Mejikubillu

AURORA BOREALIS 2|BAGIAN 28

Aurora merebahkan tubuhnya di atas ranjang queen size nya. Matanya menerawang ke atas. Dia seperti tengah berperang dengan pikirannya sendiri.

Lo nggak akan melindungi Alger kan, kalo misal dia ada kaitannya sama hilangnya Edeline?

Kalimat Sandra masih terngiang di telinganya.

Apa mungkin Alaska?

Apa mungkin Alger ada kaitannya?

Tapi untuk apa?

Untuk apa Alger menculik Edeline?

Apa mereka akan menggunakan Edeline untuk sandera untuk memancing Kingston?

Rendah sekali kalau seperti itu.

Argh!

"Ra?"

Aurora menoleh dan mendapati ibunya, Gladys, tengah berdiri diambang pintu.

"Masuk Mah," ucap Aurora, "ada apa?"

Gladys mendudukan dirinya di ranjang Aurora-mengusap lembut surai putrinya itu, "Alger apa kabar?"

Aurora tertegun, "kenapa tiba-tiba nanya soal Alger?"

"Mamah liat kamu jarang main sama mereka lagi, kalian masih baik-baik aja kan?"

Diam.

Aurora bungkam. Dia tidak menanggapi pertanyaan Gladys.

"Jujur, Mamah nggak suka kalo kamu kayak gini Ra. Mamah kayak kehilangan Aurora yang dulu."

Aurora juga nggak suka Mah, Aurora benci sama kehidupan Aurora yang sekarang, batin Aurora

"Keluarga kita udah nggak baik-baik aja Ra, jadi Mamah mohon supaya kamu jangan juga menjadi nggak baik baik aja," ucap Gladys.

Aurora bangkit dan kemudian merengkuh Gladys dengan erat. Gladys pun membalas rengkuhan anaknya tersebut.

Dan pada kenyataannya, Aurora udah dalam keadaan nggak baik-baik aja Mah, batin Aurora.

🌈🌠

Malam ini kelima inti Kingston, Aurora, Alana, Jelita dan Sandra tengah berkumpul di rumah Sean. Untuk saat ini, rumah Sean yang paling aman untuk di jadikan sebagai markas mereka bersembilan.

"Lo lagi nggak berniat melindungi mereka kan Ra?!" ucap Sandra.

"San, San, udah jangan gitu," Ganendra melerai mereka.

"Jawab Ra!!" bentak Sandra.

"San!" bentak Borealis tak kalah keras.

"Kalian itu kenapa sih?! Nggak pernah ada yang mau kalo si Aurora di tuduh gitu!" ketus Sandra.

Borealis menatap Aurora, karena gue pernah nuduh dia dan berakhir malah justru menyakiti dia

Sandra mengguncang bahu Aurora, "jawab! Lo lagi melindungi mereka, karena mereka ada kaitannya sama Edeline ha?!"

Aurora bangkit. Kini keduanya tengah saling berhadapan.

"Alger nggak serendah itu," sarkas Aurora.

"Ya terus kenapa lo nggak mau ajak mereka?! Atau-lo itu sebenarnya ada kaitannya sama penculikan Edeline?!"

"SANDRA!" bentak Borealis.

"Lo apa-apaan sih Borealis! Edeline itu pacar lo, tapi kenapa lo malah ngebela tukang tikung kayak dia?!" bentak Sandra.

"Gue itu bukan tukang tikung seperti yang lo bilang!" bentak Aurora.

"Tapi lo adalah penyebab renggangnya hubungan Borealis sama Edeline! Dari insiden rooftop itu, gue udah benci sama lo! Seluruh sekolah dukung kalian! Lo nggak mikir gimana perasaan Edeline ha?!"

Jelita menarik Sandra mundur sedangkan Borealis menarik Aurora mundur.

"Gue nggak pernah kepikiran untuk ngerebut Borealis dari Edeline! Lagian insiden rooftop itu juga bukan rekayasa!"

"Ra udah Ra," ucap Borealis.

"Jawab sekarang dimana Edeline!" bentak Sandra.

"San udah," ucap Jelita.

"Kalo pun gue tau, gue bakal bebasin dia sendiri tanpa kalian!" sarkas Aurora.

Aurora menepis kasar cekalan tangan Borealis dan kemudian melangkah pergi. Sampai tiba di ambang pintu tiba-tiba seseorang mencekal tangannya.

"Jangan nuduh orang tanpa bukti, emang nggak menyakiti fisiknya tapi menyakiti bagian hatinya."

Aurora menoleh pada seseorang yang tengah mencekal tangannya. Dan dari tempatnya inti Kingston, Alana, Jelita dan Sandra terbelalak.

Di ambang pintu tepatnya bersisipan dengan Aurora. Ada seorang cowok bertubuh tegap dengan jaket kebanggaan membalut tubuhnya. Dia Adimas Alaska Bagaskara. Dengan keempat inti Alger lain di belakangnya.

Alaska membalik tubuh Aurora dan menggandengnya masuk ke dalam. Diikuti Aryan, Titan, Dafin dan Saga.

"Kalian boleh nuduh Alger tapi nggak dengan orang-orang terdekat Alger!" sarkas Alaska.

"Kalian?" kaget Sandra.

"Iya, kita dateng. Awalnya kita nggak mau. Karena itu bukan urusan kita. Tapi kalian tau apa yang Aurora bilang?" Alaska menghela napasnya, "seburuk apapun Edeline, seburuk apapun kalian, kalian orang yang pernah dan masih deket sama Aurora. Kalian masih dia anggap keluarga."

Aurora menarik tangan Alaska-memintanya untuk berhenti berbicara, "Ka.."

"Dan kalian malah nuduh dia kayak gitu. Kalo gue di posisi dia, sejuta kalipun kalian baik sama gue, kalo akhirnya justru kalian nuduh gue tanpa bukti kayak gitu. Demi Tuhan gue nggak bakal nolong kalian bahkan deket sama kalian. Tapi Aurora—"

"Alaska.."

"Ra? Lo nggak capek? Lo nggak capek nggak pernah dapet secelah bahagia Ra?"

"Ka.."

"Please Ra, gue udah terlalu banyak nyakitin lo. Gue nggak mau lo di perlakukan buruk juga sama orang lain. Cukup gue yang jadi bajingan kayak gini Ra."

Aurora menggeleng. Matanya memanas. Dia membendung air matanya. "Lo nggak kayak gitu Ka, mereka juga nggak kayak gitu."

Keheningan menyelimuti ruangan itu. Hanya suara jam yang berdetak di dinding rumah Sean.

"Lo nggak capek Ra? Nggak capek pura-pura baik-baik aja disaat lo nggak—"

"Alaska!" bentak Aurora dengan setetes airmatanya yang membasahi pipi, "lo nggak tau apapun tentang keadaan gue! Cukup!"

"Lo udah menganggap kita keluarga Ra, jadi perlakukan kita sebagai keluarga lo," celetuk Sean dengan matanya yang mulai berkaca.

"Beban kita itu beban lo. Begitupun beban lo, itu beban kita juga. Jangan lo pikul sendirian," ucap Alana yang sudah berlinang airmata.

"Denger Ra, dengerin itu. Semua peduli sama lo. Jangan lo pendem semuanya sendirian, kita pasti bakal cari jalan keluarnya bareng-bareng. Kita tempat berbagi," ucap Aryan.

"Lo juga butuh tersenyum Ra," ucap Titan.

Saga dan Dafin mengangguk.

Alger sangat paham akan keadaan keluarga Aurora. Meskipun tak sepenuhnya. Tapi mereka sudah kenal Aurora selama 3 tahun. Mengenal bahwa keluarganya tak semanis dari senyumannya setiap datang ke markas Alger.

Semua kalut dalam kesedihan.

"G-gue minta maaf, Ra.." ucap Sandra menyesali perbuatannya.

Aurora menggeleng, "gue juga kalo di posisi lo bakal melakukan hal yang sama San."

"Ma-maaf Ra.." air mata Sandra luruh begitu saja, "gue nggak pernah tau beban apa aja lo pikul sendiri Ra. Justru gue malah berlaku seenaknya kayak gitu ke lo."

Dari tempatnya Sean menatap Aurora, senyum tipis mengembang, menghiasi wajahnya. Meskipun matanya mulai berkaca.

Gue tau Ra, gue yakin lo akan bahagia. Semua peduli sama lo, sayang sama lo. Kita semua ada buat lo Aurora Pelangi.

Borealis yang berdiri lurus dengan Aurora menatap sendu perempuan itu. Dia benci keadaan dimana orang terkasihnya menderita. Menangis.

Alaska menepuk pundak Aurora, "Ra, tolong. Untuk kali ini aja, lo liat orang di sekitar lo, banyak yang peduli sama lo, banyak yang pengin lo ketawa. Jangan terlalu mementingkan orang lain, disaat diri lo sendiri juga penting."

Lagi dan lagi air mata Aurora menetes dengan derasnya.

Borealis berjalan mendekati Aurora dan kemudian merengkuhnya dengan erat.

"Ra.. kita semua ada disini juga buat lo, jangan beranggapan lo disini sendirian." bisik Borealis

Semua yang ada di ruangan itu larut dalam kesedihan. Air mata menetes membasahi pipi mereka, tak heran sesekali terdengar isak tangis di antara mereka.

Alaska menatap keduanya, gue emang udah bareng sama lo sejak 3 taun yang lalu Ra, tapi ada banyak luka yang udah gue cipta. Dan gue sadar, gue nggak akan bisa ada di sisi lo.

Sean menyapu airmatanya yang tiba-tiba menetes, bertahan sedikit lagi Ra, gue yakin lo akan meraih kebahagiaan lo yang sebenarnya.

Alister mendekati Alana dan kemudian cowok itu berbisik, "maaf Na."

Alana yang tengah terisak-mendongak. Perempuan itu tertegun dengan ucapan Alister. Dan disambut sebuah senyum tulus dari Alister.

Borealis masih merengkuh erat Aurora, sesekali dia mengusap surai panjangnya. Memberikan sebuah ketenangan pada Rara nya.

"Maaf karena gue belum bisa jadi Rere, seperti yang lo harapkan," bisiknya.

Aurora hanya terisak di pelukan Borealis.

🌈🌠

"Gimana hubungan lo sama Gio?" tanya Titan pada Jelita.

Keduanya kini tengah duduk d iu sebuah lapak nasi goreng di pinggir jalan.

Bagaimana mereka bisa bersama?

Setelah pulang dari rumah Sean, tanpa sengaja Titan melihat Jelita yang tengah menunggu taksi di pinggir jalan. Akhirnya Titan menawakan tumpangan untuknya. Namun, justru Titan mampir ke sebuah lapak nasi goreng.

Dan disinilah mereka. Dengan kecanggungan masing-masing.

Jelita mendongak kikuk, "ha?"

"Gimana lo sama Gio sekarang?"

Jelita kembali tertunduk sambil menatap nasi gorengnya, "dari awal aku sama Gio itu nggak ada apa-apa."

Titan tersenyum kecut, "ya—"

"Aku sama Gio emang nggak ada apa-apa kok."

"Lucu ya, padahal dulu gue yang ngejar-ngejar lo. Bahkan sampai mau berantem sama bokap lo, karena lo nggak boleh pacaran sama anak geng kayak gue. Eh sekarang malah gini."

Rasa bersalah Jelita kembali menyelimuti. Meskipun tidak sepenuhnya salah dia, tapi perempuan itu merasa sangat tidak pantas bersama cowok itu.

Namun, mau dijelaskan bagaimana pun semua tetap salahnya. Kenapa juga dia bisa tanpa sadar berciuman dengan Gio dan kenapa juga Titan bisa melihatnya.

"Titan," panggil Jelita seraya menyentuh tangan Titan yang berada di atas meja, cowok itupun menoleh.

"Apa Jelita bener-bener nggak bisa dimaafin sama Titan?" tanya Jelita.

Titan hanya menoleh dan menatap wajah sendu mantan kekasihnya itu. Tanpa berkata apapun.

"Apa Jelita nggak bisa dapet kesempatan kedua?" tanya Jelita lagi.

"Semua orang berhak mendapatkan kesempatan kedua, apa hati Titan bener-bener udah tertutup buat Jelita?"

Gue pun nggak tau Jel, sebenarnya lo yang bukan terbaik buat gue, atau gue yang bukan terbaik buat lo?

Perlahan Titan menarik tangannya dari genggaman Jelita.


Continue Reading

You'll Also Like

14.7K 2.5K 59
Awal yang buruk menjadi bagian dari ujian hidup yang begitu berat ia rasakan. Dervin yang dibesarkan disebuah keluarga yang tak sehat, hal itu tak me...
7.2K 824 10
⚠️❗ WARNING ❗⚠️ cerita bromance / brothership ⛔ gak suka, skip aja, gak usah baca Haechan x nct 127 . Tertanda Sayap Kiri . "Di ujung perjalanan kkn...
2.4M 146K 107
[COMPLETED] #1 in Teenfiction (04/12/18) #2 SMA Cover by @ilustrasiindong ⚠Belum direvisi Rayyan Alatas. Cowok galak dan cuek itu harus memecahkan ka...