Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.
"Selamat datang di Mantra Coffee."
.
.
.
Waktu adalah hal yang paling egois. Ia tak pernah menunggu, terus berjalan hingga tak terasa semester 2 telah berada di ujung tanduk. Libur hampir tiba, Tama, Andis dan Ajay memutuskan untuk pulang, karena liburan semester lalu mereka tak pulang ke rumah, sedangkan Dirga memutuskan untuk tetap di Jogja, karena ia selalu menghindari keluarganya.
Abet dan Mila juga memiliki urusan di Jogja sehingga tidak dapat pulang untuk menjemput rindu. Abet yang memiliki masalah dengan daftar hitam kampusnya dan Mila yang sibuk menyusun skripsi untuk semester depan.
Tinggal mereka bertiga yang tersisa, Abet dan Mila berubah menjadi pegawai full time, karena Dirga tak bisa menangani semuanya sendiri. Tentu saja dengan jadwal yang fleksibel. Seperti biasa setelah shalat ashar mereka sudah bersih-bersih toko untuk persiapan buka.
Dirga pergi ke belakang dulu untuk merokok. Sebenarnya ia jarang merokok, ia hanya merokok jika memikirkan sesuatu yang bersifat pressure untuknya. Tiba-tiba seseorang datang dan mengambil rokok yang ada di mulut Dirga kemudian menggantikan sebatang rokok itu dengan sebatang permen lolipop pendekar biru.
"Jangan ngerokok lagi, ga bagus," ucap Mila.
Mendapat nasihat dari wanita yang lebih tua darinya membuat dirga enggan untuk memberontak, ia hanya membiarkan permen itu di dalam mulutnya sambil menunggu Mila pergi.
"Kenapa? nunggu aku pergi?" ucap Mila.
Dirga tak menjawab, ia hanya berpose seakan-akan sedang merokok, padahal yang ada di mulutnya adalah permen lolipop. Ia beranjak dari duduknya.
"Kuy ah masuk," sambil Dirga masuk ke dalam kafe bersama Mila.
Dirga bersiaga di depan meja kasir, Abet bersiap dengan peralatan-peralatan kopi, dan Mila sebagai waiters menggantikan Andis, karena di antara mereka bertiga, hanya Mila yang memiliki aura friendly, lagi pula ia cukup manis, tidak seperti duo garang itu.
Cring~ Gemerincing lonceng di pintu berbunyi, Aqilla, Jordan dan beberapa squad inti Saraswati basketball masuk ke dalam mantra.
"Selamat datang di Mantra Coffee." sambut Mila sambil menyodorkan menu kepada Aqilla.
"Terimakasih mbak Mila," ucap Aqilla yang sudah hafal seluk-beluk mantra coffe ini.
"Bil, Rik, lo bengong aja," ucap Jordan yang melihat kedua temannya sedang melongo melihat Karmila.
Erik duduk di depan Aqilla.
"La, itu tadi yang ngasih daftar menu namanya siapa?" ucap Erik sambil berbisik.
"Oh itu, mbak Mila," ucap Aqilla sambil memainkan HP nya.
"Suka lu Rik?" tanya Jordan.
"Ya tergantung, kalo blm ada yang punya mah," jawab Erik.
"Yaudah lu pesen aja dulu deh, kelamaan" seru Qilla.
"Ih ngambek, cewek lo ngambekan Jo," ledek Erik sambil memesan minuman.
Setelah semua terpesan, Jordan memanggil Mila yang sudah menunggu mereka di dekat bar. Melihat pelanggan yang memanggilnya, Mila menghampiri Jordan.
Jordan memberikan menu yang telah ia pesan, tiba-tiba Erik menyeletuk.
"Mbak, ada nomor HP ga mbak?" tanya Erik frontal.
"Buat kalo mau ngasih saran seputar menu aja sih mbak," sambungnya lagi dengan segala alibi.
"Oh oke," Mila memberikan nomor HP.
Setelah Mila memberikan nomor HP dan pergi untuk melayani tamu lain, Erik terlihat senyum-senyum sendiri.
Dirga yang sedari tadi duduk di bangku kasir tiba-tiba beranjak dan berjalan menuju toilet.
"Eh gua ke toilet dulu," Jordan pergi ke toilet.
Ia sengaja pergi ke toilet karena ingin menemui Dirga.
"Hoi," sapa Jordan pada Dirga.
Dirga menoleh dan mencoba mengingat siapa orang yang telah menyapanya.
"Anak basket?" Ia mulai mengingat bahwa orang itu adalah tim yang menjadi lawan Tama di kompetisi basket.
"Kemana temen lu yang namanya Tama?" tanya Jordan.
"Tama? kenapa orang ini nyariin Tama? kalo ga salah juga kan dia pacarnya Aqilla," gumam Dirga dalam hati.
"Tama pulang ke Jakarta," ucap Dirga.
"Ada apa nyariin Tama?" timpalnya lagi.
"Ya adalah sesuatu," ucap Jordan sambil pergi meninggalkan Dirga sehabis mencuci tangan.
Setelah itu Jordan kembali duduk di antara Aqilla dan teman-temannya. Mereka berbincang penuh tawa. Namun Aqilla hanya sebatas menjadi pelengkap, ia jarang sekali berbicara dan tidak sama sekali tertawa dengan guyonan-guyonan Jordan dan teman-temannya.
"Sayang, kamu main HP terus dari tadi," ucap Jordan yang sedang memperhatikan Aqilla.
"Ya gapapa, lagi liat-liat online shop," jawab Aqilla.
"Kok sampe fokus bgt gitu?"
Suasana mulai agak sedikit kurang mengenakan.
"Lagi chatingan sama Tama?" Timpal Jordan.
"Tama mulu, aku udah ga deket sama Tama," jawab Aqilla.
"Sejak kamu kenal dia, kamu jadi berubah gini sih?!" tanya Jordan agak sedikit meninggikan suaranya.
"Apa sih? Kamu kemana-mana bawa temen mulu, kalo mau pacaran ya pacaran. Kalo mau main ya main!" Balas Aqilla.
Erik dan Nabil menjadi kurang enak dengan posisi mereka.
"Udah-udah, jangan berantem," Nabil mencoba menenangkan mereka berdua.
"Tau Aqilla kalo marah cantiknya luntur ah," goda Erik.
Aqilla memperhatikan Erik, ia kurang suka dengan pria yang bernama Erik itu, karena ketika Jordan mengajaknya berkumpul bersama teman-temannya, Erik adalah pria yang secara diam-diam selalu melirik ke arah Aqilla, apa lagi ia sering mencuri-curi pandang ke arah tubuh Aqilla, membuat gadis itu risih. Namun Jordan tak tahu, dan Aqilla juga tidak pernah membicarakan itu pada Jordan. Sekarang ia sedang menggoda Aqilla dengan tatapan nakalnya.
"Aku pulang sendiri aja!" ucap Aqilla.
"Ga ada! kamu pulang sama aku!" Paksa Jordan.
Tiba-tiba Aqilla berdiri dengan membawa tasnya, ia berjalan ke arah Dirga.
"Pesenan ku jadi berapa totalnya?" tanya gadis itu.
"Milkshake Vanilla 15k," ucap Dirga.
Aqilla membayar pesanan kemudian ia berjalan keluar kafe. Disusul oleh Jordan. Mereka berdebat cukup panjang di luar, dan kemudian Jordan memanggil teman-temannya. Setelah bayar, ia dan teman-temannya masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan Aqilla.
"Mil, temenin gih," ucap Dirga yang sedari tadi asik menonton drama Kroya.
Seketika Mila keluar dan menghampiri Aqilla yang berada di luar. Entah apa yang mereka perbincangkan, Dirga hanya melihat Mila memeluk Aqilla, sepertinya ia menangis.
Tidak lama setelah itu Mila masuk ke dalam kafe.
"Bos, Aqilla mau pulang," ucap Mila.
"Oh yaudah, hati-hati di jalan," ucap Dirga.
"Ih maksudnya tolong anterin, Mila teh ga bisa naik motor, kasian Aqilla abis putus," balas Mila.
Dirga kemudian mengambil kunci motor dan pergi mengantarkan Aqilla pulang. Ia menyalakan motor dan Aqilla naik di belakangnya.
"Aqilla gapapa?" tanya Dirga yang sedang membawa motor.
Aqilla hanya diam tak menjawab.
"Qill," panggil Dirga.
Aqilla masih yak menjawab, ia masih berusaha mengendalikan dirinya.
"Qill ini serius rumahnya di mana?" tanya Dirga yang dari tadi tidak tahu mau kemana.
"Oh iya lupa," ucap Aqilla sambil tertawa kecil, ia memberitahukan alamat rumahnya pada Dirga.
Di perjalanan, Aqilla merasa sangat lelah, ia menyandarkan kepalanya di punggung Dirga.
"Aqilla," panggil Dirga.
"Apa?" ucap Aqilla.
"Jangan sembarang nempel-nempel kepala di punggung, takutnya hati ikut geter," canda Dirga.
Aqilla bangun dan menjaga jarak dengan Dirga.
"Maaf," ucapnya.
"Kamu berantem gara-gara Tama?" tanya Dirga frontal.
Lalu Aqilla menceritakan sedikit masalahnya pada Dirga hingga ia sampai di rumahnya. Sekembalinya Dirga mengantar Aqilla, ada pesan Whatsapp masuk ke HP nya.
"Halo,"
"Siapa nih?" gumam Dirga tak membalas.
"Makasih ya hari ini," chat baru masuk kembali ke HP Dirga.
"Aqilla?" gumam Dirga sambil menambahkan kontak.
"Aku suka sama kamu,"
"Anjir lah," gumam Dirga, kemudian ia membalas.
"Masa abis putus suka sama cowok lain?" Balas Dirga.
"Oh kamu abis putus? :)" Balasnya sambil menggunakan emot.
"Tadi kan kamu yang cerita," balas Dirga.
"Btw save nomor aku ya," balasnya lagi.
"Udah di save kok," balas Dirga.
"Erik," balasnya.
"Erik siapa anjir?" gumamnya sambil mengingat-ingat.
.
.
.