Zaina

By Rifazhhh

977 129 134

Bagi Zaina, ia merasa telah melakukan hal yang sia sia. Begitu membara soal jatuh cinta. Membuat banyak waktu... More

Prolog
1. Pertemuan Pertama
3. Tentang Zeyhan
4. Teman Lama
5. Amanah
6. Kesibukan
7. Cyra
8. Menarik perhatian
9. Perasaan baru?
10. Permainan hati
11. Tarik ulur
12. Turnamen

2. Pertemuan Kedua

65 13 13
By Rifazhhh

"Senyumnya hanyalah kamuflase belaka. Senyum yang hanya mengisyaratkan luka. Dan senyum adalah kepalsuan Zaina"

-Zeyhan

🍁🍁🍁

Matahari telah menampakkan kilaunya. Tapi tak juga membangunkan lelaki berperawakan tinggi yang sekarang malah semakin merapatkan selimut pada tubuhnya.

Kebiasaan buruk Zeyhan yaitu ketika sudah melaksanakan Sholat Subuh ia akan tidur kembali dengan alasan 5 menit. Sampai bablas seperti ini.

"Bang bangun atuh udah siang ini teh nanti telat kesekolahnya" tepukan tangan Bi Ina pada bahu Zeyhan seperti tidak berefek apa apa. Posisinya Masih sama seperti yang Bi ina lihat sewaktu datang ke kamar Zeyhan.

"Duhh Bentar lagi ya Bi" jawabnya tanpa membuka mata.

"Ini udah jam setengah tujuh bang. Emang abang teh ngga kesekolah"

Ada pergerakan kali ini. Bi ina kira Zeyhan akan bangun tapi nyatanya Zeyhan malah membalikkan badan memunggunginya.

"Masih jam 7 kurang ini" gumam Zeyhan. Seolah baru terkumpul kesadarannya ia tiba tiba bangkit sampai membuat Bi Ina kaget karenanya. Dilihatnya jam yang menunjukan angka 7 kurang 20 menit.

"Bibi kok baru bangunin ak.. " Belum sempat Zeyhan menyelesaikan ucapannya tubuhnya sudah terjerembap jatuh kedepan. Terbelit dengan selimut yang menutupi tubuhnya.

"Duh hati hati atuh bang. Kan jadi tikusruk kitu." ucap Bi Ina dengan logat sunda khasnya. Tawa hampir saja lepas jika ia tidak menahannya.

Zeyhan bangkit menggaruk rambutnya yang tak gatal gengsi juga jatuh didepan Bi Ina dengan gaya yang tak elegan. Lalu melenggang masuk ke kamar mandi mengabaikan rasa malu yang muncul perlahan.

"Bibi udah siapin bekal buat abang. Udah bibi simpen di tas nya" teriak Bi ina sebelum menutup pintu kamar Zeyhan.

🍁🍁🍁

Zeyhan menuruni tangga dengan santainya. Berbeda dengan saat ia bangun. Aneh sekali. Kebanyakan orang saat tau dirinya terlambat pasti akan terburu buru dan tiba tiba bergerak cepat. Berbanding terbalik dengan Zeyhan.

"Bi.. Ara udah pergi sekolah kan" teriak Zeyhan sambil menarik kursi meja makan lalu mendudukinya. Susu yang berada tak jauh dari jangkauannya ia ambil lalu diteguknya hinga tandas.

"Udah bang tadi diantar sama Pak bon" Bi ina datang dari arah dapur.

"Bunda belum pulang?" Tubuhnya bangkit berjalan lambat menuju ruang tamu untuk mengambil kunci motor yang berada diatas nakas.

"Belum bang. Mungkin sebentar lagi"

"Heum.. Aku berangkat dulu. Assalamualaikum" ucap Zeyhan sambil menyalami tangan wanita paruh baya yang sudah Zeyhan anggap seperti bundanya sendiri.

"Waalaikumussalam. Hati-hati bang"

🍁🍁🍁

Motor sport hitamnya melaju cepat membelah jalanan yang kian ramai dan hangat. Waktu telah menuju ke angka 7 kurang 2 menit. Sekejap lagi ia benar benar terlambat.

Moodnya hilang seketika hanya karena membahas bundanya. Zeyhan faham tuntutan perkerjaan lah yang membuat bundanya melakukan itu. Tapi apakah pernah bundanya memikirkan dirinya dan Ara. Adik semata wayangnya. Ara masih sangat kecil untuk ditinggal pergi.

Tidakkah ada luangkan waktu sedikit hanya untuk mengobrol ria. Membahas tentang perkembangan sekolahnya. Atau kesulitan saat pembelajarannya. Yah mau bagaimana lagi hidup kadang tak sejalan dengan apa yang kita harapkan.

Terlalu nyaman dengan lamunan. Sampai tak sadar bahwa ia telah sampai didepan gerbang.

Terlihat seorang siswa dan siswi mengenakan almamater navy dengan garis marun di tepi jahitan. Ciri Almamater OSIS SMA Buana Pelita. Sebelum anggota OSIS itu menutup gerbang sepenuhnya Zeyhan menancapkan gas nya membuat dua anggota OSIS yang menjaga gerbang dan anak anak yang berlari menuju gerbang terkejut dan menahan kesal. Terdengar celetukan saling bersahutan.

"Punya mata dipake dong!"

"Baru motor aja dah belagu gimana punya Alphard, mau kayang lo!"

"Gila kali ya!"

"Ish untung ga jantungan gue!"

"Astagfirullah untung keren"

Bagas siswa anggota OSIS yang sedang piket menjaga gerbang hari ini. Berteriak dan meminta Zeyhan untuk berhenti. Sedangkan si Siswi anggota OSIS menutup gerbang lalu mendata anak anak yang terlambat hari ini di jurnal pelanggar.

"Lain kali kalo udah sampe di sekolah itu gausah gas kenceng. Ini sekolah bukan arena balap" Ucapannya tegas kentara sekali ada nada kesal disana.

"Jadi gini.. Eum nama lo siapa"

Tanpa melepas helm full facenya. Zeyhan melirik ke arah name tag anak OSIS didepannya.

"Kakak Bagas yang terhormat. Gue buru buru takut telat gada salahnya dong tancap gas"

Sengaja Zeyhan mengucapkan itu membuat sosok didepannya jengkel.

"Hari ini lo selamat. Di lain waktu ga akan gue biarin lo selamat dengan mudah! Zeyhan Ansa Afnan" Tekan bagas pada nama panjang Zeyhan.

Zeyhan mengeluarkan senyum smirk yang tak bagas lihat.

Derum motor Zeyhan kembali terdengar lalu hilang saat motor itu telah terparkir rapi dengan jajaran motor lainnya.

🍁🍁🍁

Setelah melewati selasar yang ramai, membalas sapa di sepanjang jalan dengan tangan melambai lambai Bak model di panggung catwalk. Bel masuk berbunyi nyaring memenuhi seisi sekolah. Membunuh kegaduhan hingga menyisakan keheningan.

Selain fakta tentang Zeyhan yang tengil dan Si kapten basket. Parasnya yang tampan dan kepribadian yang humble membuat ia mudah disukai oleh para kaum hawa, bahkan kata Playboy itu tersemat tak kasat mata. Namun akhir akhir ini sedang hot topik Si kapten basket dan Si dewi kecantikan sedang dekat kembali alias CLBK.

Ya, Cyra Adelina namanya. Rambut hitam legam dengan bagian Curly di ujung rambut, kulit putih bersih bak porselen, bola mata hitam bulat dengan mata sipit khas tionghoa, hidung mungil dan bibir kecil. Harap digaris bawahi Mantan Zeyhan 3 bulan yang lalu dan kini sedang dekat kembali.

Tibalah Zeyhan di kelas XI IPS 2. Menuju deretan kursi sebelah kanan dekat pintu pada baris kedua. Mendudukan diri di sebelah Andre yang tengah mengobrol dengan Satya dan Roy yang duduk di kursi belakang dirinya.

"Siang amat bro!" celetuk Roy yang pertama kali menyadari kehadirannya.

"Jam segini baru dateng. Dicatet ga?" Andre membalikkan badan menatap kearah Zeyhan.

"Ngga lah! Hampir doang" Jawab Zeyhan dengan kekehan.

"Jangan bilang lo udah tengil pagi pagi"

Satya ikut bersuara. Biasanya mendekati bel masuk itu penjagaannya lebih ketat jarang sekali bisa lolos tanpa meninggalkan nama di jurnal pelanggar.

Zeyhan menceritakan kejadian tadi. Andre bereaksi takjub dengan keahlian Zeyhan sedangkan Satya dan Roy menggelengkan kepala dengan aksi nekat Zeyhan.

"Gila emang ya lo. Kalau ada yang ketabrak gimana coba" ucap Roy

"Ngga lah gue juga mikir kali"

"Si Bagas anak IPA 1 bukan sih?" tanya Andre

"Gak tau gue"

"Trus reaksi si Bagas gimana tuh" Satya mencondongkan tubuh merapat kearah meja dengan raut penasaran.

Zeyhan tertawa sejenak. "Sumpah kalo kalian liat mukanya ngakak abis. Kesel sambil nahan marah gitu haha" Derai tawa menguar dari mulutnya.

Tawa itu terhenti saat Pak Sam Guru bahasa Indonesia masuk ke kelas dan mengucapkan salam.

"Assalamualaikum. Selamat pagi semuanya"

"Waalaikumussalam. Pagi pak" Jawab semuanya serentak.

"Silahkan KM pimpin do'a. Setelah itu kelompok yang presentasi hari ini segera disiapkan flashdisk dan laptopnya"

Mendengar kata flashdisk dari Pak Sam Zeyhan jadi teringat flashdisk yang jatuh kemarin.

'Untung Pak Sam ngingetin. Semoga hari ini ketemu deh sama yang punya' Batin Zeyhan.

🍁🍁🍁

Bel istirahat pertama berbunyi. Zeyhan segera merapikan buku dan alat tulisnya bersiap untuk mencari si pemilik Flashdisk. 'Clemira Zaina Syafiqah kelas XI MIPA 1' kalau ia tak salah ingat.

Zeyhan berdiri hendak melangkah keluar kelas sebelum suara Andre menghentikan langkahnya.

"Mau kemana lo?"

"Ada tugas negara bentar" jawabnya dengan kerlingan mata dan senyum tengil andalannya.

Andre mendesis. Sudah hapal ia gelagat sahabatnya jika tiba-tiba pergi dengan mimik wajah yang seperti itu tak salah lagi pasti menghampiri bucinnya, Cyra. Tak tahu saja perkiraan Andre salah.

"Dahlah sono. Gue sama yang lain ke kantin"

Zeyhan mengangguk. "Tar gue nyusul" teriaknya lalu menghilang dibalik pintu.

Langkah Zeyhan ringan. Sapaan pun kembali bersahutan diselasar yang ramai. Sampai tibalah ia dikelas yang menjadi tujuannya, XI MIPA 1.

Zeyhan melongok ke arah pintu yang terbuka. Mengamati keadaan kelas yang lengang hanya terlihat beberapa orang. Matanya menjelajah sembari mengingat wajah yang mirip dengan gadis kemarin.

Tepukan dari arah belakang membuatnya terkejut. "Astagfirullah!"

"Sorry. Lo cari siapa?"

Ucap gadis berambut sebahu bername tag Hilda. Dibelakangnya ada dua gadis yang membawa Plastik putih berisi snack dan air mineral dingin. Gelagatnya habis dari kantin.

"Clemira Zaina syafiqah" Ucapnya pelan sembari mengingat.

"Oh Zaina maksud lo?"

"Ha iya" 'kali' lanjutnya dalam hati.

"Setiap istirahat pertama dia jarang dikelas. Paling lagi sholat dhuha. Coba aja cari di Masjid" usul gadis itu.

"Oke. Thanks ya"

Sempat menjadi pertimbangan untuk menitipkan flashdisk itu ke gadis tadi. Namun kurang gentle menurutnya. Ah, memang modus Zeyhan saja.

Zeyhan melangkah cepat menuju masjid. Hanya terhitung jari ia menapakkan kaki dimasjid sewaktu istirahat pertama. Biasanya ia akan pergi ke kantin, menghabiskan waktu bermain basket di lapangan atau menghampiri bucinnya.

Bingung melanda Zeyhan. Antara kembali untuk menitipkan atau menunggu. Area sekitar masjid sepi. Mungkin karena sebagian besar penghuni sekolah lebih meramaikan kantin daripada Masjid. Sibuk memikirkan dunia daripada akhirat.

Berbagai jenis sepatu berjejer rapi sebelum undakan bertuliskan garis suci. Seakan tak mengizinkan rumah Allah kotor sedikitpun oleh berbagai jenis pijakan. Di pelataran masjid ada beberapa orang yang tengah memakai sepatu. Satu gadis berhijab dan gadis berambut panjang. Disisi lain dua lelaki yang Zeyhan yakini anggota rohis karena pin Masjid tersemat di dasi mereka.

Dua lelaki tadi berlalu. Tak tahan berdiam diri. Zeyhan menghampiri dua gadis yang tengah bercengkerama.

"Sorry gue mau tanya. Disini ada yang namanya Zaina?"

Dua gadis itu beradu pandang lalu menggeleng pelan. Gadis berhijab bersuara "Zaina anak XI Mipa 1 bukan?"

"Iya"

Telunjuk gadis itu mengarah ke dalam masjid tepat kearah saf akhwat. "Yang pake mukena putih lagi berdoa"

Setelah mengucapkan terimakasih dua gadis tadi berlalu. Tubuhnya menyender pada pilar masjid yang kokoh. Pandangannya menyapu pada saf akhwat dan ikhwan dengan tirai sebagai pembatas. Posisi masjid yang menghadap kearah barat dan Kaca masjid yang transparan membuatnya mudah memandangi dari posisinya berdiri.

Perhatiannya kini tertuju kearah gadis bermukena putih yang ditunjukkan itu Zaina. Entah dirinya salah lihat atau bagaimana. Bahu gadis itu berguncang. Pelan namun beraturan.

Teringat kata-kata yang ia buka semalam. Seolah membenarkan dugaan bahwa banyak yang gadis itu sembunyikan.

Setelah mengusap wajah dan bersujud. Jemari gadis itu merapikan mukena dan menyimpannya di lemari penyimpanan. Saat gadis itu bangkit Senyum tipis hadir disela matanya yang berkaca-kaca. Saat bercengkerama dengan gadis lain pun senyum manis tak hilang dari bibirnya.

Senyumnya hanyalah kamuflase belaka. Senyum yang hanya mengisyaratkan luka. Dan senyum adalah kepalsuan Zaina.

Zaina melangkah keluar menuju pelataran masjid. Sempat beradu tatap dengan Zeyhan sebelum Zaina mengalihkan pandangan. Zaina memakai sepatu dalam diam berusaha mengabaikan tatapan Zeyhan yang terasa mengulitinya hingga ke dalam.

Saat Zaina bangkit Zeyhan menghampirinya.
"Lo Zaina?" tanya Zeyhan tanpa basa basi.

"Iya" jawabnya dengan suara kecil dan pandangan yang mengarah kebawah.

"Ini punya lo bukan?" Tangannya mengulurkan flashdisk ungu bergantungan nama Zaina dari sakunya.

Zaina menengadah menatap kearah tangan Zeyhan dengan mata yang membulat.

"Iya Ini punyaku!. Alhamdulillah ngga jadi hilang" Suaranya terdengar lebih riang tanpa ia duga. Memunculkan kerutan didahinya dengan senyum tipis bersamaan.

"Gue nemuin di lapangan kemarin"

"Tuh kan bener pasti gara gara bola anak basket itu!" bibirnya mengerucut sebal.

Zeyhan menggaruk rambutnya yang tak gatal. "Eum sorry ya buat kejadian kemarin. Gue beneran ngga sengaja"

"Oh jadi kamu! Heum..Oke gapapa" Tatapannya sempat naik kearah wajah Zeyhan lalu turun lagi dalam hitungan detik.

"Di maafin kan?"

"Za maafin kok"

Senyum tipis terbit lagi dari bibir Zeyhan. "Thanks and sorry ya"

"Harusnya Za yang bilang makasi. Makasi banget ya udah nemuin dia. Karena dia satu satunya Za ngga punya lagi soalnya hee" kekeh Zaina.

Zeyhan terpaku. Gadis setinggi lehernya ini begitu ekspresif. Sampai Zeyhan bingung karena perubahan ekspresinya yang cepat. Gadis ini sulit ditebak.

Entah dorongan darimana tiba tiba saja tangannya terulur. "Oke. Kalo gitu kenalin nama gue Zey.." Belum sempat menyelesaikan ucapannya bel istirahat pertama berakhir terdengar.

Gelagat Zaina sedikit panik namun tak mengurungkan senyum manis dari bibirnya "Aduh udah masuk. Za ke kelas dulu ya. Makasi banyak udah nganterin ini" Tangannya mengibaskan flashdisk.

Zaina berlari kecil hingga punggungnya menghilang ditepian koridor. Mengabaikan tangan Zeyhan yang menggantung di udara meminta balasan.

Saat tersadar. Zeyhan mendesah. Harga dirinya dipermainkan.

"Sumpah ini gue dicuekin lagi nih! Kenapa kalo sama dia gue tiba tiba kek jadi orang bodoh sih!"

🍁🍁🍁

Alhamdulillah akhirnya up jg setelah menghilang beberapa bulan hee..

Selamat membaca kisah Zaina. Semoga Suka!!

Jangan lupa bersyukur hari ini.

With luv,

Risma Fauziah

Continue Reading

You'll Also Like

384K 21.3K 71
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
6.3M 267K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
678K 78.8K 10
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...
6.6M 217K 75
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...