Be a Good Family | BTS [End]

Par ayuusaa

207K 22.9K 8.8K

[ Family, Brothership, Comedy ] Blurb : Bagi beberapa orang, keluarga adalah mereka yang penuh dengan kasih s... Plus

About 'Be a Good Family?'
01. Pagi yang sial
02. Jimin barbar
03. Malam pun sial
04. Perhatian
05. Adek
06. Ditinggal sendiri
07. Jemput Pulang
08. Takut sama Monster
09. Profesi
10. Gara-gara Yeontan
11. Perseteruan si Kembar
12. Masalah
13. Keluarga yang baik?
14. Ketinggalan
15. Taehyung
16. Baikan?
17. Terkunci Lagi
18. Melanjutkan liburan yang tertunda
20. Jalan Maling
21. Siapa yang peduli?
22. Keluarga itu ... apa?
23. Saran seseorang
24. Belum memahami
25. Mulai mengerti
26. Sebuah cerita [End]

19. Liburan yang kacau

4.9K 779 279
Par ayuusaa

"Teruntuk Ibu Tiffany yang cantik bagai sinar rembulan, Bapak Siwon yang gak lebih ganteng dari saya, serta Sodara-Sodara sekalian. Saya minta maaf karena pergi gak kasih kabar. Tadinya kalo berangkat pagi saya masih bisa nganterin, tapi gegara saya harus beli makan dulu terus berangkatnya siang, tiba-tiba aja saya ada urusan mendadak. Ayam anak saya mau lahiran, gawat pak. Harus di bawa ke UGD karena anaknya kembar duabelas. Bulet semua lagi. Jadi ibunya harus diselamatkan, kasian udah ngelahirin duabelas telor pasti induk ayamnya lemah tak berdaya.

Ohiya, sebelumnya saya pengen kasih tau, kalo uang yang di kasih Nak Taehyung gak cukup buat beli makanan ini, soalnya saya perginya pake ongkos. Saya mana berani bawa mobil Tuan Besar, jadi pake uang saya dulu. Nanti kita ketemu lagi di rumah Tuan Besar ya, saya mau nagih utang. Mobilnya silakan dipake untuk sampai ke tujuan."

Taehyung tercengang melihat isi surat yang diberikan oleh Seokjin. Jadi, ini alasannya Tiffany membangunkannya beberapa menit yang lalu, juga jawaban dari firasat tak enak yang mendatanginya tadi pagi setelah melihat kepergian sang supir. Taehyung hanya bisa menunduk saat Tiffany menatapnya tajam.

"Ngapain coba pake suruh supirnya pergi dulu, kita kan mau berangkat pagi, Tae." Tiffany masih dengan omelannya.

Saat ini kesembilannya sudah siap. Namun naasnya, sang sopir malah hilang entah kemana meninggalkan sepucuk surat juga makanan yang telah dibelinya, menitipkannya pada pemilik penginapan.

"T-tapi tadi aku udah bangunin kalian, kaliannya aja yang kebo," jawab Taehyung jujur.

Siwon memijat kepalanya yang mendadak pening. "Kalo telat sih enggak masalah Tae, tapi yang jadi pikiran kita kali ini, jalan ke rumah Kakek kamu."

"Ish, Papa! Terus sekarang gimana, dong?! Kalo kita telat Mama jadi enggak tahu gimana keadaan Ayah!"

"Lah, Mama kok malah marah-marah ke Papa sih? Papa salah apa?"

"Dih, pake nanya lagi! Jelas Papa juga salah! Kenapa harus lupa jalannya?"

"Lupa kan manusiawi, Ma."

"Enggak mau tahu, pokoknya sekarang kita berangkat! Papa yang nyetir!"

"Tapi kan Papa gak inget jalannya, Mama mau kita nyasar?"

Ketujuh bersaudara jadi ikut kesal melihat adu mulut Siwon dan Tiffany. "Ma, Pa! Udah napa, kok jadi ribut?" lerai Namjoon.

"Yang mulai ribut siapa duluan? Papa kamu!" sewot Tiffany, lanjut debat kembali.

"Ck, kamu sih! Kalo kamu enggak suruh sopirnya pergi, pasti sopir itu masih bisa nyetir buat kita!" Kali ini giliran Hoseok yang mengomel, ikut kesal pada Taehyung.

"Hoseok jangan mulai," sahut Yoongi.

"Kak, Kak. Adek tahu cara biar bikin Papa sama Mama enggak banyak omong," ucap Jungkook sambil menarik-narik baju Seokjin. "Kasih aja permen milkita. Kayak yang ada di iklan itu."

Seokjin hanya tertawa garing, menyesal mendengarkan saran dari Jungkook. "Karepmu, lah!"

"Ck, sopir nggak bertanggung jawab! Bisa-bisanya ninggalin kita cuma gegara Ayam? Lagian Ayam bertelur, woy! Mana ada ayam ngelahirin!" kesal Jimin.

"Itu artinya Bapak itu penyayang binatang, Kak. Adek juga sayang binatang, kayak kelinci," sahut Jungkook.

Jimin menoleh pada Jungkook lantas bertanya, "Siapa?"

"Adek lah, si--"

"YANG NANYA!" sentak Jimin dengan mata melototnya membuat Jungkook kaget.

"Terus sekarang gimana, Pa? Adinda cuman khawatir sama Yang Mulia!" Tiffany benar-benar tidak bisa menahan rasa khawatirnya. Karena tak kunjung mendapat balasan dari sang suami, ia pun memberi ancaman. "Pokoknya jangan ngomong sama Adinda kalo Kakanda belum nyari cara buat kita pergi ke sana! Mama tunggu di mobil sekarang juga!"

"M-ma," Taehyung sempat menahan Tiffany yang hendak pergi. Akan tetapi, tidak seperti biasanya, Tiffany langsung menghempaskan tangan Taehyung dan berlalu dengan membawa barang-barangnya.

"Waw, Mama kayaknya marah banget nih," ujar Seokjin.

"Iyalah, orang Kakek itu Ayah Mama, coba kalo Papa yang mati, Mama bakal se-sensitif kayak gini nggak ya?" timpal Hoseok sedangkan Namjoon menjawab dengan mengedikkan bahu, mulai mengangkat barang bawaannya keluar menyusul Tiffany.

Kini hanya hening yang menyelimuti, sibuk dengan pemikiran masing-masing bagaimana caranya agar mereka sampai ke tujuan tanpa kebingungan mencari arah.

"Pa," panggil Taehyung. Siwon hanya menoleh tanpa menyahut. "Kalo gitu ... kita minta bantuan Om Donghae aja, gimana?" usul Taehyung sedikit gugup. Pasalnya ia takut sekarang, merasa bersalah karena ia yang menjadi penyebab masalah ini.

Yoongi mengangguk. "Coba dulu usulan Taehyung, Pa. Yoongi enggak mau ya kalian nyalahin Taehyung."

"Siapa yang nyalahin, Yoon?" tanya Siwon tak terima.

"Siapa tahu? Tapi udah keliatan kok dari raut muka juga. Asem banget," ucap Yoongi.

"Kak," ucap Taehyung pada Yoongi dengan memberi tatapan memohon seolah tidak ingin membuat suasana memanas kembali.

"Mana hape Papa? Biar aku yang telepon Om Donghae. Papa apelin Mama dulu gih," saran Jimin.

Menuruti usulan putra tampannya, Siwon pun ikut berlalu. Jimin sendiri langsung menghubungi Donghae sesegera mungkin. "Ck, sinyal di sini kok jelek amat sih?"

"Ya iyalah. Kita udah lumayan jauh dari wilayah kota. Kalo mau bagus, Papa harus beli kartu wilayah sini dulu," ucap Hoseok.

"Tapi bukannya Papa udah beli tadi?"

"Itu artinya emang jaringannya lagi jelek."

Cukup lama menunggu, akhirnya ponsel Siwon terkunjungi notifikasi, menunjukkan siapa yang mengirimkan pesan pada Siwon. "Loh, Om Donghae?"

Sodaraquhh Dunghae yoi Brou Hitman kakek Bang terzintahh!
Bang Siwon, masih di mana? Di jalan?
Nih, gue shareloc, kali aja nyasar

Jl. Tinggal Kenangan No.69
Jl. Tinggal Kenangan No.69, Kec. Rudet, Kabupaten Leuwi, Aceh 564445

https://maps.app.goo.gl/Eccekwj8pp5viy6o765

Jimin, Seokjin, dan juga Yoongi saling tatap menatap.

"Wuih pas banget ini. Yowes lah, kita berangkat kuy," ajak Jimin lalu segera menyusul Siwon. Begitu pun yang lainnya, sedangkan Taehyung masih diam di tempat.

Tahu adiknya memikirkan kesalahannya, Yoongi pun lekas menenangkan. "Jangan ngelamun. Yang barusan enggak usah dipikirin."

"Enggak bisa lah kalo nggak dipikirin," jawab Taehyung sembari melepas tangan Yoongi membuat sang empu sedikit terkejut. "Aku bakalan kecewa banget kalo mereka balik lagi kayak sebelum-sebelumnya. Buktinya baru aja mereka baik, tapi sekarang seakan nyudutin aku. Padahal kalo dipikir-pikir aku enggak sepenuhnya salah, kan? Gitu aja terus sampe mati!"

Yoongi menatap tajam Taehyung. "Shut! Yang ngajarin kamu bilang gitu siapa, hah?!"

Entah kenapa Yoongi jadi sensitif mendengar perkataan Taehyung. Biasanya Taehyung hanya memendam apa yang dirasakannya, tak akan berbicara seperti ini--langsung mengungkapkan perasaannya secara blak-blakan.

Taehyung balas menatap Yoongi kali ini. "Perasaan aku enggak enak. Kita nggak tahu ke depannya bakalan ada apa, kan? Aku cuma ngerasa ... enggak tenang. Kak Yoon bilang kalo aku ngerasa ada yang perlu diungkapin langsung cerita, kan? Ini lagi aku lakuin."

Setelah itu Taehyung menunduk. Yoongi menghela napas. Rupanya ia memang salah. "Maaf."

Taehyung menggeleng. "Nggak. Bukan Kak Yoon yang salah, tapi aku. Maaf karena udah bikin masalah. Kak Yoon mau bantu aku bilang maaf ke Mama sama yang lain?" pinta Taehyung.

Dengan perlahan, Yoongi mengangguk mengiyakan permintaan Taehyung.

__________

"Belok kanan ke arah Rumah Makan Nasi Padang."

Siwon mengernyit heran begitu pun yang lainnya kala mendengar suara mbak gugel yang memerintahkannya ke arah kanan. "Ngaco. Kok ada Nasi Padang di Aceh, sih?" gumam Namjoon.

"Enggak ngaco, Nasi Padang udah terkenal. Kali aja emang ada yang jualan di sini," timpal Siwon.

"Iya bener, yang ngaco itu Papa!" bentak Tiffany.

Siwon yang sedang menyetir mengelus dada seketika. Istrinya masih saja galak sejak pagi, belum berubah.

"Yang dibilang Namjoon itu bener, Pa. Masalahnya bukan ada di Nasi Padang, tapi tempat ngejualnya. Ini udah masuk ke wilayah kabupaten loh, Pa! Noh liat banyak gunung, di pinggir banyak pohon-pohon. Kita cuman nemu beberapa rumah tadi. Masa iya ada warung Nasi Padang di sini?"

"Kayaknya yang ngaco itu google mapsnya deh Ma, Pa. Katanya bakal ada Rumah Makan Nasi Padang, tapi ini titik tempatnya aja udah kelewat. Kalian lihat, di depan jalanan aja enggak ada rumah atau apa pun," ucap Taehyung sembari melihat ponselnya.

Hening. Tidak seorang pun yang menyahut, sukses membuat Taehyung menunduk seketika. Ia tak lagi memandang ponselnya, beralih menatap hamparan sawah yang luas.

Tadi ia sempat meminta maaf pada Tiffany, tapi tidak ada jawaban berarti. Taehyung hanya bisa mengerti, bahwa Tiffany saat ini sedang dilanda keresahan. Akan tidak baik jika ia ikut marah juga. Yang jadi masalah adalah, kenapa semuanya ikut mendiamkannya seperti ini?

Tidak terasa, sudah setengah perjalanan yang mereka lalui. Kira-kira sekitar tiga jam lagi kemungkinan mereka akan sampai. "Berapa jam lagi kita sampe? Adek laper," ujar Jungkook mengusap perutnya yang gembul.

"Adek mau makan roti dulu? Kak Tae punya nih." Taehyung mengambil tasnya dan mengambil sebungkus roti, memberikannya pada si bungsu.

"Makasih Kak Tae, sayang Kak Tae banyak-banyak," ucap Jungkook langsung memakan rotinya dengan lahap membuat Taehyung ikut senang.

"Jalannya belok-belok ini. Tae, liatin terus maps nya," titah Siwon.

"Siap, Pa. Nanti kalo belok pasti mbak gugelnya bersuara kok," jawab Taehyung, senang Siwon sudah mulai bicara padanya.

"Belok kiri ke arah jalan Reyot Nini Gending, lalu belok kanan ke arah jalan tinggal kenangan 69."

"Loh, jalan tinggal kenangan? Itu kan yang di share sama Om Donghae, berarti udah mau sampe dong?" tanya Jimin.

Taehyung melihat layar ponselnya lantas mengernyit heran. "Iya bener, tapi ...."

"Kenapa?" tanya Namjoon.

"Bukannya rumah kakek ada di Lampahan, ya? Kenapa Tae baru nyadar kalo Om Donghae malah bikin tempat tujuannya di Jalan Tinggal Kenangan? Lampahan masih jauh dari sini, adanya di Kabupaten Salah Meriah," jelas Taehyung.

"Enggak usah bohong, Tae. Mama enggak suka," ujar Tiffany.

"Udah-udah, mungkin rumahnya emang pindah ke sana," ucap Namjoon.

Tiba-tiba saja terdengar suara adzan berkumandang menandakan waktu dzuhur telah tiba.

"Kebetulan 2 km lagi ada masjid, Pa. Nepi dulu yuk, kita solat dulu terus doa biar selamat sampe tujuan," saran Taehyung.

"Iya Tae," jawab Siwon.

Baiklah, Taehyung tak perlu khawatir soal Siwon kali ini, begitu pun saudaranya yang lain. Tapi Tiffany? Ah, ia masih gundah.

Beberapa menit kemudian, mereka sampai di tujuan. "Mana masjid? Enggak ada!" sentak Tiffany.

"Ada Ma, lihat papan petunjuk di depan. Harus jalan dulu beberapa meter," sahut Seokjin.

"Adek nggak mau ah, takut! Kenapa harus masuk ke dalem hutan? Adek mau di sini aja! Jagain mobil," ucap Jungkook.

"Gimana kalo gantian aja? Solat enggak akan lama kok," ucap Taehyung.

"Yaudah sono, kamu duluan, Tae," titah Hoseok.

Taehyung mengangguk lalu segera turun dari mobil diikuti Siwon.

"Lah, masa cuman berdua?" tanya Siwon.

"Kenapa? Papa takut?" tanya Namjoon.

"Nggak, sih. Adek, ayo ikut Papa," ajak Siwon.

"Enggak mau!"

"Adek dosa lo ya kalo nggak solat! Kalo nggak ikut Papa nanti Kak Yoon rusakin loh iron mannya," ucap Seokjin.

"Rusakin aja! Lagian kalo dipikir-pikir, maen sama bepe Dora lebih seru! Makan tuh aironmen!"

"Adek!"

Mendengar suara Yoongi, alhasil Jungkook menciut dan pasrah. Tiffany juga ikut setelah Siwon mengajaknya. Alhasil, hanya empat orang yang pergi ke masjid. Sedangkan yang lainnya akan pergi setelah Siwon pulang kembali.

Siwon, Taehyung, dan Jungkook sampai di masjid yang kecil. Tiffany segera pergi ke tempat yang dikhususkan untuk wanita. Beberapa menit kemudian, mereka sudah selesai dengan ibadahnya.

"Serem banget, sih. Kayaknya jarang ada yang ke sini, deh," gumam Taehyung sembari berjalan keluar masjid. Menoleh ke samping, Taehyung mendapati Tiffany yang terlihat mencari sesuatu.

"Ma, cari apa?" tanya Siwon, tetapi tidak ada sahutan. "Ma," panggil Siwon sekali lagi.

"SENDAL!"

"Mama jangan ngegas mulu!" ucap Jungkook.

"Sendal Mama ilang?" tanya Taehyung.

"Nggak. Diambil sama Batman tadi! Ya jelas-jelas ilang! Gimana sih?!" sentak Tiffany.

"Yaudah, sendal doang. Sini, Papa gendong," ajak Siwon.

"Enggak!"

"Ma ...."

"Mama bilang enggak ya enggak! Mama masih kesel sama Papa!"

Taehyung menghela napas saat kedua orang tuanya kembali bersikap kekanakan. Siwon sendiri cemberut dan ikut menjawab dengan ketus. "Yaudah terserah Mama! Papa mau duluan sama Adek. Ayo, Dek!"

Siwon menyeret Jungkook untuk pergi terlebih dahulu, meninggalkan Taehyung yang mulai menawari. "Ma, sini Tae gendong aja."

"Enggak. Lebih enak pake sendal!"

"Papa udah pergi, Ma. Nanti kalo kita ketinggalan gimana?"

"Enggak bakal! Kakanda itu nggak bakal ninggalin Adinda!"

"Buktinya?"

Tiffany berhenti mencari, lantas cemberut seketika. Tanpa berpikir panjang, Taehyung langsung mendekati Tiffany, tanpa meminta persetujuan langsung menggendongnya dan berjalan menyusul Siwon.

"Ish! Taehyung! Turunin Mama!"

"Aku turunin, tapi Mama pake sendal aku. Biar kaki mama enggak sakit gara-gara enggak pake sendal."

Tiffany melihat tanah yang dipijaknya. Ralat, jalan batu yang dipijaknya tadi. Tak ada pilihan lain, Tiffany juga tak bisa membiarkan Taehyung berjalan tanpa sendal. Bisa-bisa kakinya lecet.

"Ma, maafin aku ya? Gara-gara aku sopirnya jadi enggak bisa nganterin." Lagi, Taehyung masih berusaha untuk mendapatkan maaf. "Mama mau, kan, maafin aku?"

Yang dipinta alias Tiffany jadi kasihan melihat Taehyung yang terus-terusan memohon. Padahal Taehyung memang tak sepenuhnya salah. Lagipula Tiffany juga tidak benar-benar marah, ia hanya sedang kesal pada situasi yang tidak mendukung.

"Papa bilang sendal mama ilang, iya gitu?" tanya Hoseok yang baru akan menjalani ibadah.

"Kalo enggak ilang, mana mungkin Mama digendong Taehyung sekarang," jawab Tiffany, lalu turun dari gendongan Taehyung dan memasuki mobil.

"Sendal Kak Hobi mana?" tanya Taehyung, mendapati kaki telanjang Hoseok.

"Ditinggal di mobil. Takut ilang. Kan bahaya kalo sendal yang harganya jutaan itu ilang gitu aja."

Taehyung menoleh ke belakang, melihat jalan setapak yang baru ia lewati bersama yang lain. "Pake sendal Tae aja, di sana jalannya nggak mulus. Takutnya ada apa-apa, nggak ada penolakan ya, Kak," pinta Taehyung lalu segera melrpas sandalnya dan mengambil langkah untuk pergi.

Hoseok sendiri sempat melirik ke arah jalan yang ada di depannya. Sudah dipastikan kakinya akan sakit kalau tidak memakai sendal. "Kenapa gue baru nyadar kalo Taehyung itu perhatian banget, ya?" batin Hoseok.

Sementara itu, Taehyung tidak langsung memasuki mobil. Ia berdiam diri di luar menikmati pemandangan berupa gunung-gunung yang tentunya tak bisa ia lihat di Jakarta.

"Kak! Shuuut, Kak Tae ... main yuk."

Taehyung menoleh saat Jungkook menggoyangkan lengannya. "Jangan aneh-aneh Dek," ucap Taehyung. "Kita lagi di tempat orang."

"Yah, Kak Tae enggak seru! Yaudah Adek main sendiri aja."

Jungkook melangkah pergi membuat Taehyung membulatkan matanya. "Dek, jangan!"

Taehyung mengusap wajahnya kasar lalu segera meminta izin terlebih dahulu pada Siwon dan Tiffany yang tengah berada di dalam mobil, masih saling diam satu ama lain.

"Ma, Pa, Tae nemenin Adek dulu ya? Katanya mau maen, enggak bakal lama kok." Tidak ada jawaban berarti baik dari Siwon maupun Tiffany, sedikit membantu Taehyung kesal. " Ma, Pa!"

Taehyung bergiliran menatap Jungkook yang mulai berjalan belok ke arah kanan, menyusuri jalan yang belum di aspal. "Ma, Pa!"

"Enggak boleh jauh-jauh. Kamu jagain Adek kamu, Tae," jawab Siwon dengan nada dinginnya.

Tak ada waktu, Taehyung segera saja menyusul Jungkook untuk mengikutinya. "Adek! Jangan jauh-jauh!" teriaknya, berhasil mensejajarkan langkahnya dengan si bungsu.

"Enggak jauh, Kak. Tuh, ada kolam di sana, liat yuk, kali aja ada ikannya."

Jungkook berlari mendahului Taehyung dan segera berjongkok di pinggiran kolam yang kedalamannya tidak diketahui. Taehyung terus memperhatikannya, takut Jungkook melakukan yang tidak-tidak. Beberapa menit terlewati, Taehyung segera melirik arlojinya. Saudaranya yang lain pasti sudah pulang kembali dari masjid.

"Dek, udahan yuk. Kita balik lagi ke mobil, yang lain udah nunggu," ajak Taehyung.

"Bentar Kak Tae, Adek punya roti sisa tadi. Mau dikasih dulu ke ikannya."

Taehyung menghela napas lalu mengangguk. "Yaudah, cepetan ya!"

Taehyung berbalik dan mengecek ponsel Siwon yang ada padanya. Jaringannya mulai jelek di sana, petunjuk arahnya juga jadi sedikit tak jelas.

"KAK TAE!"

Taehyung terkejut mendengar teriakan si bungsu, lalu membalikkan tubuh. Seketika ia menegang melihat Jungkook yang jatuh tercebur kolam.

"Adek!"

__________

Hoseok selesai dengan acara selfie dengan background gunung yang indah. "Sip, pulang-pulang nanti bakal di posting, ah," ujarnya.

Yoongi selesai memakai sepatunya kembali, lalu melihat Tiffany yang menyumpal telinganya memakai earphone sedangkan Siwon hendak keluar. "Pa, Taehyung sama Jungkook mana?"

"Katanya maen bentar tadi," jawab Siwon santai.

Yoongi mengernyitkan dahinya pelan, melihat ke sekeliling mereka lalu terkekeh pelan. "Papa bercanda? Papa ngizinin mereka main di daerah yang enggak kita kenal?" tanya Yoongi. Kali ini dia berekspresi, tak seperti biasanya yang selalu menampilkan raut wajah datar.

"Ya emang kenapa?" tanya Siwon.

Namjoon yang ikut mendengarnya ikut bergabung. "Kok malah nanya kenapa, Pa? Enggak salah Kak Yoon bilang Papa bercanda. Coba liat sekeliling Papa deh, ada enggak dua bocah itu?" tanya Namjoon yang juga ikut khawatir.

Siwon yang sedang badmood pun lantas mulai menyadarinya. "Loh mereka bilang enggak bakalan jauh-jauh."

Yoongi mendengkus pelan. Ia jadi khawatir sekarang, mengingat di antara kedua adiknya yang pergi, sudah pasti ada yang nekat. Siapa lagi jika bukan Jungkook?

"Pa! Adek Pa!" teriak Hoseok tiba-tiba mendatangi Siwon, membuat atensi orang yang di sana teralihkan. Hoseok lalu menunjuk ke arah dimana Taehyung baru saja datang dari arah tempat ia dan Jungkook pergi tadi.

Jungkook berada dalam gendongan Taehyung dalam keadaan basah kuyup, sama halnya dengan Taehyung.

"Adek! Taehyung!? Kalian kenapa?" tanya Tiffany yang keluar setelah mendengar Hoseok berteriak.

Taehyug menurunkan Jungkook dan segera dihujami omelan Tiffany. "Yaampun! Kenapa kalian basah gini, sih?"

Tiffany kembali ke dalam mobil dan mengambil apa pun yang bisa membuat dingin yang dirasakan putranya berkurang. Taehyung masih terengah-engah karena berlari lumayan cepat dengan membawa beban. Taehyung sadar bahwa kini keluarganya memberi tatapan bertanya-tanya.

"Habis dari mana, Tae?" tanya Seokjin.

"Kalian maen ke mana?" tanya Siwon.

Taehyung yang tidak siap dijejali pertanyaan jadi sedikit gugup. "M-maen ke sana, Pa. Aku juga enggak tahu itu di mana. Kebetulan di sana ada kolam, Adek pengen liat ikan tapi ... tiba-tiba aja Adek kecebur, enggak tahu kenapa."

"Kamu harusnya jagain sama awasin Adek Tae! Udah tau Adek kamu itu nakal minta ampun. Mama bilang apa tadi? Jangan jauh-jauh!" kesal Tiffany.

Siwon menghela napas melihat Taehyung yang menunduk. "Udah, Ma. Sekarang biarin Taehyung sama Adek ganti baju dulu. Nanti kalo mereka sakit gimana? Dah ini kita jalan lagi, ya? Taehyung, handphone Papa ...."

Siwon memelankan suaranya saat menyebut kata 'handpone'. Taehyung sendiri langsung membulatkan matanya dan menegang seketika. Tangannya meraba saku celananya yang sudah basah. Dengan perlahan, ia mengeluarkan handphone Siwon yang sudah basah pula.

Mereka yang melihat itu tercekat, sadar bahwa apa yang mereka lihat bukan pertanda baik. Taehyung mencoba menghidupkan ponsel Siwon namun nihil. Handpone Siwon akhirnya mati-- meninggalkan sang pemilik--tak mau bangun lagi.

"P-pa," panggil Taehyung gugup.

Tiffany yang melihatnya sudah tercengang. "Enggak, enggak mungkin! Kalo handphone Papa mati gimana sama alamatnya?!" tanya Tiffany dengan nada tinggi.

Yang lain juga menjadi cemas. Tiffany merebut handphone Siwon dari Taehyung lalu mulai berusaha sekuat mungkin untuk menghidupkan kembali ponsel Siwon. Sayangnya, ponsel Siwon memang sudah koid sepenuhnya, tidak bisa menyala lagi.

PRAK!

Tanpa pikir panjang Tiffany membanting ponsel Siwon dengan tak berperasaan. Ketujuh bersaudara langsung tak berkutik.

"Udah ini kita nyasar mampus!" gumam Jimin.

"Kalo gini caranya kita enggak bakalan nyampe-nyampe!" bentak Tiffany lalu menatap Siwon. "Ini semua salah Papa!"

Siwon memicingkan matanya sembari berkacak pinggang. "Salah apalagi? Terus aja salahin Papa! Mama ini kenapa, sih?"

"Ya iyalah, siapa tadi yang malah dengan seenaknya ngizinin mereka maen, hah?! Mama tanya siapa?!"

Siwon mencoba untuk sabar. "Terus kenapa tadi Mama enggak bilang apa-apa, hah?! Kenapa Mama juga biasa aja waktu Papa kasih izin?"

"Ya kan udah keduluan sama Papa!"

"Terus ini jadi sepenuhnya salah Papa, gitu?!"

"IYA! SALAH PAPA! Salah Taehyung juga! Kenapa enggak larang Adek buat tetep diem di sini!"

Taehyung langsung menatap Tiffany yang menyebut namanya.

"Ini sih bukan liburan namanya, tapi nyari masalah!" Namjoon berkomentar dengan nada ketus.

"Coba selesain sama kepala dingin!" ucap Yoongi.

"Cuacanya panas gini mana bisa dingin, Yoon!" sahut Seokjin.

"Enggak usah bercanda, Kak," timpal Yoongi.

"Gimana nggak bercanda, orang keluarga ini enggak bener! Bapaknya aja suka ngajarin yang aneh-aneh!" Tiffany ikut-ikutan.

Siwon yang merasa tersindir pun berkata, "Ngaca dong, mana ada bidadari rumah marah-marah kayak gini dan nggak bisa selesain masalah dengan kepala dingin, pake banting handphone si tampan yang harganya selangit lagi!"

"Karena Mama udah capek tahu, nggak! Semuanya berawal dari masalah sopir!"

Bentakan Tiffany menjadi akhir dari perdebatan itu. Satu-satunya wanita yang hadir di sana pun langsung masuk ke dalam mobil. Siwon memunguti remahan-remahan ponselnya yang sudah tak berbentuk akibat tenaga Tiffany yang meluap.

"Sip, semuanya kacau. Enggak jadi live instagram deh. Tadinya mau pamer keluarga mamas husuk udah baik, tapi ... ternyata salah. Yang ada malah makin hancur," ucap Hoseok lalu pergi.

Satu persatu mulai kembali memasuki mobil, hingga tersisa Yoongi. Taehyung kira Yoongi akan mengatakan sesuatu, tetapi kali ini Yoongi pun ikut pergi memasuki mobil, tak mengajak Taehyung.

Taehyung kini terdiam.

Matanya hanya mengamati air yang menetes dari rambutnya yang basah. Meskipun begitu, pikirannya berkecamuk. Mungkinkah ia benar-benar pembuat masalah kali ini?

[Bersambung]

[A/N]

Dari sini tuh udah mulai serius, seharusnya.
Tapi aku mutusin buat adain nyeleneh-nyelenehnya dikit. Biar enggak tegang-tegang amat, wkwk

***


Publikasi : 28 Juli 2020
Revisi : 30 November 2022

©ayuusaa
-BE A GOOD FAMILY ?-

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

99K 8.2K 31
Hanya bercerita tentang Taehyung yang menjadi bungsu dan semua masalah yang ia lalui semenjak menjadi Idol. Start : 26 Maret 2021 End. : 13 Oktober...
28.8K 2.2K 58
Apapun yang terjadi dalam hidup.. Tersenyum dan bersyukur lah sebanyak-banyaknya... Kim Seokjin mungkin selalu merasa rendah diri dengan hidupnya di...
3K 391 19
[Tanpa Jeda] Tahu tidak? Jimin rindu, sangat rindu sampai jiwanya lepas entah kemana. Bukankah Taehyung harus bertanggungjawab? Karenanya Jimin bena...
74.7K 8.3K 21
I'm the lost soul Filled with regret Where joy use to live Regret for decisions made And opportunities missed For the pain I caused and The pain I f...