KALE [END]

By SiskaWdr10

49.1K 3.1K 365

[Series stories F.1 familly] ⚠️Bisa dibaca terpisah⚠️ Tamat☑️ [Start: 19:07:20] [Finish: 26:11:20] Luka ter... More

01.Tersayang
02.Lingkungan Kale
03.Stempel pemilik
04.Kejadian silam
05.Si datar candu
06.Dua hama
07.Karangan Salsabila
08.The power of love
09.Kale keliru
11.Bule peduli
12.Gugur
13.Pelukan hangat
14.Bundadari
15.Ancaman
16.Psycho
17.Sebuah rasa
18.Tersangka
19.Celah keuntungan
20.Duri manis
21.Momen
22.Cinta ke benci
23.Bekas luka
24.fired
25.Puncak masalah
26.Kacung
27.Tupperware
28.Wanke
29.Sekolah robot
30.Tumbuh
31.Pecah
32.Macan tidur
33.Bertahan
34.Sampah
35.first kiss
36.Air dan minyak
37.Jealous
38.Mabuk
39.Alasan
40.Over posesif
41.Marah besar
42.Badut
43.Omes
44.Hampa
45.Mainan
46.Roti dan susu
47.Jawaban
48.New thing
49.No LGBT
50.Story night
51.Program Gapara
52.Labil
53.Tugas
54.Taktik
55.Bertingkah again
56.Perangkap
57.Kesibukan
58.Permintaan
59.Tidak baik
60.Menjauh
61.Kado
62.Lolipop
63.Terbongkar
64.Double kill
65.Berakhir
66.Terbiasa sepi
67.Selamat lulus
68.About Tapasya
69.Kebenaran
70.Pada akhirnya
71.Milik ku [END]
hiii

10.Putri hujan

616 50 21
By SiskaWdr10

Di tengah jalan menuju warung mang Dadung ia bertemu dengan mobil Salsabila, pemiliknya tengah dipaksa ikut oleh seseorang, tanpa pikir panjang Kale langsung turun, Salsabila butuh bantuan.

"Lo jangan ikut campur!" sentak laki-laki yang mencekal tangan Salsabila dengan kuat hingga memerah.

Kale tetap menarik, kali ini si laki-laki meninju sebagai peringatan keras. Kale yang sudah tersulut emosi balas memukul. Terjadi perkelahian sengit. Salsabila coba memisahkan.

Bengis Kale memberikan pukulan tanpa henti, demi apapun menyeramkan sekali amarahnya.

Irgi mengatur nafas. "Dia yang bikin lo mutusin gue?" tanya Irgi sambil mengusap darah di hidung.

"Karna lo yang kasar!" balas Salsabila meninggi. Irgi hampir menampar Salsabila jika tidak ditahan oleh Kale yang memeting tangan laki-laki bedebah itu.

Irgi meringis jeri, memohon ampun minta di lepas. "Jangan gangguin Salsabila lagi," peringat Kale dingin. Irgi yang ketakutan manggut-manggut, memilih pergi.

"Kale?" Anya juga telat datang ke warung mang Dadung karena ada tugas tambahan, tidak sengaja bertemu mereka di jalan. "Mang, kiri!"

"Lo nggak papa?" Kale bertanya dengan tatapan khawatir, hanya sebagai TEMAN.

Melihat Anya yang berjalan ke arah mereka Salsabila dengan watadosnya memeluk Kale, mengucapkan terima kasih.

"KALEEEE!" teriak Anya. Pelukan sepihak itu terlepas, wajah datar Kale menatap Anya. Tersenyum.

Bukan balas tersenyum Anya malah cemberut sambil menarik tas Kale hingga pemiliknya berjalan mundur. Salsabila tercengang, apa sekenak-kanak itu tingkah Anya jika cemburu?

Kale pasrah ditarik bagai anak ayam oleh pujaan hatinya. Ia diam-diam tersenyum geli, sadar jika Anya dilanda cemburu.

"Masa tiga hari si, nya? nggak," tolak Kale.

"YA---GA MAU TAU," balas Anya saat keduanya sudah duduk di warung mang dadung.

"Dua hari?"

"Gak."

"Satu?"

"Gak."

"Setengah hari?"

"GAK IH?!! udah pokonya kita tiga hari nggak ketemu, sebutin kesalahan Kale," perintah Anya memaksa.

Kale sebenarnya ingin tertawa, ia urung. "Oke, satu aku salah kasih album foto, dua pelukan sama Salsabila tiga kamu cemburu."

"Dih? nggak tuh," sinis Anya menjawab.

"Iya nggak," kata Kale tersenyum menggoda.

"ENGGAK, JANGAN PEDE DEH!"

"Artinya kalau besok aku peluk Salsabila boleh?" gurau Kale.

Anya melotot. "Ulang sekali lagi."

Kale menggeleng. "Besok ah."

"Apa yang besok?" Anya kesal sekali pada Kale yang santai menyendok es doger.

"Peluk---"

"Oke, sekalian setaun kita nggak usah ketemu," sela Anya judes. Kale tertawa.

🐟🐟🐟

"Jawa kasmaran kan? siapa ceweknya?" Epot bertanya penasaran. Malam ini mereka bertiga tengah nongkrong diangkringan tanpa Jawa yang katanya ada urusan.

"Yang penting jangan si najwa-najwa itu, gak demen gue," ucap Bule. Ia kembali menghidupkan rokok ke tiganya.

"Yang penting cewek," sahut Kale. Dia paling benar.

"Iya lah, bahaya banget asli kalau demen cowok?" setuju Epot.

Harapan bule harus patah sebab gadis yang membuat Jawa kasmaran lagi-lagi Najwa.

Jawa yang membawa buket bunga tersenyum manis pada Najwa, obat sekaligus penyakit hatinya.

"Makasih udah sempetin dateng, za," kata Najwa bersuara serak.

"Gue nggak nyempetin emang niat banget," balas Jawa jujur. Najwa terkekeh mendengarnya, mengambil bunga yang Jawa simpan di nakas.

"Besok gue bawa lagi kesini, mau?" tawar Jawa. Omong-omong di ruang VIP ini hanya ada mereka berdua, kerabat Najwa tengah bercakap dengan dokter.

"Boleh?"

"Buat Putri hujan sama kebonnya juga gue kasih," candanya. Najwa yang berwajah pucat tersenyum sendu.

Sebutan Putri hujan dari Jawa karena Najwa selalu membuat hatinya sejuk bagai terkena hujan, begitu kira-kira. Betul sejuk tapi sesudahnya pasti sakit.

"Besok Areksa ngajak main bola bareng di taman rumah sakit ini, bisa za kesini lagi?"

"Bisa lah, besok pagi gue kesini. Cepet sembuh ya?" pinta Jawa lembut.

Semenyakitkan apapun Najwa tetaplah dia pemenang hati Jawa.

🐟🐟🐟

Baru jam 9 Bule sudah buru-buru pulang, tidak biasanya. "Ada urusan, gue cabut dulu."

"Dih sok sibuk?" heran Epot pada Bule yang sudah tancap gas.

Memang sibuk, Bule ada tugas menjemput nenek dari tempat pengajian, malam ini katanya ada syukuran di rumah Anisah.

Sebelum pulang entah ide dari mana ia bantu merapikan, mengangkat barang-barang berat. Anisah yang melihat tersenyum tipis, apes ia terciduk oleh bule tengah memperhatikan. Alhasil Anisah menunduk salah tingkah sendiri, Bule terkekeh kecil menyadarinya.

"Nenek suka lupa caranya nelpon, faktor umur. Saya boleh minta nomer kamu buat gampang nanya-nanya acaranya udah selesai atau belum?" Bule meminta sopan. Anisah mengangguk dan mudah memberikan, ia amat yakin Bule tidak ada niat lain.

🐟🐟🐟

"Ayah kalau bunda ngambek diapain?" Kale bertanya sambil main catur dengan ayahnya.

Febrianto bergumam. "Dilucuin, nanti ketawa. Bunda mu dari dulu gampang ketawa. Benteng marahnya payah."

Percuma saja, Kale bukan Febrianto yang suka lelucon. Ia jadi bingung sendiri. "Kamu ada masalah, zil?"

"Cuma salah paham, tapi jadi manjang."

"Makin panjang kalau nggak di selesain, Zil. Inti salah pahamnya perempuan cuma takut kita pergi, dia takut kehilangan kita, nah makannya kalau dia marah kita jangan pernah balas marah, itu bentuk takut kehilangan paling mendasar," nasihat ayah bersuara berat.

Tangan Kale menjalankan kuda di catur, mengangguk paham. Febrianto sering sekali bercanda tapi ada masanya ia juga bisa serius.

Itu Sabtu pagi di rumah Kale beda dengan Epot dan Bule yang tengah eskul basket. Mereka duduk di tepi lapangan.

"Jawa bolos eskul? enak bener," cibir Bule tidak terima. Ia juga malas harus eskul, tapi dari awal masuk ia tidak pernah sekalipun latihan dan itu sudah di tegur oleh pembinanya langsung.

"Tau, siapa si itu dah yang bikin aturan wajib eskul kalau nggak kagak lulus? mau gue kelipak aja," imbuh Epot, menguap karna kantuk.

"Kepsek, sonoh kelipak. Gue rekam sekalian," kata Bule. Epot langsung berdiri.

"Bercanda anjir, ayo ah. Noh si Rangga udah teriak-teriak," ajak Epot.

"Duluan," titah Bule.

"Ayo, bareng kenapa sih le? gue udah mandi, nggak bau," ucapnya tahu jika Bule akan mengatakan elakan itu.

Sampai akhirnya ketua basket turun langsung, dia Rangga. Kelas XII, banyak ngatur dan sok berkuasa, itu yang paling Bule benci. Padahal skillnya jadi ketua di dapat karena uang.

Dia datang sambil mendrible bola basket. "Latihan, jangan males. Lo berdua paling sering bolos."

Bule bangkit dari duduknya. "Duluan aja bang, gue pengen boker," alibi Bule masih sopan. Ia berlalu pergi.

Rangga yang tahu hanya alasan men-chest pass ke arah kepala Bule hingga bule memikik, bola basket itu amat keras. Pasti nyeri kena kepala.

"Jangan alesan, latihan!" tegasnya. Bule membalikan badan dengan gurat dingin.

"Le, ayo udah," ajak Epot seperti tahu temannya akan meledak.

Benar saja, hitungan detik Bule sudah menghajar Rangga habis-habisan. "Didiemin ngelunjak lo bangsat!" umpat Bule di sela-sela tinjuan, Rangga tidak mau kalah, balik melawan.

Epot dan anak lain coba memisahkan namun nihil. Rangga reflesk mendentumkan kepala Bule ke dekat kursi besi penonton dengan kencang, hal itu membuat darah segar keluar dari kepala Bule.

"WOI ANJING UDAH!" teriak Epot murka. "Kalau sampe fatal di otak, gue bunuh lo!" kecamnya bantu membawa Bule yang pingsan ke rumah sakit dengan anak-anak yang lain.

Rangga mengatur nafas, tidak menyangka akan kejadian barusan.

🐟🐟🐟

Anya yang biasanya paling rusuh, banyak omong, ceria, kini diam. Ia marah sungguhan pada Kale.

Baru Kale buka mulut Anya sudah memotong. "Aku mau kita break dulu."

"Karna?" Kale bertanya dengan wajah tegang. "Nya aku nggak pernah bales pelukan Salsabila."

"Aku mau break," tegas Anya. Ia semalam overthingking berkepanjangan---dan memutuskan break, Kale harus tahu rasa agar tidak terus memberikan Salsabila peluang modus.

"Karna Kevin?" todong Kale.

"Kok Kevin?" alis Anya terangkat sebelah.

"Dia bikin tuduhan tentang aku yang suka Salsabila dan Salsabila yang nuduh kamu suka sama Kevin, nya kita jangan terpengaruh mereka."

"Kalau iya Kale suka gimana?" secara tidak langsung Anya sudah terpengaruh. Rahang Kale mengeras.

"Kamu lebih percaya Kevin atau aku?" Anya diam, mengaduk jusnya.

"Salsabila cantik."

"Terus aku peduli?"

Anya menghela nafas. "Debat kita bakalan makin panas, break ya le? kasih waktu buat aku ngerti semuanya."

Ini juga sudah membuktikan kalau Anya jauh lebih percaya hasutan Kevin.

"Oke, kita break."

🐟🐟🐟

Najwa bersorak menyenangi adiknya dan Jawa yang bertanding bola bersama, dulu Najwa sering sekali menemani Jawa, beranjak dewasa Jawa menjauh dan Najwa jelas tahu apa alasan dibalik itu semua.

Istirahat beberapa menit di dekat Najwa yang duduk lemah di kursi roda, iya--- Jawa memang bolos eskul demi Najwa.

"Cape?" tanya Najwa lembut. Jawa menyeka keringat di pelipis.

"Lebih cape nunggu lo peka."

"Jujur amat," katanya. Terkekeh berdua.

"Lo gimana?" Jawa bertanya, alis Najwa bertaut. "Udah ada yang baru?"

"Nggak, yang gue mau sehat. Bukan pacar," balasnya. Jawa mengangguk. "Za."

Jawa menoleh lagi. "Kenapa? mau kedalem? mau apa?" merentet bertanya khawatir. Najwa menggeleng.

"Maaf dan makasih," lirihnya.

"Wa udah lah, santai sih? gue ngerti, nggak usah maaf apalagi makasih, semuanya gue jalanin demi lo ikhlas. Dan soal perasaan? gue akhirnya paham kita emang lebih cocok jadi sahabat nggak lebih dari itu," jelas Jawa tidak kalah lembut.

Mendengarnya membuat Najwa semakin merasa bersalah. "Gue mau yang paling baik buat lo za, yang baik banget."

"Jangan ngomong yang nggak- nggak, lo pasti sembuh wa," ucap Jawa tegas, tersenyum dan mengacak pelan rambut Najwa yang mulai rontok.

Drttt...

Epot:
RS, GC. Bule tangan sma kakinya pisah.

Jawa langsung mengantar Najwa masuk kedalam. Pamit pergi, tidak tahu setelah perginya Jawa air mata Najwa berlinang.

Jawa, dia amat tulus walau sudah berkali-kali Najwa sakiti.

******

Continue Reading

You'll Also Like

4.9K 626 46
Orion itu, menyebalkan, mengesalkan, play boy cap kaleng-kaleng yang sangat tengil plus jahil. Manusia pertama yang Bintang benci. Bintang itu bar-ba...
1.4M 115K 71
[Sequel Of Sekasa] WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA! Pemberontak, suka kebut-kebutan, tidak tertib dan di takuti seisi sekolah. Itulah sifat yang dimil...
4.6M 396K 58
[ BELUM REVISI DAN BANYAK TYPO ] MASIH BERLANJUT UPDATE!! TUNGGUIN, YA. Garuda Wisnu Victorian, bukan spesies burung bukan juga lambang negara. Cow...
11.5K 1.7K 38
Dear Baskara : ❝Teruntuk Manusia kuat yang masih bernafas dibumi❞ Mencintai dalam dendam, kehancuran, dan mental yang harus dipertanyakan. Seolah se...