Dersik

By khanifahda

758K 94.4K 6.6K

Hutan, senjata, spionase, dan kawannya adalah hal mutlak yang akan selalu melingkupi hidupku. Namun tidak se... More

Peta
Khatulistiwa
Proyeksi
Kontur
Skala
Topografi
Distorsi
Spasial
Meridian
Citra
Evaporasi
Kondensasi
Adveksi
Presipitasi
Infiltrasi
Limpasan
Perkolasi
Ablasi
Akuifer
Intersepsi
Dendritik
Rektangular
Radial Sentrifugal
Radial Sentripetal
Annular
Trellis
Pinnate
Konsekuen
Resekuen
Subsekuen
Obsekuen
Insekuen
Superposed
Symmetric Fold
Asymmetric Fold
Isoclinal Fold
Overturned Fold
Overthrust
Drag fold
En enchelon fold
Culmination
Synclinorium
Anticlinorium
Antiklin
Sinklin
Limb
Axial Plane
Axial Surface
Crest
Through
Delta
Meander
Braided Stream
Oxbow Lake
Bar Deposit
Alluvial Fan
Backswamp
Natural Levee
Flood Plain
Horst
"Graben"

Anteseden

11.3K 1.4K 142
By khanifahda

Sungai Anteseden adalah sungai yang sudah ada terlebih dahulu dibandingkan keberadaan struktur batuannya dan dalam perkembangannya aliran sungai mengikis hingga bagian struktur batuan di bawahnya. Pengikisan ini dapat diakibatkan erosi vertikal lebih intens dibanding erosi lateral.
.
.

Gayatri menatap langit-langit kontrakannya. Gadis itu memikirkan beberapa hal yang sempat mengusiknya akhir-akhir ini. Namun pikirannya tiba-tiba tertuju pada siang tadi. Kejadian dimana pikiran dan hatinya tidak sinkron sehingga melahirkan pertanyaan konyol yang memalukan.

"Kita sebenarnya apa sih?"

Seketika suasana langsung canggung. Mereka saling menatap walau akhirnya Gayatri yang mengakhirinya, "ah ya, lupakan. Ayo kita masuk." Ucapnya. Lalu Gayatri segera melepas sabuk pengaman dan keluar dari mobil.

Di luar, Gayatri merutuki dirinya yang konyol. Mengapa mulutnya bertanya sesuatu hal yang memalukan itu? ah dirinya sungguh gila.

Gayatri cepat-cepat menggelengkan kepalanya. Lalu ia bangkit dari rebahannya dan berjalan menuju meja belajar yang sengaja ia letakkan di kamar untuk mengerjakan pekerjaan maupun hanya untuk sekedar belajar.

Gayatri duduk dan membuka jurnal yang ia kumpulkan dari beberapa sumber. Sesekali ia membaca dan membolak-balikan jurnal. Ia ingin menepis berbagai macam pikiran yang sejak tadi mengusiknya termasuk kejadian siang tadi yang masih melekat hebat di kepalanya. Rasanya sangat memalukan ketika Gayatri mengingat hal itu. Beruntung ia bisa mengendalikan dirinya dan Raksa yang nampak biasa saja setelah itu.

Namun tiba-tiba moodnya berubah, Gayatri lantas menutup jurnal tersebut dan mendesah pelan di tempatnya, pikirannya tiba-tiba tak fokus. Lalu ia membuka gawainya. Ia menghubungi Meta, tetapi nampaknya gadis itu belum juga membalas pesannya sejak siang. Meta ternyata ada acara keluarga yang mengharuskan gadis itu pulang ke Karawang.

Gayatri berdecak, lalu mencoba membuka berkas kasus yang sedang ia tangani bersama timnya. Ia membaca kembali berkas itu hingga tersadar bahwa pintu kontrakannya di ketuk beberapa kali. Lantas ia bangkit dari duduknya dan membukakan pintu.

"Wa'alaikumussalam. Iya sebentar." Sahut Gayatri karena ketukan pintunya yang tak sabaran itu.

Gayatri membuka pintu dan menemukan Raksa dengan membawa jaket berwarna hitam.  "Astaghfirullah." Ucap Raksa reflek menutup matanya dan langsung berpaling membelakangi Gayatri.

Gayatri langsung melotot dan ia lupa jika hanya mengenakan celana di atas lutut dan tanktop. Langsung saja Gayatri menutup pintunya agak kasar sambil merutuki dirinya yang bodoh. Konyol sekali ia tak melihat dirinya yang asal keluar. Langsung saja Gayatri kembali ke kamar dan dengan cepat mengenakan celana kulot dan hoodie yang asal ambil.

Setelah itu Gayatri keluar dan Raksa masih setia berdiri di sana. Gayatri membuka pelan pintunya karena masih malu. Untung saja yang datang bukan laki-laki yang kurang ajar, jika iya, patah sudah hidung laki-laki yang kurang ajar itu.

"Ada apa?"

Raksa yang berdiri membelakangi kini berbalik dan menemukan Gayatri dengan muka yang masih menahan malu. Ia kaget ketika Gayatri membuka pintu, gadis itu masih memakai baju yang menurutnya tak patut ia lihat. Untung saja Raksa hanya melihat sekilas dan langsung berpaling. Bodohnya dia juga tak memberi tahu Gayatri dan asal datang ke kontrakan gadis itu.

"Sorry gue datang tiba-tiba. Tapi ini urgent banget." Ucap Raksa serius. Langsung saja Gayatri menatap Raksa. "Ada masalah apa?"

Raksa berpikir sejenak, menimang beberapa pertimbangan yang sudah ia pikirkan sejak perjalanan kemari. "Ikut gue ke Bogor malam ini. Ini masalah Mayor Ardhie. Gue dapat informasi dari seseorang jika dia sekarang sedang transaksi di daerah Gunung Sindur. Mungkin dari Kepolisian dan AD nggak tahu karena dia licik dan mengubah semua rencana yang sudah di ketahui oleh kita sebelumnya."

"Hah? sekarang?" Raksa mengangguk cepat. Gayatri di tempatnya masih berusaha berpikir cepat. Ini terlalu mendadak tentunya.

"Tapi gue belum ngomong sama komandan gue." Ucap Gayatri kemudian. Mereka masih berada di luar kontrakan. Tak mungkin dirinya membawa Raksa masuk ke dalam. Walaupun ia kelihatan bar-bar, Gayatri juga tahu batasan dan paham mengenai hal-hal tersebut.

"Ini urgent. Gue nggak yakin kalau besok kita dapat momen yang pas buat menangkap mereka."

"Berdua saja? gila!! kita habis kalau hanya berdua." Sahut Gayatri cepat. Ia tak mungkin mengambil langkah gila yang membahayakan dirinya dan mungkin Raksa. Melakukan penggerebekan dengan personil sedikit adalah hal paling konyol yang di lakukan oleh Kepolisian. Apalagi jika kasusnya besar, sama saja ia melempar nyawa secara cuma-cuma kepada musuh.

"Kita nggak ada waktu banyak! sekarang atau nggak sama sekali." Ucap Raksa dengan tegas. Raut wajahnya begitu serius sehingga terkesan menyeramkan.

Gayatri menghembuskan nafasnya kasar. Benar-benar ia disituasi yang sulit. Jika ia datang memberitahukan ke timnya otomatis butuh waktu untuk mengumpulkan anggota dan lain sebagainya. Ini tentunya tidak efektif.

"Tapi kita menyalahi aturan!" sahut Gayatri tak kalah tegas. ia masih terlalu kaget dengan kedatangan Raksa yang meminta dirinya untuk ikut ke Bogor malam ini. Apalagi Raksa mengajaknya melakukan operasi secara dadakan, tanpa persiapan matang sebelumnya.

"Sekarang atau nggak sama sekali." Ucap Raksa dengan raut wajah datar. Gayatri yang masih dilingkupi rasa kaget sekaligus agak kesal, memandang Raksa sinis dan mendengus keras.

"Cepat sana ganti baju!" perintah Raksa. Bukannya ia mengatur Gayatri, tetapi saat ini dibutuhkan gerak yang serba cepat dan akurat. Ia tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini.

"Oke. Tunggu sebentar!" jawab Gayatri agak sewot. Walaupun begitu, gadis itu tetap bergerak dengan Raksa malam ini.

Lalu Gayatri kembali masuk ke dalam kontrakan. Ia langsung berganti pakaian. Ia mengenakan celana jeans dan kaos, tak lupa ia melapisi dengan jaket parka. Di dalam jaket parka ia menyelipkan beberapa senjata seperti pistol, borgol dan pisau lipat. Setelah itu ia mengikat rambutnya dengan di kuncir kuda dan mengenakan topi berwarna hitam. Tak lupa juga mengenakan sepatu boot berwarna hitam tanpa hak.

Setelah memastikan kontrakannya dalam keadaan aman, Gayatri langsung keluar dan mengunci kontrakannya. Raksa masih berdiri di sana menanti Gayatri.

"Beneran kita berdua saja?" tanya Gayatri di sela-sela mereka berjalan menuju mobil.

"Kita nggak ada waktu." Raksa berjalan cepat tanpa banyak bicara.

"Gue mau hubungi Esa. Semoga dia gerak cepat mengumpulkan yang lain." Sambung Gayatri ketika mereka sudah berada di dalam mobil. Akhirnya Gayatri berpikiran jernih dan langsung bergerak cepat bersama Raksa.

Gayatri langsung menghubungi Esa cepat, namun nampaknya laki-laki itu agak slow respon. Di tempatnya Gayatri agak gusar mengetahui hal ini.

Lalu Raksa menyalakan dan melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. "Minta lokasi dong biar gue share ke grup tim gue." Pinta Gayatri.

Raksa yang sedang fokus menyetir langsung memberikan gawainya ke Gayatri tanpa pikir dua kali. "Passwordnya  AV1 dan lokasinya gue simpan di maps."

Segera Gayatri membuka maps dan mengirimkan lokasi itu ke whatsappnya. Setelah itu, ia kirimkan ke grup yang sudah dibuat untuk koordinasi bersama.

Gayatri lantas melacak tempat tersebut dengan menggunakan gawainya. Ia mengatur GPS di gawainya sehingga memudahkan teman satu timnya untuk bergerak cepat dengan menggunakan lokasi yang sudah di bagi oleh Gayatri.

Beberapa detik kemudian, Esa menghubungi Gayatri. "Lo dateng ya ke sini sama yang lain, urgent banget Sa!"

"Gila lo! beneran ini? gue masalahnya lagi nggak di kantor. Komandan masih di Bekasi sejak pagi tadi."

Gayatri mengusap wajahnya frustasi. Sungguh ini semuanya serba dadakan dan tak ada persiapan yang begitu matang.

"Yaudah pokoknya lo atur aja. Gue nggak bisa handle berdua aja, lo dateng sama yang lain sekarang juga Sa."

"Lo udah di sana?"

"Nggak, gue baru perjalanan. Baru sampai Depok. Cepetan Sa. Jangan banyak mikir." Ucap Gayatri cepat. Ia tak ingin semuanya berantakan hanya karena kurang cepat dalam mengeksekusi. Setelah itu mereka mengakhiri panggilannya.

Kemudian layar gawai Gayatri kembali berkedip, langsung saja ia mengecek dan ternyata komandannya menelponnya langsung sekarang.

"Malam ndan."

"Benar ini terduga hendak melakukan transaksi?"

"Siap ndan. Saya sekarang bersama teman yang pernah saya ceritakan tempo hari. Kami sedang dalam perjalanan menuju Gunung Sindur."

"Baiklah. Kita akan segera ke sana. Jaga diri dengan baik. Bantuan akan segera datang." Ucap komandanya.

"Siap ndan." Selepas itu, sambungan telepon mereka terputus. Mereka sudah memasuki kawasan yang didominasi hutan dan penerangan minim. Lalu Raksa melajukan mobilnya dengan pelan karena sudah memasuki daerah yang dicurigai sebagai tempat Mayor Ardhie menjual dan menyimpan senjatanya.

"Sekitar 200 meter adalah titik dimana menunjukkan tempat yang kita tuju. Kita bagaimana? langsung turun atau menunggu yang lain?" tanya Gayatri.

"Langsung turun. Jangan lupa pakai rompi anti peluru." Raksa memberikan rompi itu dan langsung di pakai Gayatri.

"Udah bawa senjata apa belum?"

Gayatri mengangguk, "gue bawa 2 pistol, satu pisau dan satu borgol." Raksa terdiam sejenak. Lalu laki-laki itu melemparkan jenis senjata dengan teknologi dan kelebihan tembakan yang tepat serta memiliki suara senyap pada Gayatri dan langsung di tangkap oleh gadis itu.

"Pakai itu kalau kepepet." Gayatri mengangguk. Lalu dirinya berjalan di belakang Raksa dengan langkah mengendap dan berhati-hati.

Raksa menemukan sebuah pohon besar. Lantas laki-laki itu mendekat dan bersembunyi bersama Gayatri. "Kemungkinan bangunan itu adalah gudang." Bisiknya.

"Bukannya itu gudang kayu ya?" gumam Gayatri saat melihat gudang berikutan 10x7 meter itu dan nampak bertumpuk kayu gelondongan di depannya. Namun siapa sangka, gudang itu justru dijadikan sebagai gudang senjata dan tempat transaksi berbagai macam kejahatan.

"Kita harus hati-hati." Raksa agak menunduk ketika satu orang keluar dari gudang tersebut dengan gerakan seperti memantau sesuatu. Nampaknya orang tersebut bertugas sebagai penjaga luar gudang. Luar gudang nampak diterangi lampu temaram yang berasal dari saluran listrik ilegal yang langsung di sambungkan ke tiang listrik di tepi jalan sana.

"Arah jam 1 ada orang di bawah pohon sedang menjaga sekitar." Ucap Gayatri dan Raksa langsung melihat arah yang di maksud oleh Gayatri. Dan benar saja, orang berpakaian serba hitam itu berjongkok di bawah pohon akasia berukuran sedang dan nampak begitu santai.

Raksa lantas memantau ponselnya. Namun ternyata tak ada sinyal di sana. "Nggak ada sinyal?"

Gayatri seketika memeriksa gawainya dan tidak menemukan sinyal juga, "gue nggak ada juga."
Raksa berdecak, lalu memilih jongkok. Begitupun Gayatri juga ikut jongkok di samping Raksa.

"Gue ada strategi dengan keluar menuju arah pukul 3 dan melumpuhkan orang yang jongkok di bawah sana itu." Ucap Gayatri.

"Tapi bukankah malah mengundang perhatian?" rasanya mereka terkepung di sana. Namun Gayatri punya ide lain. Ia terbiasa harus keluar cepat dari sarang penyamun sekalipun ia adalah semut kecil.

"Lo lari ke arah jam 10. Gue ke arah jam 3. Setelah gue melumpuhkan orang di bawah pohon sana, gue bakal masuk ke gudang. Lo bisa pastikan dulu keadaan gudang. Biasanya gue butuh waktu 2 menit. Lo bisa kira-kira dulu." Ucap Gayatri. Raksa mengangguk. Ide Gayatri juga masuk akal untuk bisa menembus gudang tersebut.

Ketika Gayatri hendak keluar dari balik pohon, Raksa menarik gadis itu dan seperti memeluknya karena tiba-tiba gerombolan orang keluar dari gudang tersebut. Lantas Raksa berdiri dengan menahan badan Gayatri dan sekarang terlihat seperti melindungi gadis tersebut. Mereka sama-sama menahan nafasnya dan tanpa sadar bahwa posisi mereka sangat dekat sekarang.

Setelah aman memastikan gerombolan orang tersebut keluar dari area tersebut, Raksa melepaskan tangannya dari tubuh Gayatri. "Sorry gue nggak maksud modus." Ucapnya kemudian dan Gayatri hanya mengangguk pelan.

Lalu Gayatri menunduk dan berjalan keluar dari persembunyiannya menuju arah pukul 3. Sedangkan Raksa juga keluar dengan mengendap menuju gudang tersebut.

Gayatri berjalan cukup pelan dan sampai dirinya berada di belakang laki-laki yang menjadi pengawas itu. Dengan gerakan cepat, Gayatri berhasil melumpuhkan laki-laki itu dengan memukul bagian tengkuknya menggunakan kayu balok yang didapatkan dari sekitar sana sehingga langsung pingsan. Lalu Gayatri membuang senjata yang di bawa keparat itu jauh ke dalam semak-semak. Ia akan mengingat jika ada barang bukti yang ia amankan di dalam semak tersebut.

Lalu Gayatri berjalan mengendap ke dalam gudang yang nampak terdengar sayup orang-orang tertawa pelan. Lalu matanya menangkap Raksa yang berada di belakang gudang tetapi berada di sisi lain.

Gayatri berjalan mengendap menuju arah Raksa. Tak mungkin ia memisahkan diri sedangkan di pihaknya hanya dirinya dan Raksa. Mau tak mau, mereka harus bekerja sama dalam hal ini.

Raksa mencondongkan wajahnya menuju celah gudang yang dindingnya terbuat dari kayu itu. Beberapa terdapat celah kecil sehingga Raksa memanfaatkan hal itu untuk melihat ke dalam gudang.

Raksa tak dapat melihat dengan jelas, hanya beberapa orang yang tertangkap di netranya. Salah satunya adalah orang yang ia kenal, Mayor Ardhie. Laki-laki tersebut memakai jaket bomber hitam dan topi berwarna coklat.

Tanpa aba-aba, Raksa menarik Gayatri, "gue mau dobrak pintu gudangnya." Bisik Raksa sangat pelan di telinga Gayatri. Sedangkan Gayatri melebarkan matanya.

"Kita tunggu bantuan dulu." Balas Gayatri sangat pelan. Tetapi Raksa justru menggeleng. "Kita hadapin bersama. Lo tembak saja kalau terdesak. Kita nggak ada waktu banyak." Ucap Raksa sambil menatap jam tangannya.

Gayatri langsung memejamkan matanya, tak tahu apakah ia harus ikut dengan kata-kata Raksa atau menunggu bala bantuan. Tetapi masalahnya ini sudah mendesak. Orang-orang di dalam gudang tersebut hendak membubarkan diri nampaknya.

"Ayo sekarang." Ucap Raksa memberi aba-aba pada Gayatri. Kemudian mereka serentak mendobrak pintu dengan sekali tendang. Seketika orang-orang di sana terlonjak kaget dan menatap sepasang manusia yang datang tak diundang itu.

Raksa dan Gayatri menatap tercengang dengan isi gudang. Berbagai macam jenis senjata terdapat di sana, dari elit sampai senapan rakitan. Sungguh ini diluar pemikiran mereka berdua.

Sementara Mayor Ardhie berdiri menatap mereka dengan tatapan tajamnya. Tetapi seulas senyum culas kembali terbit di bibirnya.

"Wah kita kedatangan tamu ternyata. Selamat malam Lettu Infanteri Raksa Akusara Airlangga Hirawan dan Bripda Dyah Gayatri Amaratungga."

Lalu Mayor Ardhie mendekat ke arah mereka dengan senyuman lebar tetapi sarat kecurangan. "Wow. Saya tidak menyangka kalian bisa menemukan tempat ini. Luar biasa anak muda."
Raksa menatap Mayor Ardhie dengan tatapan tajamnya. Sedangkan Gayatri menatap sekitarnya. Di belakang Mayor Ardhie terdapat 5 orang dengan badan besar dan wajah sangar, tetapi tak tahu mengapa di pikiran Gayatri, mereka malah mirip pelatih fitnes, bukan preman sejati.

"Ini bukan hal yang sulit Mayor." Sahut Raksa dengan wajah datar. Matanya memerah dan menajamkan penglihatan pada Mayor Ardhie yang terlihat jumawa saat ini. Tapi demi apapun, laki-laki bermarga Hirawan itu sama sekali tak takut. Ia akan mengangkat senjatanya tinggi-tinggi dan melawan seniornya itu.

Tanpa ampun!

.
.
.

Continue Reading

You'll Also Like

145K 4.3K 21
"Kamu sudah berani kembali, itu artinya kamu enggak bisa berharap aku akan membiarkan kamu pergi lagi." Allucard. Empat tahun yang lalu, Sheina menin...
235K 10.5K 43
Selesai Alnera Zaskia 27 tahun, berjalan 5 tahun hidupnya dihabiskan bersama kenangan sang mantan, karir cemerlang tidak selalu jalan berdampingan de...
3.1K 95 4
Cerita tentang si psikopat azka yang sangat terobsesi dengan Samuel, pacar nya. Typo⚠️ Banyak BDSM!!! konten dewasa, Mature, mpreng, bl, gl, bxb, gxg...
5.8M 281K 61
[FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA MANIEZZZ] Kisah 2 pasangan yang dijodohkan oleh orangtua mereka. Arlando jevin demort, cowok berusia 18 tahun harus men...