MY BOYFRIEND IS FAKBOI

Autorstwa divatania_

693K 59.4K 18.7K

"FROZEN! GUE BAKAL JADI PACAR, BAHKAN SUAMI LO, LIAT AJA NANTI!" GENRE : FIKSI REMAJA Teejay Albert Kalandr... Więcej

⚠️PENGUMUMAN⚠️
PROLOG
1. Pertemuan Singkat
2. Panah Bakso Asmara
3. Jadi Pacar Gue!
4. Tercyduk Selingkuh
5. Edisi Ngambek
6. Tantangan Dari Elsa
7. Kehadiran Lidia
8. Fakboi Insyaf?
9. Pembalasan
10. Pahlawan untuk Elsa
11. Cemburu
13. Hati-hati untuk Elsa
14. Hadiah & Surat
15. Perkara Haus
16. Ulang Tahun Agnes
17. Elsa Hilang!
18. Balas Dendam
19. Janji
20. Telur Dadar Istimewa
21. Hujan & Masa Lalu
Webtoon?
22. Ramalan?
23. Cinta di Rumah Hantu
24. Terungkap
'25. Belum Berakhir
26. Kakak?
27. Dia Safira, Adikku
28. Elsafira
29. Lebih penting siapa?
30. Minta maaf, ya?
31. Bolu Pisang untuk Oma
32. Tamu tak Diundang
33. Nasi Goreng istimewa
34. So who is wrong?
35. Gelisah
36. First Kiss gue?!
37. Bahagia Sesaat
38. Dua Hati Satu Cinta
39. Kita udahan aja
40. Mencoba Bersabar
41. Masalah Hati
42. Lagi dan lagi
43. Bukan Prioritas
44. Cinta itu buta
45. Senjata Makan Tuan
46. Lelah
47. Bertahan atau lepaskan
48. Insiden
49. Menghilang
50. Amarah
51. Kita Break!
52. Hal tak Terduga
53. Berakhir
54. Ungkapan Rasa
55. Menyesal?
56. Naura Sadar?
57. Bunuh Diri?
58. Salah Sangka
59. Sisi Lain Safira
60. Kesaksian
61. Berjuang lagi?
62. Masa lalu Safira
63. Teejay Vs Eric
64. Ayo, balikan!
65. Tragedi, Fakta & Penyesalan
66. Damai
67. Siswi Baru
68. Camping
69. Balikan atau...?
70. Fakta Baru
71. Kabar Buruk
72. Ingatan Masa Lalu

12. Pesan Misterius

11.7K 1K 64
Autorstwa divatania_

Elsa mengusap-usap rambutnya dengan handuk. Tadi saat selesai menonton, ternyata diluar hujan deras, untunglah Eric dengan baik hati mengantarkannya pulang.

Rambut Elsa basah karena berlari masuk kedalam rumah. Elsa menaruh handuknya dan mengganti pakaiannya dengan pakaian berbahan tebal, karena cuaca yang terasa dingin.

Setelah berganti pakaian, Elsa berbaring di kasurnya dan mengambil ponselnya, tentunya mengecek apakah Teejay menanyakan keadaannya atau tidak dan ternyata tidak.

Elsa mendengus sebal, menghempaskan ponselnya pelan seraya mengingat-ingat kegelisahan Teejay tadi, sampai-sampai meninggalkannya begitu saja.

Tok Tok Tok

Pikiran Elsa buyar mendengar ketukan pintu kamarnya. Elsa segera bangkit dan membuka pintu. Disana, Mamanya berdiri dengan membawa satu gelas susu hangat.

Elsa hanya diam, menunggu mamanya berbicara. “Elsa... Ini mama buatkan susu hangat untuk kamu,” ucap Elena, tentu saja ia melihat Elsa terkena hujan tadi.

Elsa menggeleng. “Gak haus,” balasnya dengan singkat.

“Nanti kamu sakit nak, mama lihat kamu kehujanan,” balas Elena.

“Mama peduli Elsa sakit?” celetuk Elsa.

“Kenapa kamu bertanya seperti itu——”

“Itu karena Mama nggak peduli waktu Papa sakit,” tegas Elsa kepada mamanya.

Elena menatap Elsa sayu. “Nak, waktu itu—”

Elsa belum siap jika harus membuka luka lama itu lagi, luka dihatinya belum sembuh, ia tidak ingin luka itu bertambah lebar.

Dengan segera, Elsa mengambil susu di tangan mamanya agar urusannya cepat selesai. “Cukup Ma,” ucap Elsa lalu menutup pintu kamarnya dengan perasaan sesak. Elsa terdiam, mengingat memorinya saat itu.

"Mamaaa Elsa mau susuuu," Rengek anak kecil itu.

"Sayang, susu nya habis, tadi sore terakhir yang Elsa minum," tutur mama nya lembut.

"Elsa mau susu, Elsa ndak mau tidul kalo ndak ada susu..." Mata itu terlihat sedih.

"Yaudah sini papa belikan dulu ya di supermarket," tutur ayahnya membuat mata itu berbinar.

"Yey! Seliyus Papa?!"

"Tapi ada syaratnya," ucap ayahnya sambil menunjuk pipi kanan nya.

Tanpa bertanya, anak kecil itu langsung mengecup pipi ayahnya.

Cup

"Syalatnya udah telkabul deh, sekalang Elsa mau susu!" seru gadis kecil itu gembira.

"Iya sayangnya Papa, tunggu ya," ucap ayahnya sembari mencubit pipinya gemas.

Gadis itu menaruh minumannya di atas meja, Elsa menggeleng pelan, tidak ia tidak boleh menangis. Elsa tersenyum samar untuk menguatkan dirinya sendiri.

Ting!

Fokus Elsa teralihkan mendengar notifikasi pesan masuk. Elsa yakin itu pasti Teejay, lihat saja pasti Teejay akan meminta maaf padanya.

Elsa segera mengambil ponselnya yang berada di kasur. Elsa mengernyitkan keningnya saat ternyata nomor asing yang tertera di bagian paling atas. Elsa semakin bingung saat membaca pesan dari nomor tersebut.

📩 +6285372***

Jauhi Teejay! Teejay milikku!
 
***

“Baiklah sampai disini, ada yang mau di tanyakan?" tanya Pak Budi selaku guru Pendidikan Kewarganegaraan.

Theo mengacungkan jari telunjuk nya. "Saya pak!" Seisi kelas berseru kesal, pasalnya bel sudah berbunyi 5 menit yang lalu, namun Theo malah mengulur waktu istirahat.

Gerry menatap Theo sengit. “Nggak usah sok pinter, Yo.”

"Sudah, Theo apa yang mau dittanyakan?" Pak Budi melerai kebisingan.

Theo mulai angkat suara. "Jadi gini, Pak. Apa bener kalo Pak Jokowi sama Bu Megawati pernah pacaran?" tanya Theo.

Seisi kelas mendadak bingung dengan pertanyaan Theo yang tidak masuk akal.

"Lah, kata siapa kamu?" Pak Budi bertanya ulang.

"Kata orang-orang pak, katanya Bu Megawati mantan presiden," Jawab Theo.

Seisi kelas diam begitupun dengan Pak Budi, mereka masih mencerna apa yang Theo katakan. Satu detik kemudian mereka semua tertawa terbahak-bahak.

"Peak!" Gerry ikut tertawa ngakak.

“Theo-Theo ada ada saja kamu,” ucap Pak Budi seraya menggelengkan kepalanya dan melangkah keluar kelas.

"Pak! Jadi jawaban nya apa?" Theo berseru. "Kamu tanyakan saja pada batu yang bergoyang!" Jawab pak Budi yang sudah sampai pintu keluar kelas.

Theo mengerutkan keningnya. “Emang batu bisa goyang, ya?” gumam Theo.

“Banyak tanya lo, buruan ngantin!” ucap Gerry.

“Aaa nggak ada Jay, gak ada yang nraktirin dong...” Theo mengerucutkan bibirnya.

Gerry memutar bola matanya malas. “Bacot, ayok gue beliin,” balas Gerry membuat Theo tersenyum senang. Theo adalah anak dari keluarga berada, namun gratisan adalah prinsipnya.

***

“Kalian tunggu di luar bentar ya? Gue kebelet nih. Bentar aja kok!” ucap Elsa yang berada di depan toilet.

Agnes mengangguk sambil menunjukkan tanda oke dengan jarinya. Setelah Elsa masuk, Agnes dengan tenang menunggu Elsa.

Camelia menurunkan tangannya yang berada di depan dada, ia mendengus kesal. “Nes, kantin duluan ayok,” ajak Camelia seraya menarik tangan Agnes. “Eh tapi-tapi Elsa nya Mel—”

“Elsa, gue sama Agnes duluan!” seru Camelia, lalu menarik tangan Agnes untuk segera menuju kantin.

Elsa berdengus mendengar teriakkan sahabatnya itu, Elsa tau pasti cacing mereka sudah tidak bisa di ajak kompromi lagi. Baiklah tak apa, Elsa bisa ke kantin sendiri. Baru saja Elsa ingin membuka pintu toiletnya, ponselnya berbunyi tiga kali, menandakan pesan masuk spam.

Elsa mengurungkan niatnya untuk keluar, ia justru penasaran dan mengecek ponselnya. Dua nomor asing mengirimkan pesan padanya. Nomor pertama adalah nomor yang sama dengan nomor yang mengirim pesan pada Elsa.

 📩 +6285372***

Kamu nggak perlu tau siapa aku cukup jauhi Teejay atau aku akan berbuat jahat!

Elsa menggelengkan kepala, tak habis pikir. Elsa yakin ini adalah nomor para mantan Teejay yang tidak terima jika Teejay memilihnya.

Elsa membuka pesan kedua, matanya membulat saat membaca pesan mengerikan itu.

📩 +6289876***

Jangan main-main sama gue! Atau lo bakal jadi seperti ini bitch 📷 Picture

“Aaa!” Elsa memekik saat mengunduh gambar yang dikirim oleh nomor tersebut yang ternyata adalah foto bangkai tikus yang sudah di mutilasi. Buru-buru Elsa membuka pintu toilet dan berlari keluar.

Tak sengaja Elsa menabrak bahu seseorang dan jatuh dalam dekapannya.

Nafas Elsa berderu, ia segera menjauh. “Kak, maaf! Elsa nggak sengaja,” ucapnya pada Eric.

Eric tersenyum tipis. “Nggak apa-apa Elsa, Kakak baik-baik aja, kamu kenapa lari-lari?” tanya Eric, Elsa menggeleng, tak ingin memberitahu yang sebenarnya.

Eric menatap Elsa sebentar, lalu melirik jam tangannya. “Bentar lagi bel, mau ke kantin bareng El?” ucap Eric, Elsa masih merasa sedikit was-was, tapi ia berusaha se-netral mungkin. Akhirnya Elsa mengangguk mengiyakan.

Agnes berdiri dari kursinya, tersenyum lebar sambil melambai-lambaikan tangannya kepada Elsa yang baru saja memasuki kantin.

“ELSA, SINI!” seru Agnes membuat Camelia, Gerry, Theo dan Lala si gadis unicorn menoleh. Elsa mengangguk untuk merespon Agnes.

Elsa mendongak menatap Eric. “Kak, gabung aja dia meja temen-temen Elsa,” ucap Elsa berniat baik dan tentu disetujui oleh Eric.

“Elsa maap ya ditinggalin, Amel nih yang ngajak duluan.” Agnes menunjukkan raut wajah bersalah. Sedangkan Camelia hanya mengaduk-aduk es nya saja.

Elsa menatap Camelia yang tak menatapnya. “Gak apa-apa, Nes,” ucap Elsa seraya tersenyum tipis.

“El, Kakak mau pesan, sekalian aja, kamu mau beli apa?”

“Gak apa-apa Kak?” Tanya Elsa, Eric mengangguk. “Kalo gitu Elsa mau seblak deh,” sambungnya.

Eric mengacak rambut Elsa pelan. “Oke, tunggu ya.”  Eric melenggang pergi. Perlakuan Eric tadi membuat semua teman-teman Elsa dan Elsa syok.

Mata Theo membulat, ia menyenggol kaki Gerry dari balik kolong meja. “Sst Ger, itu si ketos parah bet," cibir Theo pelan.

Gerry fokus dengan ponselnya dan menjawab dengan santai. “Biarin aja nggak ada Teejay,” balas Gerry.

Mata Theo membulat. “Dasar temen laknat!”

Elsa berusaha menetralkan wajahnya agar tampak biasa saja, ia menatap ke sekeliling, mencari keberadaan seseorang yang sejak semalam tidak mengabarinya.

“Elsa, sini duduk samping Abang Theo,” ucap Theo yang melihat Elsa masih berdiri.

Lala, si gadis unicorn itu menyela, “ih, Bubu! Jangan genit, deh! Lala bilangin Kak Teejay nanti!” Lala menyilangkan tangannya di depan dada.

Theo tersenyum miring. “Mana Teejay? Mana? Bilangin sana kalo orangnya ada,” balas Theo sengit, mengapa Lala bisa ada di meja mereka? Tentu bergabung dengan sendirinya.

Elsa menekuk alisnya. “Emang dia kemana, Kak?” celetuk Elsa dengan sendirinya membuat Theo langsung meledeknya.

“CIEEE! UDAH TUMBUH AKAR-AKAR CINTA, NIH YE!” Elsa tersenyum malu, berusaha menyangkal, “ih enggak, E—elsa cuma penasaran aja.”

Gerry menaruh ponselnya di meja saat ia telah menang dari game nya. “Jay gak masuk, izin,” saut Gerry membuat Elsa semakin penasaran. Kemana laki-laki itu pergi sejak semalam? Elsa tersadar, untuk apa Elsa memikirkan laki-laki itu?

“Udah-udah stop!" lerai Agnes. “Lusa kan ulang tahun Agnes, jadi hari ini Agnes mau beli dan pilih sendiri undangan sama aksesoris nya, jadi Kak Gerry harus temenin Agnes pulang sekolah ke Mall, ya Kak?” Agnes tersenyum sambil menunjukkan puppy eyes nya.

“Gak,” balas Gerry cuek.

“Kak, Agnes mohon. Plis-plis!” Agnes menyatukan kedua tangannya.

Gerry menggeram dan menaruh ponselnya kasar. “Gue bilang nggak ya nggak! Lo tuli?!” sentak Gerry membuat mata Agnes berkaca-kaca.

Sedetik kemudian...

“HUA!!! KAK GERRY JAHAT! HIKS-HIKS...”

***

Elsa meletakkan setumpuk buku yang ia bawa dari kelas ke perpustakaan dengan cepat saat Camelia sudah memakai sepatunya.

Elsa berlari. “Mel, buru-buru amat, tungguin gue!” Elsa mengikat tali sepatunya dan bergegas menyusul Camelia yang sudah berlalu.

Dengan nafas yang tersengal, Elsa memegang bahu Camelia. “Mel! Kenapa, sih?” ucap Elsa yang melihat perubahan sikap Camelia yang tidak seceria biasanya.

“Lo lagi ada masalah?” sambung Elsa. Karena Elsa tau keluarga Camelia tidak begitu harmonis. Camelia diam dan tidak menjawab, ia terus berjalan keluar gerbang.

Elsa memutar bahu Camelia. “Mel!” seru Elsa. Camelia menatap Elsa datar. “Apa sih, El?” balas Camelia.

“Lo kenapa?” tanya Elsa dengan tegas.

Camelia melepaskan tangan Elsa yang berada di bahunya. “Gue gak apa-apa,” balasnya lalu kembali melanjutkan langkahnya. Sementara Elsa menghela nafas, mengikuti langkah Camelia tanpa bicara lagi.

Disisi lain, Gerry dikejutkan dengan seseorang yang sudah berada di motor Vespa Matic nya. Siapa lagi jika bukan Agnes? Adik kelasnya yang terang-terangan mengejarnya itu.

"Wuidih, udah ada penunggunya tuh motor!" ledek Theo yang melihat Agnes sedang berfoto ria dengan motor Gerry.

Gerry kesal, lalu berjalan cepat menuju motornya. "Siapa yang suruh lo duduk disini?" Nada nya terdengar datar namun menusuk.

Agnes yang melihat Gerry dari kamera depan nya, lantas langsung menoleh ke belakang.

"Eh kak Gerry! Gak ada yang suruh Agnes duduk sini, abisnya kakak lama, kan kita mau berkeliling mall,” jawab Agnes, mengingat Gerry mengiyakan permintaannya saat di kantin tadi.

Gerry mengangkat alisnya. "Kata siapa gue mau nemenin lo?" Ketus Gerry.

"Kakak bilang iya di kantin tadi!” saut Agnes.

Gerry menatap Agnes datar, ia mengambil helmnya. “Itu supaya lo nggak banyak bacot, lo minggir gue mau balik, lo udah buat gue kesel dengan naikin motor gue tanpa izin.”

"Loh? Memangnya kenapa? Maafin Agnes kak, Agnes ngga tau," ucapnya lalu turun dari motor itu.

"Karena yang boleh naik motor ini cuma orang istimewa gue,” balas Gerry seraya mengambil alih motornya.

"Lalu Agnes siapa?" tanya Agnes polos. Gerry menghidupkan mesin motornya dan berhenti sejenak. "Lo mau tau? Lo itu cuma benalu di hidup gue.”

Tanpa memikirkan perasaan Agnes yang hancur, Gerry melajukan motornya dan meninggalkan Theo dan Agnes disana. Tapi entah mengapa Gerry merasa sesak saat mengucapkan kata-kata itu kepada Agnes.

Agnes terdiam, air mata nya sudah sampai di ujung pelupuk matanya, dengan satu kedipan, air mata itu akan terjun bebas ke pipi nya. Sedangkan Theo tak tau harus apa, karena biasanya Theo selalu ribut dengan Agnes karena hal sepele.

Theo hendak memegang pundak Agnes namun ia urungkan, ia bingung harus bagaimana, adik kelas nya itu menangis dalam diam.

Gue harus gimana anjrit!” batin Theo bingung sendiri. Akhirnya Theo memberanikan diri.

"Nes..." panggil Theo pelan. “Nes...” Theo memegang pundak Agnes. "Maafin Gerry ya, Gerry cuma becanda kok, jangan di ambil ginjal,” sambung Theo berusaha menenangkan Agnes.

Agnes menoleh. “Kak...”

Demi apa dia manggil gue pake embel-embel kak?” batin Theo. "I-ya?" Theo merasa aneh dan gugup.

"Apa Kak Gerry punya pacar? Kenapa dia bilang gitu sama Agnes Kak," Agnes terlihat menyedihkan.

Theo menggaruk tengkuknya yang tak gatal. “Euh engga kok, tadi kan gue udah bilang dia cuma becan-—”

Agnes menghambur ke pelukan Theo dan menumpahkan tangisan nya disana. Theo terkejut bukan main yang tiba-tiba di peluk oleh Agnes. "Tapi kenapa kak Gerry bilang Agnes benalu? Apa Agnes seburuk itu kak? Jawab Agnes kak! Agnes menyusahkan kah? Hiks..."

Jika seperti ini, Theo iba melihat Agnes. "Engga Nes lo ga nyusahin kok.” Theo hendak mengelus punggung Agnes namun diurungkan saat tiba-tiba Agnes menjauhkan diri.

Dengan mata yang berair, dan hidung yang memerah, Agnes menatap Theo, "Anterin Agnes pulang sekarang! Cepet!" paksanya dan seperti tersihir, Theo mengangguk menurut.

Sesampainya di depan teras rumah Agnes, Agnes langsung turun dari motor Theo. “Makasih, Theo.” Theo melotot saat Agnes memanggilnya tanpa embel-embel 'Kak' dasar menyebalkan! Theo menghidupkan mesin motornya untuk segera pergi.

“Bundaaa, Zaza pulang!” seru Agnes yang langsung masuk ke dalam rumahnya. Theo terdiam, ia teringat sesuatu. “Hah, Zaza?” gumam Theo.

***

Sepi banget bestie😞 ada yang nungguin cerita ini update ngga sih, kira-kira? Kalo ndak ada, update nya diperlambat aja ya bestie😞

Jangan lupa share cerita ini ke teman-teman kalian, ya! Thank u♥️

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

Ervan Autorstwa inizizi

Dla nastolatków

1.6M 110K 74
[Brothership] [Not bl] Setiap orang berhak bahagia, meskipun harus melewati hal yang tidak menyenangkan untuk menuju kebahagiaan. Tak terkecuali Erva...
1.8M 106K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
3.7M 222K 28
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
780K 68.6K 44
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...