AURORA BOREALIS 2 [ ✓ ]

By Mejikubillu

568K 40.1K 16.5K

[HARAP SIAPKAN HATI DAN PERASAAN UNTUK MEMBACA CERITA INI] BAGIAN 2 AURORA BOREALIS Pernah memiliki sebuah ma... More

01. AB2 • KEBIMBANGAN
02. AB2 • DESIRAN
03. AB2 • IT'S BEGIN
04. AB2 • COMPLICATED
05. AB2 • TANTANGAN TERBUKA
06. AB2 • (BU) KAN ANGEL ALGER
07. AB2 • FAULT
08. AB2 • PEMBALASAN
09. AB2 • TRUTH
10. AB2 • PERGI
11. AB2 • STRONGEST
12. AB2 • MALVIN
13. AB2 • SERPIHAN
14. AB2 • LET GO
15. AB2 • WILL CHANGE?
16. AB2 • BUNGA LOTUS
17. AB2 • DIFFERENT
18. AB2 • SEMUA ORANG LICIK
19. AB2 • LOVELY?
20. AB2 • NOTHING
21. AB2 • ALGER MERINDUKAN ANGELNYA
22. AB2 • KETULUSAN?
23. AB2 • MISUNDERSTANDING
24. AB2 • TENTANG KEHILANGAN
26. AB2 • SEBUAH RASA
27. AB2 • WHO IS IT, THEN?
28. AB2 • KESEMPATAN
29. AB2 • KERTAS LUSUH
30. AB2 • ISAK LUKA
WE BACK

25. AB2 • ANOTHER PERSON

16.5K 1.2K 1.1K
By Mejikubillu

AURORA BOREALIS 2|BAGIAN 25

“Ini tentang manusia yang hanya bisa menduga dan menerka, tentang manusia yang hanya bisa berbicara tanpa tau faktanya dan tentang manusia yang hidup penuh dengan rahasia”

****

Lorong SMA Pangeran bak red carpet bagi kelima inti Kingston. Sepanjang jalan mereka penuh dengan deretan siswi dari junior sampai senior yang masih mengagumi dan mengidolakan mereka.

Di pimpin oleh Borealis di bagian depan, sisi kanan dan kirinya ada Sean dan juga Alister. Sedangkan di bagian belakang ada Ganendra dan George yang masih dengan kesibukannya yaitu bercuit pada siswi di sekitarnya.

Kingston.

Tak pernah lepas dari tatapan memuja dari para murid SMA Pangeran, tak hanya siswi bahkan tak sedikit siswa yang hanya bisa mengidolakan mereka, karena tidak bisa bergabung dengan Kingston. Bukan tidak bisa, hanya saja untuk masuk menjadi anggota Kingston butuh seleksi yang tidak mudah.

Seorang perempuan berambut panjang nampak kesulitan membawa sejumlah buku. Dia Alana Putri.

"Eh sini biar gue bantu," ucap Alister sambil meraih paksa tumpukan buku yang ada ditangan Alana.

Alana yang melihat itu terkejut, bukan hanya Alana bahkan inti Kingston dan beberapa siswi terkejut dengan sikap Alister.

"Eh nggak usah," ucap Alana seraya merebut kembali buku ditangan Alister—meskipun Alister tetep menggenggamnya erat, "gue bisa sendiri."

"Cielah, manis bener lo Alisterangkat," celetuk Ganendra.

"Makanya sadarnya tuh jangan ketinggalan, jadinya gitu kan udah jauh baru di deketin," timpal George langsung mendapatkan tatapan tajam dari Alister.

Borealis dan Sean hanya tersenyum seraya menggeleng-geleng kepalanya.

"Udah-udah, kita duluan Al." ucap Borealis berjalan diikuti Sean, Ganendra dan George.

"Gue dukung sikap Alana dah, biar si Alisterangkat tuh kena karma, dulu aja pas dikejar-kejar sama si Alana, Alister sama sekali nggak respon. Eh sekarang malah terbalik," ucap Ganendra.

"Jahat lo Gan, sama temen gitu amat. Lagi usaha nih si Alister," celetuk George.

"Ya bukan gitu Jor, gue kan cuma ngomong doang."

"Lah emang lo tadinya mau ngapain? Koprol depan gue?"

Ganendra melipat kedua tangannya di depan dada seraya memalingkan wajahnya ke arah lain, "ah tau ah kesel gue ngomong sama lo."

George menoyor kepala Ganendra, "lagak lo kayak cewek ngambek nggak di beliin seblak."

Sean yang sedari tadi mengamati sekitarnya, tiba-tiba saja terhenti pada visual seorang perempuan yang sedang berjalan terburu-buru.

"Kalian duluan aja, gue mau ke kamar mandi," ucap Sean seraya berjalan pergi.

"Aelah Sean mah kebiasaan bener kalo sampai di sekolah itu ke kamar mandi," celetuk George.

"Beser kali Jor," timpal Ganendra.

Borealis hanya menatap punggung Sean yang mulai menjauh, mau kemana dia?

Meskipun terburu-buru Sean tetap berjalan se santai mungkin, langkah kakinya yang panjang membuatnya tidak perlu berlari. Sampai tiba di toilet siswi di pojok belakang, Sean memutuskan untuk bersembunyi di dinding.

"Leon ketangkap polisi, ini semua karena Theodoric sama Aurora," ucap perempuan itu dengan seseorang di sebrang telfonnya.

Deg!

Sean tertegun mendengarnya. Cowok itu mendekatkan telinganya ke dinding, untuk mendengarkan apalagi yang di bicarakan perempuan itu.

"Pasti Leon bilang kalo bukan dia pelaku hilangnya Edeline."

"Kenapa jadi rumit gini sih?! Leon sialan, kenapa bisa dia hancur kayak gini. Padahal dia tameng kita satu-satunya."

Sean menyernyit, jadi sebenarnya Edeline itu dimana? Siapa yang culik dan sembunyiin dia? Dan kenapa dia bilang kalo Leon tameng mereka? Ada berapa orang yang terlibat dalam penculikan Edeline sebenarnya?

Sean mengacak rambutnya dengan geram.

Dag!

Brak!

Cowok itu menendang pot bunga yang ada di sisi kanannya. Sebelum akhirnya cowok itu sadar bahwa dia sedang menguping. Bergegas dia berlari pergi sebelum ada yang memergokinya.

Sean meraih ponsel di saku celana abu-abunya.

Sean : pulang sekolah di rooftop!

Cowok itu mengirim kan pesan siaran ke beberapa orang di kontak ponselnya.

🌈🌠

Rooftop SMA Pangeran.

Kelima inti Kingston tengah berkumpul disana. Dengan Alister, George dan Ganendra yang duduk di sofa, sedangkan Borealis dan Sean sedang menyandarkan punggungnya di pembatas rooftop.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi 10 menit yang lalu.

"Nih kalo Pak Yudhistira tau pasti bakal di giring ke BK kita," ucap Ganendra sambil memakan batagor yang tadi dia beli di kantin.

"Udah males Pak Yudhistira ngurus kita," timpal George.

"Lo sebenarnya mau ngomong apa sih? Udah dari tadi kumpul nggak ngomong apa-apa," ucap Alister.

"Iya Sean, ada apa sih?" tanya Borealis.

"Ntar dulu, kita masih nunggu orang," jawab Sean.

Keempatnya menyernyit, "lah kita udah lengkap lo perasaan, apa lo diam-diam nambah inti Kingston?" celetuk Ganendra.

Belum sempat direspon oleh Sean, empat orang perempuan menaiki tangga penghubung rooftop. Mereka adalah Aurora, Alana, Jelita dan Sandra.

"Ngapain lo ajak mereka?" heran Borealis.

"Ada apa sih sampai lo ngajak kita kumpul juga?" tanya Aurora.

Alister sempat curi pandang sebentar dengan Alana yang duduk di hadapannya. Membuat perempuan itu sedikit canggung.

Stay calm Alana, batin Alana.

"Udah semua? Atau masih ada yang lo tunggu lagi?" tanya Borealis.

"Udah kok," jawab Sean, "ini soal Edeline."

Semua menatap serius pada Sean.

"Edeline udah ketemu?" tanya Jelita.

"Terus dimana dia sekarang?" tanya Sandra.

"Weh, sabar atuh neng. Kayak reporter aja," celetuk Ganendra.

"Ini soal Edeline Gan, sahabat kita," ketus Sandra.

Garis wajah Aurora mengendur seketika dan hal itu di sadari oleh Borealis yang berdiri satu meter disisinya.

Lagi dan lagi gue begitu iri sama lo Edeline, batin Aurora.

Please Ra, jangan sedih. Semua bakal baik-baik aja setelah ini, gue ada untuk lo, tapi untuk saat ini Edeline butuh kita, batin Borealis.

"Udah-udah jangan pada ribut, gue mau kasih tau sesuatu yang penting disini," ucap Sean.

Semua menunggu kelanjutan kalimat Sean.

"Tadi gue denger ada yang telfon, kalo Leon tetep ada kaitannya sama penculikan Edeline, dia pake orang lain untuk sembunyiin Edeline," jelas Sean.

"Lo yakin soal ini?" tanya Borealis.

Sean mengangguk, "gue yakin, nggak mungkin seorang Leon nggak ada kaitannya sama Edeline."

"Tapi siapa orang terpercaya Leon untuk handle soal Edeline, dia nggak pernah deket sama siapapun," ucap Aurora.

"Lo tau darimana soal ini? Kenapa lo begitu yakin?" tanya Alister.

"Iya, kok lo yakin banget?" tanya Alana juga.

"Gue denger obrolan seseorang," jawab Sean.

"Siapa?" tanya Borealis.

"Seina."

"Ha?!"

Semua terbelalak mendengar jawaban Sean.

"Tadi pagi sikap dia aneh jadi gue ikutin dia dan ternyata dia telfon dan sebut-sebut soal Leon dan Edeline," ucap Sean.

"Yang tadi pagi lo bilang mau ke kamar mandi?" tanya Ganendra.

Sean mengangguk.

"Dia telfon sama siapa?" tanya Aurora.

"Gue nggak tau, yang harus kita awasi  sekarang adalah dia. Mungkin kita bisa tau dimana Edeline," ucap Sean.

"Kalo Seina ada kaitannya disini, apa mungkin Alger juga ikut campur. Secara Seina kan deket sama Alaska," celetuk Sandra.

Aurora langsung menatap tajam pada Sandra, "nggak mungkin Alger ngelakuin ini!" sarkasnya.

"Ra kita kan nggak tau, yang kita lakuin sekarang itu cuma bisa nebak," ucap Sandra.

"Tapi buat apa Alger ngelakuin ini?! Bahkan Alger benci sama Dalton, apa untungnya mereka nyulik Edeline?!"

"Aurora! Seina aja nggak kita duga bisa ada kaitannya disini, lah mungkin aja Alaska ada kaitannya kan?"

Brak!

Aurora menggebrak meja di hadapannya, "lo kalo terus-terusan kayak gini, jatuhnya lo nuduh Alger tau nggak!"

Borealis menyambar lengan Aurora dan kemudian menariknya berdiri disisinya, "jangan emosi Ra," ucapnya tenang.

"Gue nggak bakal emosi kalo Sandra nggak nuduh Alger kayak gitu."

"Gue cuma nebak ya, bukan nuduh."

Ganendra yang ada di sebelah Sandra merangkul tubuhnya dengan sebelah tangan—menenangkannya, sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan,"udah San."

"Lo tanya sama sahabat lo itu yang pernah punya hubungan sama anggota Alger, gimana sifat Alger itu," sarkas Aurora.

"Ra udah, kita kan punya pemikiran masing-masing. Jadi jangan emosi gitu," tenang Borealis seraya mengusap lengan Aurora.

Sean menatap Aurora dan Borealis yang ada di sebelahnya,

Kalian itu belum sadar, bahwa semesta menciptakan kalian untuk saling melengkapi. Aurora berarti buat Borealis, begitupun Borealis yang berarti buat Aurora. Tenang Ra, gue akan mendukung kebahagiaan lo, akan gue perjuangkan Edeline demi lo, cuma butuh waktu aja, senyum tipis terukir di wajah Sean.

"Lebih baik, nanti malem kita kumpul di rumah gue, kita bahas soal ini. Apa yang bakal kita lakuin," ucap Sean.

"Bokap nyokap lo?" tanya Borealis.

"Mereka ada di luar negeri." jawab Sean.

"Asik! Akhirnya bisa main ke rumah Sean," girang George.

"Jijik lo George kayak bocah yang mau main perosotan aja," ucap Alister sambil menoyor kepala George.

Matahari mulai terbenam. Sinar kejinggaan mulai terlihat. Aurora dan Borealis masih tetap di rooftop, padahal yang lain sudah pulang sejak tadi.

"Nggak usah dipikirin soal tadi," ucap Borealis.

Aurora terdiam. Surai panjangnya menyapu pipi putihnya yang diterpa angin.

"Gue cuma kepikiran aja, apa mungkin Alaska ada kaitannya sama hilangnya Edeline?"

"Jangan mikir yang nggak-nggak sebelum kita tau kebenarannya Ra."

Aurora menoleh pada Borealis, begitupun Borealis, "kalo Alaska ada kaitannya, apa lo bakal marah sama gue?"

"Kenapa harus marahnya sama lo?"

"Karena gue nggak akan bisa benci sama Alger."

Borealis tidak menjawab, cowok itu memilih merengkuh Aurora. Mengusap surai panjang perempuan itu.

Gue harap nggak nggak akan terjadi Ra, karena gue nggak akan bisa memilih antara lo atau Kingston.

Borealis di hadapkan dengan orang-orang tersayangnya, dia tidak akan bisa memilih salah satu diantaranya. Dia tidak akan sanggup jika harus kehilangan salah satunya.

Begitupun Aurora, dia tidak akan bisa membenci orang yang sudah berjasa dalam hidupnya, dan jikapun itu terjadi, maka Aurora akan lebih memilih menjauh dari segalanya.


Continue Reading

You'll Also Like

20.4K 1.6K 30
menceritakan regie yang menyukai seorang ketos di sekolah nya,dan cinta yang bertepuk sebelah tangan karena ketos yang ia sukai menyukai orang lain y...
2.6M 260K 64
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Tersedia di Gramedia + Part Lengkap✔️ 17+ Terbit di @reneluvbooks dan sudah tersedia di Gramedia seluruh Indonesia. *** Al...
14.7K 2.5K 59
Awal yang buruk menjadi bagian dari ujian hidup yang begitu berat ia rasakan. Dervin yang dibesarkan disebuah keluarga yang tak sehat, hal itu tak me...
2.4M 146K 107
[COMPLETED] #1 in Teenfiction (04/12/18) #2 SMA Cover by @ilustrasiindong ⚠Belum direvisi Rayyan Alatas. Cowok galak dan cuek itu harus memecahkan ka...