Space

By RheannaMaze

1K 371 497

Ini kisah tentang long distance relationship yang paling berat. Ini bukan tentang dua sejoli yang menjalin hu... More

Prolog
1) Sial, Kepleset!
2) Zacky Yang Malang
3) A Story in A Cafe
4) Dihukum Berdua
5) Hadiah dari Bagas
6) Countdown to The Tournament
8) Triple Evil Z
9) Ball as Trouble Maker
10) Ada Apa dengan Gwen?
11) Between Us
12) Kang Ojek
13) Reason to Smile
14) D-Day
15) Cokelat
16) Toleransi
17) Gusion & Lesley
18) Roti Es Krim
19) Brittany

7) Jealous?

50 16 26
By RheannaMaze

SPACE





Gwen meneguk air mineral sampai tandas. Latihan hari ini membuatnya sedikit lelah, tapi selebihnya senang karena Gwen memang sangat suka menjadi tim Cheers. Kini Gwen sedang duduk di pinggir lapangan, meskipun panas tapi Gwen enggan untuk berpindah tempat.

Gwen yang sedang menunggu Keira sambil bermain ponsel mendongak kala ada bayangan yang melindunginya dari panas. Wajahnya terlihat bersinar walau terkena cahaya matahari.

"Zacky?" Gwen lantas berdiri sambil mengambil bekas botol air mineral.

"Ngapain lo di sini?" tanya Gwen sambil memicingkan matanya karena melihat wajah Zacky yang terlihat bersinar di bawah teriknya matahari.

"Lo pake skincare apa gimana? Muka lo kinclong amat," tanya Gwen.

Zacky mendengus. "Sembarangan lo kalo ngomong! Calon imam yang baik kayak gini, nih," jawab Zacky menyeringai sambil merapihkan rambutnya yang basah, seperti habis wudhu.

"Idih, jan ngadi-ngadi deh lo! Lo aja masih banyak dosa." Gwen menimpuk kepala Zacky dengan bekas botol air mineral lalu ia segera berlari menjauh untuk membuang botolnya ke tempat sampah. Belum sempat Zacky menyemprot Gwen, tiba-tiba Sora datang menghampiri Zacky.

Gwen lalu berbalik badan, ia melihat Zacky sedang mengobrol dengan Sora. Alis Gwen terangkat melihat Zacky tersenyum ketika mengobrol dengan Sora, tampaknya Sora pun ikut tersenyum. Padahal Zacky saja jarang tersenyum ketika mengobrol dengan Gwen, malah Zacky membuat Gwen emosi melulu.

Lagi pada ngobrolin apa, sih? batin Gwen.

Keira yang baru datang dari toilet mengikuti arah pandang Gwen, tangannya terlipat di depan dada.

"Kenapa lo? Cemburu?" tanya Keira diselingi senyuman mengejek.

Gwen menoleh ketika baru sadar ada Keira. "Gue? Cemburu?" Gwen menunjuk dirinya sendiri. Keira pun mengangguk dan tersenyum dengan alis terangkat.

"Bwahaha, mana mungkin seorang Gwen Felicia cemburu liat begonoan! Hello ... apa kata dunia? Dih!" Gwen melenggang pergi dari lapangan, Keira lantas mengikuti Gwen dari belakang.

"Jangan ngelak deh lo, Gwen. Entar lo yang suka, gue sukurin lo! Bwahaha."

Gwen balik badan lalu berkata, "Gue nggak bakal ngajak lo lagi ikut latihan, biar lo gak liat Revan latihan basket!"

Gwen mengancam dengan sedikit kesal. Sudah jelas ketika Gwen latihan di saat jam pelajaran atau pun saat pulang sekolah pasti mengajak Keira. Tentu Keira kadang dicegat oleh guru karena bukan tim Cheers. Tapi Gwenlah yang menolongnya agar tetap ikut melihat latihan anak basket bersama tim Cheers.

"Apaan, nih, bawa-bawa nama gue?"

Gwen berbalik badan dan Keira tampak syok ketika Revan tiba-tiba datang bersama temannya, Alveno.

"Hah? Kuping lo bermasalah kali. Siapa juga yang nyebut-nyebut nama lo?" ucap Gwen dengan tangan yang terlipat di depan dada.

Revan mendekat ke arah Gwen dengan tatapan mengintimidasi. Ia terus mendekat hingga Gwen mundur beberapa langkah. Gaya Revan yang terlihat seperti bad boy saat ini jelas membuat nyali Gwen sedikit ciut. Iya, sangat sedikit. Tapi bukan Gwen namanya kalau takut ke orang.

"Ngapain, sih, lo deket-deket gue? Hush! Hush!" Gwen mengibas-ngibas mengusir Revan.

Revan memiringkan kepalanya lalu berkata, "Awas aja lo sampe ghibahin gue yang nggak-nggak!"

"Gila lu! Pede gile!" Gwen memutar kedua bola matanya malas.

Baru saja tadi mereka berdua kompak saat latihan, tapi kini mulai berdebat lagi.

Revan masih menatap Gwen dengan tatapan mengintimidasi. Gwen pun balas menatapnya dengan tatapan sengit sesekali ia melotot. Sampai akhirnya Revan sadar ada Keira di belakang Gwen. Ia beralih menatap Keira.

"Kei, tolong bilangin adek lo, ya. Adek gue datengnya malem," ucap Revan. Ia merubah mimik wajahnya menjadi lebih bersahabat.

Keira terkesiap lalu berkata, "Ah, iya-iya. Entar gue bilangin." Keira tersenyum tipis, hatinya berdesir.

"Udahlah, lagi males gue debat sama lo." Revan melenggang melewati Gwen dan Keira. Disusul Alveno yang sejak tadi hanya diam menyimak.

"Gue juga ogah, kalii!" balas Gwen tak santai.

"Apa lo patung berjalan?!" tandas Gwen ketika Alveno melewatinya sambil melirik tajam ke Gwen. Ya, memang pada dasarnya mata Alveno tajam, menusuk lawan bicaranya.

Di satu tempat Zacky masih di lapangan setelah berbincang sedikit dengan Sora. Ia memperhatikan perdebatan kecil itu di koridor.

"Dasar Singa betina! Cepet tua baru tau rasa dah lo. Marah-marah mulu," gumam Zacky lalu memutuskan untuk segera pulang.


🍀🍀🍀


Sekolah sudah sepi karena memang ini sudah lewat jam pulang sekolah. Verissa melangkah di sepanjang koridor kelas Bahasa sendirian. Angin sore seakan meniup tengkuknya.

Ia berhenti sejenak lalu melongok ke bawah, di lapangan benar-benar sepi. Kelas Bahasa yang bertepatan di lantai 3 membuat Verissa kadang mengeluh. Harus berjalan sendirian ketika ia pulang telat untuk menyusun pengumuman di mading karena ia ikut ekskul Jurnalistik.

Langkahnya pelan sambil membawa beberapa map yang ia peluk sebagai penghangat agar ia tidak takut.

Sepatu pantofel yang ia kenakan berbunyi nyaring setiap ia melangkah.

"Aduh gue males banget, deh, keadaan kayak gini," gumam Verissa.

Namun, tiba-tiba Verissa merasakan ada seseorang yang mengikutinya. Ia berhenti sejenak untuk menarik napas lalu mengembuskannya. Ia berbalik badan lalu dengan cepat mengangkat map itu untuk memukul sesuatu yang ada di belakangnya.

"Aduh-aduh!" Cowok itu meringis.

Verissa memukul kepala cowok itu tanpa ampun karena Verissa takut ada yang macam-macam dengannya.

Gerakannya terhenti saat tangannya dicekal oleh cowok itu. Mata mereka bertemu sedetik tapi membuat hati Verissa tergelitik. Verissa meringis saat tatapan itu ternyata tatapan tajam bak elang yang siap menerkam mangsanya.

"Setan cogan? Eh, si temennya Kak Revan maksudnya, hehe," ucap Verissa salah tingkah karena merasa bersalah sudah memukul Alveno dengan map.

Alveno melepaskan tangan Verissa. Ia melangkah meninggalkan Verissa sendirian.

"Eh, maaf, Kak Veno!" teriak Verissa membuat Alveno berhenti.

"Ok," ucapnya singkat tanpa berbalik badan, lalu melangkah lagi memasuki ruang musik.

Verissa mendesis kesal karena hanya dijawab singkat.

"Bwahaha, emang enak lo dicuekin!" ucap Revan tiba-tiba muncul di samping Verissa.

"Eh, Kak Revan! Kok lo tiba-tiba ada di sini?" tanya Verissa.

"Gue sama Veno habis dari rooftop. Terus dia turun duluan. Ya udah, deh, gue ngikutin di belakangnya," jawab Revan sambil melipat seragamnya di bagian tangan.

"Huft ... Gue kira di sekolah udah nggak ada orang sama sekali."

"BTW, lo habis ngerokok yah di rooftop?" lanjut Verissa.

"Ya kagak lah! Gue cari angin," jawab Revan.

Verissa memicingkan matanya sedikit curiga.

"Tante Seli ... Nih, Kak Revan macem-macem di sekolah!" teriak Verissa dengan suaranya yang cempreng dan keras bak toa.

"Woi, nggak usah teriak-teriak juga kali! Emang ini rumah gue?"

"Gue memberi contoh! Nanti gue bakal ngomong gitu, ah." Verissa melenggang pergi sambil cekikikan melihat wajah Revan yang kesal.

"Wah, lo mulai songong ketularan temen lo itu, ya! Orang gue nggak ngapa-ngapain juga!"

Verissa berbalik badan lalu menjulurkan lidahnya meledek Revan. Memang sudah biasa Revan menjadi bahan ejekan Verissa ketika di rumah karena, ya, namanya juga tetanggaan.


🍀🍀🍀


Gwen dengan santai menaikkan satu kakinya ke atas bangku yang berada di teras rumah Keira. Gwen sedang ingin menginap di rumah Keira. Mumpung besok hari Sabtu. Libur.

Dengan mulut yang mengunyah snack, alisnya bertaut saat melihat Zacky, Revan, dan adiknya Revan turun dari mobil tepat di depan gerbang rumah Keira.

"Itu Si Curut ngapain ke sini?" gumam Gwen. Ia bangkit dari duduknya lalu menghadang 3 orang itu.

"Ngapain lo, Zack, ke sini?"

"Ini lagi Si Kakak Kelas, ngapain lo?"

"Emang ini rumah punya lo?" ucap Zacky.

"Minggir! Adek gue mau masuk." Adiknya Revan berlari menghampiri adiknya Keira.

"Ada apa, nih, rame-rame?" tanya Keira.

Gwen melipat tangannya di depan dada, tatapannya meneliti 2 orang itu.

"Nggak usah liatin gue juga kali, Gwen," ucap Zacky.

"Idih, gue ini lagi curiga sama kalian. Terlebih lo!" Gwen menunjuk Zacky dengan telunjuknya di depan wajah cowok itu.

"Gue tadi ketemu Revan di halte. Kebetulan gue mau ke rumah sakit. Umi gue sakit," jelas Zacky dengan tenang.

"Dengerin noh! Marah-marah mulu, sih. Lagian apa urusannya sama lo, hah?!" tanya Revan. Ia jadi suka ngegas ke Gwen karena dulu Gwen menabrak Revan di koridor.

"Ya gue nanyalah! Kenyamanan gue di sini jadi terganggu gara-gara ada lo berdua tau nggak?!"

"Yang punya rumah aja tetep santuy. Kok lo yang ngegas?! Habis beli bensin apa gimana? Jadi ngegasan mulu," balas Revan menyebalkan di mata Gwen.

Beuh ... Gwen merasa seperti banyak sekali manusia-manusia yang membuatnya darah tinggi.

"Udah lah, Gwen. Mereka cuma mampir ini," ucap Keira menenangkan Gwen yang sudah merah mukanya karena menahan emosi.

"Udah sono lu pada pergi. Urus aja sono Si Sora!" usir Gwen.

"Kok jadi Sora?" tanya mereka bertiga berbarengan.

Gwen terkesiap dengan omongannya sendiri.

Eh, kok, gue jadi ngomong gitu, yah? Ada apa, sih, ini sama otak gue? batin Gwen sambil memukul pelan kepalanya.

🍀🍀🍀





"Kalau bukan otaknya yang eror, tapi hatinya yang ada sesuatu gimana?" tanya Author.

"Udah lah, Thor. Berisik! Lanjut aja lanjutttt!" ucap Gwen ngegas.

Dih, emak sendiri diomelin. Emang dah ni anak.

Penasaran?

Ya harus dong pastinya, ye kan?!

Lanjut dong, ke part selanjutnya. Swipe up!

Vote dan komennya dulu dong, yuhuu.

Salam manis,
All Authors.

Continue Reading

You'll Also Like

3.7M 176K 65
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
494K 5.9K 22
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5M 287K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.2M 65.7K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...