KALE [END]

SiskaWdr10

47.7K 3.1K 365

[Series stories F.1 familly] ⚠️Bisa dibaca terpisah⚠️ Tamat☑️ [Start: 19:07:20] [Finish: 26:11:20] Luka ter... Еще

01.Tersayang
02.Lingkungan Kale
03.Stempel pemilik
04.Kejadian silam
05.Si datar candu
07.Karangan Salsabila
08.The power of love
09.Kale keliru
10.Putri hujan
11.Bule peduli
12.Gugur
13.Pelukan hangat
14.Bundadari
15.Ancaman
16.Psycho
17.Sebuah rasa
18.Tersangka
19.Celah keuntungan
20.Duri manis
21.Momen
22.Cinta ke benci
23.Bekas luka
24.fired
25.Puncak masalah
26.Kacung
27.Tupperware
28.Wanke
29.Sekolah robot
30.Tumbuh
31.Pecah
32.Macan tidur
33.Bertahan
34.Sampah
35.first kiss
36.Air dan minyak
37.Jealous
38.Mabuk
39.Alasan
40.Over posesif
41.Marah besar
42.Badut
43.Omes
44.Hampa
45.Mainan
46.Roti dan susu
47.Jawaban
48.New thing
49.No LGBT
50.Story night
51.Program Gapara
52.Labil
53.Tugas
54.Taktik
55.Bertingkah again
56.Perangkap
57.Kesibukan
58.Permintaan
59.Tidak baik
60.Menjauh
61.Kado
62.Lolipop
63.Terbongkar
64.Double kill
65.Berakhir
66.Terbiasa sepi
67.Selamat lulus
68.About Tapasya
69.Kebenaran
70.Pada akhirnya
71.Milik ku [END]
hiii

06.Dua hama

755 60 4
SiskaWdr10

Salsabila terus saja modus pada Kale dengan alibi akan membicarakan beragam jenis kamera, bahkan saat jam istirahat saja gadis itu memakan jajanannya di sebelah Kale ditempat yang biasa.

"Wa, Najwa sama adik kelas yang gue kenalin kemarin cakepan mana?" tanya Epot yang duduk di sebelah Jawa sambil memakan somay.

"Najwa." Jawa menjawab cepat.

"Mau-mauan lo nyuruh Jawa move-on udah tau dia mah tolol," cetus Bule. "Cewek begitu masih aja diperjuangin."

Epot tertawa. "Usaha le, gini-gini gue peduli sama Jawa."

Masa bodo, Jawa yang tengah memakan mie goreng tidak mau ambil pusing. Sudah banyak gadis yang teman-temannya comblang kan pada Jawa tapi dasarnya anak itu bucintol (budak cinta tolol) susah.

"Lo nggak akan ngerti apa lagi si Bule, dia kan nggak pernah serius suka sama orang," Jawa menyeletuk.

"Bacot dih? gue nunggu anak lo lahir, baru gue nikahin," balas Bule. Epot bergidig geli.

"Selera lo kenapa aneh-aneh si anjing?!" kesal Epot. Kale yang samar-samar mendengarkan obrolan tersebut tersenyum tipis, senyum yang membuat Salsabila di depannya merasa senang.

Salsabila basa-basi membuka obrolan. Ketiga temannya sudah tahu bahwa Salsabila juga tidak jauh berbeda dengan kumpulan gadis penggemar Kale, caranya saja yang beda. Intinya Salsabila menyukai Kale.

Bosan suasana hanya seperti ini-ini saja Epot memilih mengundang si Meri, laki-laki lekong yang pintar meramal jika dikasih kopi hitam.

Dengan gaya ala-ala ngondek laki-laki berbadan tambun itu menyilang kan kaki secara anggun, menyesap kopi yang Epot beli dari kantin. "Siapa ni yang mau e-keu ramal?"

"GUE LAH!" Epot mengacung tangan lebih dulu.

Mata Meri terpejam dengan mulut komat-kamit. "Jodoh lo cewek, manis."

Wajah Epot sudah sumringah. "Suka nongkrong di jembatan," lanjut Meri.

Semua tertawa. "Yeuh, si manis jembatan Ancol?" sungut Epot. "Dari kemarin rasaan jodoh gue dari alam gaib mulu."

"Lah nggak salah, sesama berasal dari alam ghaib terima aja si," kata Bule yang tengah meminum granita. Semua kembali tertawa termasuk Kale yang sedari tadi hanya mengangguk dan berdehem saat Salsabila mengajak berbicara.

Jawa tidak pernah mau diramal sebab ia yakin akan berjodoh dengan Najwa.

🐟🐟🐟

Rencananya hari ini sepulang sekolah Kale dan Salsabila akan mengambil foto bertemakan alam, di sekitar bukit Bogor.

Tapi sebelum meluncur ke sana Kale mengajak Salsabila ke warung mang Dadung sebab sepulang sekolah Kale memang harus bertemu Anya disana. Menggunkan mobil sedan Salsabila keduanya pesat meluncur. Dalam hati Salsabila sudah senang akan di ajak kesuatu tempat.

Rasa senangnya langsung pupus saat Kale bergegas turun dari mobil dan mengecup puncuk kepala Anya. "Salsabila, temen ku," kata Kale memperkenalkan dengan wajah datar.

Dengan senyum ramah Anya menyodorkan tangan. "Anya." Tentu dengan senyum terpaksa Salsabila membalas. Anya sama sekali tidak cemburu, ia tahu Kale tidak akan tega untuk berselingkuh dengan gadis lain.

Sial, pada akhirnya Salsabila hanya jadi nyamuk diantara kedua sejoli itu. Kale terlihat lebih banyak buka suara saat di depan Anya atau bahkan tersenyum, hal itu membuat dirinya terbakar api cemburu.

"Hati-hati, semoga dapet gambar yang memuaskan!" kata Anya saat Kale berpamitan, sudah izin untuk pergi dengan Salsabila.

Bibir Salsabila tersenyum kikuk dan mengangguk. "Nanti kalau udah pulang aku langsung kabarin kamu," balas Kale. Anya mengangguk dengan senyuman simpul.

Jujur saja perasaan senang Salsabila di awal dengan sekarang berubah hanya karena melihat Kale begitu berprilaku hangat pada Anya seolah tidak ada celah untuk menikung.

🐟🐟🐟

Sifa puas sekali sepertinya melihat wajah masam Anya yang buku PR-nya tertinggal padahal sudah ia isi dibantu Kale.

"Aduh hasil kerja keras pacar gue nggak dinilai dah," cetus Sifa.

"Pacar-pacar, diem deh cepot," semprot Anya galak.

Sifa terkekeh. "Udah tulis ulang aja."

"Iya ni otw beli pulpen, gue tau ini kelas nggak ada yang bisa dipinjimin pulpen," jawab Anya sambil ogah-ogahan berdiri menuju koperasi sekolah.

Memang dasar apes, kenapa pula ia lupa bawa stok pulpen dari rumah.

Mata Anya memecing saat melihat Kevin tengah mengepel asal lantai kamar mandi, ia bergegas untuk mencontohkan yang benar. Kevin sepertinya senang sekali dihukum, hampir tiap hari kena hukum.

"Eh jingga?" Kevin agak terkejut saat gadis di depannya ini tiba-tiba menarik pelan.

"Kalau teratur bersihnya cepet," balas Anya. Dia tidak maksud apapun selain niat baik, karena selama ini Kevin juga baik padanya.

Bibir Kevin mengulum senyum tipis. "Nomer yang lo kasih kemarin nomer sedot WC jingga."

Anya terdiam beberapa saat dan tertawa. "Maaf ya, disuruh Kale."

Rasa kesal Kevin luntur dengan mudah saat melihat cara Anya tertawa yang terkesan manis, ah Anya memang selalu manis bagi Kevin. "Boleh minta yang bener----"

Bel berbunyi.

"PR ANYA!" Anya langsung berlari misuh-misuh meninggalkan Kevin.

"YANG TIDAK MENGERJAKAN ATAU PURA-PURA TIDAK BAWA MAJU KE DEPAN!" Ibu guru kimia itu berseru kencang di depan kelas.

Anya mulai panas dingin. "Lagian lo beli pulpen dimana anjir?" bisik Sifa. Anya menghembuskan nafas gusar sebelum akhirnya berjalan ke depan.

"PR saya tertinggal di rumah bu---"

"ALASAN!" sekat Ibu galak. Beliau memang guru yang terkenal killer di Alberto.

"Anya nggak bohong Bu," suara Kevin yang berdiri di ambang pintu kelas membuat semua perhatian tertuju padanya. "Kemarin kita ngerjain tugas sama-sama dan buku Anya nggak sengaja ketinggalan di rumah saya, saya malem niat bawa tapi lupa. Ini murni salah saya Bu."

Bola mata Sifa berputar jengah, ia tahu Kevin hanya mengarang demi menyelamatkan Anya yang kini membelalak mendengarkan kebohongan Kevin.

Ibu berdecih tidak percaya pada penjelasan si biang kerok Kevin. "TIDAK UDAH BERBUAL DEMI JADI PAHLAWAN KESIANGAN, ANYA TETAP IBU HUKUM!

Kevin menegakan cara berdirinya. "SAYA IKUT DIHUKUM!"

Di bawah terik matahari keduanya di hukum hormat bendera. Entah mungkin hanya perasaan Anya saja Kevin tiba-tiba berubah dingin, tidak membuka obrolan sama sekali. Apa ia marah pada Anya? wajah Anya menoleh menatap muka Kevin dari pinggir, keringat membanjiri pelipisnya.

"Kevin marah sama Anya?" tidak ada jawaban, menoleh saja tidak. "Anya minta maaf----"

"Nggak usah," potong Kevin ketus dengan masih fokus hormat ke tiang bendera.

Anya menghela nafas akan jawaban yang terdengar begitu lugas. Kevin menatap wajah Anya. "Jingga kalau lo dihukum sendirian gunanya ucapan sayang dari mulut gue apa? modus? nggak lah, gue bukan cowo yang cuma gede bacot tanpa perjuangan, lagian cuma dijemur," balas Kevin terdengar santai.

Ucapan Kevin membuat Anya terdiam, ia tidak paham mengapa bisa laki-laki disebelahnya ini nekat jatuh cinta pada Anya yang jelas-jelas sudah dimiliki Kale. Satu jam berlalu, tidak ada percakapan. Terasa aneh karna biasanya jika di dekat Anya Kevin selalu saja mengoceh. Anya kembali menoleh kesamping, sedikit menenggakan kepala karena tinggi mereka jauh.

Bibir Kevin terlihat pucat pasi dengan mata yang mulai sayu. "Eh Kevin sakit?" Kevin menoleh, baru saja hendak menggeleng ia sudah ambruk.

Kata para anak PMR Kevin hanya kecapean dan belum sarapan, Anya mengangguk maklum, mengucap terima kasih.

Setengah jam berlalu, Kevin siuman dan tersadar. Anya yang setia menunggu bernafas lega. "Jingga ada yang mau gue omongin."

🐟🐟🐟

Anya terus mondar-mandir tidak jelas di kamarnya, ucapan Kevin di UKS benar-benar mengganggu pikirannya. Sampai ia lupa bahwa dari tadi ponselnya berdering, ada beberapa pesan juga dari Kale yang sedari sore tidak mendapatkan kabar.

Tersadar Anya langsung menepak-nepak kepalanya sendiri. Bodoh telah mengabaikan Kale.

Jari-jari Anya dengan gesit membalas, sayang WhatsAppnya Kale tidak aktif, telpon seluler juga tidak diangkat. Mulai panik.

"Mama sama Ayah nggak mau nitip martabak telor atau apa gitu?" tanya Anya saat dirinya diizinkan ke rumah Kale diantar supir pribadi.

Senja -Mama anya- menggeleng begitupun Elang yang merupakan kepala keluarga. "Kamu pulangnya jangan kemaleman, titip salam buat Ayah dan Bundanya Kale," kata Elang dengan suara berat.

Anya mengangguk sambil mencium tangan kedua orang tuanya. Perihal Ayah Anya dan kedua orang tua Kale dulu saat masa kuliah di ITB bersahabat dekat, tidak disangka jika anak mereka akan menjalin kasih. Tentu restu sudah di dapat dari kedua belah pihak.

Risa bilang Kale tengah berada di tempat gym biasa, untuk memiliki tubuh sehat dengan perut enam kotak Kale memang harus rajin meluangkan waktu untuk nge-gym.

"Makasih pak, bapak pulang aja nanti Anya pulang sama Kale," kata Anya saat sudah sampai di tempat Kale berada. Supir pribadi Anya tadinya ragu-ragu tapi Anya meyakinkan sampai berhasil.

Kaki Anya melangkah kedalam, ia hanya memakai celana bahan panjang warna hitam dengan kaos putih polos over size dan rambut panjang yang dicempol asal, bagaimana pun ia memang sudah cantik dari lahir. Anya tadi betulan memilih asal bajunya, yang ia pikirkan hanya ingin cepat-cepat bertemu Kale. Untuk meminta maaf karena telah mengabaikan dan----memberitahu apa yang Kevin bilang? maybe.

Susah payah Anya menelan saliva saat melihat Kale tengah menegak air di aqua tanpa mengenakan pakaian, tubuhnya benar-benar gagah, putih bersih dan berkeringat. "Kale!"

Yang dipanggil jelas terkejut. "Nya?"

Anya mengatur nafas sambil berucap, "maaf ya tadi---"

Belum sempat ucapannya sempurna lengan Anya sudah Kale tarik dibawa ke mobil, dengan tatapan teduh laki-laki berwajah datar itu memakaikan Anya jaket parka warna biru gelap. "Dingin, kenapa nggak bawa jaket?" tanya Kale. Selain dingin Kale juga tak mau leher putih Anya terekspos.

"Aku buru-buru! minta maaf seharian nggak ada kabar." Kale terkekeh kecil.

"Cuma itu?"

"Ya apa lagi?" Kale seolah tahu ada yang ingin Anya sampaikan. Benar, perihal Kevin. Tapi ia tiba-tiba merasa belum siap.

"Nanti kalau aku udah selesai kita pulang, ayo," ajak Kale kembali ke dalam gym.

Tatapan sengit terjadi saat Kale bertemu dengan Kevin. Ya ampun mengapa Anya harus terjebak dalam situasi macam ini.

"Hai jingga, ketemu lagi. Muka lo tetep aja putih walau tadi udah di jemur berdua sama gue," ucap Kevin diiringi seringai.

Rahang Kale mulai mengeras, pertama karna panggilan 'jingga' untuk kekasihnya dan apa? dijemur berdua?! pantas saja Anya datang seperti merasa bersalah.

Siapapun tolong bantu Anya menjitak Kevin, kenapa harus diungkit. Sengaja betul membuat Kale marah. "Kale pulang yu?" ajak Anya takut-takut. Anak Febrianto yang satu ini jika marah berhasil membuat atmosfer sekitar menegang.

"Besok kita dihukum sama-sama lagi deh jingga? muterin lapangan, kalau lo cape gue yang gendong," lanjut Kevin berucap santai. Ini bukan pertama kalinya Kevin membuat Kale terusulut emosi, sering.

Setelah lama diam Kale berdecih, tersenyum kiri. "Rendahan cara lo," ujar Kale sarkastik.

Bagi Kale Kevin tetap temannya, jadi sebisa mungkin ia menahan diri untuk tidak berkelahi tapi dasarnya Kevin culas.

Singkat namun berhasil membuat Kevin yang gampang marah langsung naik pitam. "Pulang." Tarikan Kale pada tangan Anya tertahan saat Kevin juga menarik tangan Anya.

Anya sekuat tenaga berontak. "KEVIN LEPAS!" sentak Anya penuh peringatan. Ini sudah bahaya.

Tubuh Kale kembali berhadapan dengan Kevin, tatapan setajam belati itu ia layangkan pada Kevin yang tersenyum ke arah wajah Anya. Cekalan kedua laki-laki ini sama sekali belum dilepas.

"Gue nggak akan ngelepas apa yang udah milik gue," balas Kevin berhasil membangunkan macan tidur.

********

Продолжить чтение

Вам также понравится

GLEICH (SELESAI✔) Mila Juniyanti

Подростковая литература

32.3K 4.3K 66
|UPDATE SETIAP HARI| Perhatian : Mengandung kata yang kurang pantas dan kasar. Mohon jangan ditiru, dan bijak dalam memilih bacaan. Chia membenci Kai...
ALRES ⛓️

Подростковая литература

333K 19.3K 29
❗DI JAMIN ALUR CERITA GAK AKAN KETEBAK ❗ ___________________________________________ -Antara Aku, Kamu, dan Sandiwara- Tentang Alres Anibrata, cowok...
ARGARAYA 𝑺𝒂𝒍𝒔𝒉𝒂 𝑾𝒓𝒊...

Подростковая литература

145K 21.2K 21
"Mulai hari ini, lo jadi babu gue di Sekolah!" ucap Arga dengan sorot mata menajam kepada Raya.
SAGARALUNA Syfa Acha

Подростковая литература

3.5M 180K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...