A Little Like Fate || NoRen

By mxjooaa

138K 17.3K 1.8K

Ceritanya cukup ringan (mungkin). Slow burn. Super fluffy. Some smut (later). Langsung baca aja soalnya aku g... More

01. Not Even a Smile hmph!
02. An Inch Closer
03. No More Stupid Lies
😆HAPPY NOREN DAYYY!!!😆
Dripping Wet | NoRen (18+)
05. Is It Normal?
06. Puppy L̶o̶v̶e̶
07. The Ideal Type
08. Thump! Thump!
09. The Bravery
10. The Good Kind of Thrill
11. Stay Over
12. Indirect Kiss?
13. I Want to Get Closer
14. A Special Birthday Present
15. The Observer
16. Mini Hotpack, Renjun. [ Part 1 ]
17. Mini Hotpack, Renjun. [ Part 2 ]
18. More Than Enough
19. Fück Boba
20. The So Called Date
21. I'm Serious.
22. Paboya!
23. Fucked Up
24. Take It Slow
25. Don't Go Anywhere
26. Late Night Dive
27. Better
28. Keep It as Secret
Hi!!
29. As Long As You're Happy
30. And I Choose You
hi!!
31. A Bitter Truth

04. Every Inch Counts

4.9K 709 33
By mxjooaa

Just keep taking chances
and having fun.

- Garth Brooks

***

"Sayang sekali bagian terdepan sepertinya sudah penuh," ucap Sicheng yang masih memicingkan matanya untuk mencari tempat kosong di baris terdepan bangku penonton. Tapi sayang sekali deretan terdepan memang sudah terisi semua oleh banyak sekali mahasiswi. Mau tidak mau Renjun, Kun, Sicheng, Jaemin, dan Jisung harus duduk di belakang. Renjun tidak menyangka kalau antusiasme pendukung tim basket universitas mereka sebesar ini.

"Dia terlihat sangat gugup," ucap Jisung sambil terkekeh menunjuk Chenle yang berdiri di salah satu sudut lapangan bersama peserta lain. Jaemin berdiri meneriaki nama Chenle sambil melambaikan tangannya. Saat mendapati rombongannya datang untuk mendukung, wajah Chenle seketika terlihat lebih rileks dan membalas lambaian Jaemin dengan senyum lebar.

"Ah kenapa dia sangat menggemaskan," lirih Kun sambil melambai kecil. Ia selalu memiliki soft spot untuk si anggota termuda di kumpulan mereka tersebut. Ia selalu memanjakan Chenle seperti adik kandungnya.

"Aku yakin dia akan lolos kali ini. Teknik permainannya meningkat sangat pesat," terang Jisung yang sering menemani latihan Chenle belakangan ini.

"Jeno juga bilang hampir bisa dipastikan Chenle pasti lolos," imbuh Jaemin.

"Aku harap benar begitu. Dia sudah berusaha sangat keras," ucap Kun penuh harap. Ia tahu seberapa kuat tekad Chenle untuk bergabung di tim basket universitas mereka. Ia selalu menonton video Stephen Curry setiap hari sebagai motivasinya.

Acara hari itu dibuka dengan penampilan tim pemandu sorak yang sangat enerjik. Penampilan mereka mengundang sorakan riuh dari mahasiswa yang datang hari itu. Perempuan-perempuan cantik dengan rok pendek dan pandai menari, laki-laki mana yang tidak akan tertarik?

Setelah itu adalah penampilan kecil dari beberapa anggota tim basket dan sambutan pendek dari Jeno sebagai kapten tim mereka. Saat Jeno baru saja memasuki lapangan, sorakan dari para mahasiswi yang mengambil tempat duduk di barisan paling depan terdengar lebih keras dibandingkan sorakan para mahasiswa saat penampilan tim pemandu sorak tadi. Banyak juga yang meneriaki nama Jeno berulang-ulang diikuti dengan kata-kata pujian di belakangnya.

"Woah daebak, dia sepopuler ini?"

"Dia bahkan lebih populer lagi di luar kampus. Kau akan melihatnya saat mereka ada pertandingan," terang Jaemin yang membuat Renjun hanya bisa ternganga kagum. Kalau memang seperti itu berarti tinggal menunggu waktu untuk Jeno mendapat tawaran sebagai model.

Setelah sambutan kecil dari Jeno selesai, sang pelatih berdehem dengan suara beratnya lewat microphone sebelum kemudian memberikan kata-kata sambutan untuk calon member baru timnya dan juga menerangkan peraturan audisi mereka hari itu kepada penonton. Ia telah membagi peserta menjadi beberapa tim secara random dan beberapa tim tersebut akan saling melawan. Dari sini Coach Choi dan beberapa asistennya akan mengambil penilaian pertama.

Pertandingan setiap tim berlangsung sangat seru. Kebanyakan dari mereka memang bermain cukup hebat. Saat giliran tim Chenle tiba, pertandingan berlangsung semakin sengit. Benar apa yang dikatakan Jisung, teknik permainan Chenle mengalami banyak peningkatan. Ia bermain dengan sangat bagus, Renjun dan teman-temannya yakin Chenle akan berhasil melewati audisi kali ini.

Renjun menyisir sisi lapangan yang berisi para senior member tim basket universitasnya dan akhirnya menemukan Jeno. Ia dengan wajah seriusnya tengah mengamati permainan Chenle dan tersenyum sangat lebar saat Chenle berhasil mencetak skor. Renjun pikir dia pasti sangat bangga karena dirinya hampir setiap hari dengan sabar membantu latihan Chenle. Tanpa sadar Renjun ikut tersenyum lebar melihat senyum Jeno.

"Renjun-ah, Chenle ada di sebelah sana," bisik Jaemin sambil mengubah arah wajah Renjun dengan tangannya, mengarahkannya ke tempat Chenle yang tengah berebut bola.

"Hm, aku tahu," ucap Renjun yang membuat Jaemin menatapnya usil. Renjun kembali fokus pada permainan Chenle namun beberapa saat kemudian ia tidak tahan untuk kembali melirik ke arah Jeno. Kali ini ada seorang perempuan berkostum pemandu sorak yang berdiri di sampingnya. Sesekali perempuan itu berbisik pada Jeno dan mereka tertawa bersama sebelum kemudian kembali fokus pada permainan peserta audisi. Tidak heran, dengan wajah dan karakter seperti itu ditambah lagi posisinya sebagai kapten tim basket pasti banyak yang ingin mendekatinya. Renjun sedikit merasa iri.

Permainan sengit tim Chenle berakhir seri. Banyak yang kagum dengan permainan dari beberapa member kedua tim tersebut. Salah satu yang menjadi perbincangan adalah Chenle. Kun juga terlihat sangat puas dengan permainan Chenle tadi. Ia sangat optimis dengan hasil penilaian Chenle.

"Woah jinjja tadi itu seru sekali!" ucap Sicheng sambil terus bertepuk tangan.

"Aku setuju denganmu, hyung," timpal Jisung yang juga masih bertepuk tangan dan kemudian melambai dengan sangat bersemangat saat Chenle melihat ke arah mereka.

"Jeno pasti sangat bangga. Dimana Jeno?"

"Di sana," jawab Jaemin sambil menunjukkan posisi Jeno berada pada Sicheng.

"Eyy, apa dia sedang berkencan?" gurau Sicheng saat melihat perempuan di samping Jeno menempelinya secara terang-terangan.

"Entahlah, kupikir dia menyukai orang lain," jawab Jaemin enteng sambil mengangkat bahu.

"Jeno menyukai orang lain?" Renjun mengangkat kedua alisnya, ia pikir Jeno mengencani gadis itu.

"Pft, hanya dugaanku saja."

"Bukankah itu Choi Minhee?" tanya Jisung saat berhasil mengingat nama gadis di samping Jeno.

"Kau mengenalnya?"

"Tidak, teman-teman Chenle sering membicarakannya. Dia adik Coach Choi dan juga anggota tim pemandu sorak jadi dia sangat populer."

"Ahh pantas saja. Kajja, kita jemput Chenle lalu pergi makan siang," ajak Kun sambil menggiring 'adik-adiknya' menuju tempat Chenle mengemas barang-barangnya di salah satu sudut lapangan.

Jisung berlari kecil saat ia mulai melihat Chenle di tengah kerumunan. Keduanya terlihat antusias saat membicarakan permainan Chenle tadi. Kun, Sicheng, Jaemin, dan Renjun juga memberi semangat Chenle dan meyakinkan dia pasti akan lolos di audisi kali ini.

"Apa Jeno ikut makan bersama kita?" tanya Kun pada Renjun.

"Entahlah, aku akan mencarinya sebentar," ucap Renjun yang kemudian menembus kerumunan untuk mencari Jeno di tempat yang dilihatnya tadi. Benar saja, Jeno masih berada di tempat semula bersama Minhee dan anggota tim basket yang lain. Senyum lebar mengembang di wajah Jeno saat ia melihat Renjun menghampirinya, dan tentu saja Renjun membalas senyumnya.

"Bagaimana menurutmu permainan Chenle tadi?" tanya Jeno saat Renjun sampai di depannya

"Dia bermain sangat bagus. Apa menurutmu dia akan lolos?"

"Aku yakin," Jeno mengangguk sambil terkekeh. Ia juga merasa tidak sabar menunggu pengumumannya keluar beberapa hari lagi setelah tes kedua.

"Aku dan yang lainnya akan makan bersama setelah ini, apa kau ikut?"

"Tapi kita masih ada pekerjaan setelah ini," sela Minhee yang sedari tadi masih berdiri di samping Jeno mendengarkan percakapan mereka.

"Ah, iya, kau benar. Maaf Renjun-ah, sepertinya aku harus tinggal lebih lama di sini," wajah Jeno terlihat sedikit menyesal. Kalau disuruh memilih tentu saja Jeno akan lebih memilih pergi bersama Renjun dan teman-teman mereka dibandingkan harus tinggal bersama teman-teman dari club basketnya.

"Ah, baiklah. Kalau begitu aku akan pergi," tukas Renjun yang kemudian melambai kecil lalu berbalik dan berjalan cepat kembali ke tempat Kun dan yang lain menunggunya.

"Siapa dia?" tanya Minhee, ia belum pernah melihat Jeno bersama laki-laki itu sebelumnya.

"Teman baruku," jawab Jeno sambil masih terus menatap punggung Renjun yang semakin jauh. Minhee merasa tidak puas jika Jeno berbicara tanpa menatapnya.

"Dia terlihat cute," ucapnya, berharap ini akan menarik perhatian Jeno untuk menatapnya. Ia juga ingin tahu apa Jeno akan merasa cemburu jika ia memuji laki-laki lain.

"Mhm, kau benar," jawaban Jeno benar-benar di luar ekspektasi Minhee. Jangankan cemburu, ia bahkan menyetujui ucapannya, ditambah lagi ia mengucapkan persetujuannya dengan senyum kecil sambil terus menatap teman barunya. Lihat siapa yang sekarang merasa cemburu. Minhee hanya bisa menghela nafas, rencana kecilnya malah berimbas pada dirinya sendiri. Tidak ada perubahan, perjalannya untuk meraih hati Jeno masih sangat panjang.

*
*
*

Renjun sedang membaca sebuah buku di sofa saat ponselnya berdering menampilkan panggilan video dari id Xuxi Ge, salah satu dari kakaknya yang kembar. Setelah menjawab panggilannya Renjun sangat terkejut saat mendapati wajah seekor beaggle memenuhi layar ponselnya dengan gonggongan penuh semangat. Di balik suara gonggongan anak anjing tersebut terdengar suara tawa usil dari kedua kakaknya.

"Y--yaa! Apa yang kalian lakukan?!" terkadang Renjun merasa lelah selalu menjadi korban keusilan Xuxi dan Guanheng. Mereka terlalu kompak dalam hal apapun termasuk menjahilinya. Tapi di luar itu Renjun tahu mereka berdua sangat menyayanginya.

"Kenalkan, mulai sekarang dia adalah adikmu," ucap Xuxi sambil mengangkat beaggle tersebut dan mencium kepalanya.

"Namanya Bella. Bella the beaggle," imbuh Guanheng sambil memainkan kaki kecil Bella. Sekarang mereka terlihat seperti pasangan muda yang baru saja memiliki anak.

"Ibu mengizinkan kalian mengadopsi anjing saat aku sudah pergi jauh? Yaa itu jahat sekali! Aku juga ingin bermain dengan anjing," gerutu Renjun tidak terima. Ia sudah memohon pada ibunya sejak lama bahwa ia ingin mengadopsi anjing tapi sang ibu tidak pernah mengizinkannya. Tapi sekarang tiba-tiba ibunya mengizinkan mereka?! Ini tidak adil!

"Itu karena kami merasa kesepian setelah kau pergi jadi kami mencari pengganti Junjun."

"Bella kecil dan sangat menggemaskan mirip denganmu jadi kami sepakat untuk mengadopsinya."

"Iya sangat mirip denganmu. Awalnya aku ingin memberinya nama Junjun tapi ayah melarangku," keluh Xuxi penuh sesal. Ia ingin sekali menamai anjingnya Junjun.

"Mhm. Padahal cocok sekali."

Entah mengapa Renjun merasa semakin geram mendengar ocehan kedua kakaknya. Dan melihat anjing kecil itu Renjun juga menjadi kesal. Ia juga ingin bermain dengannya!

"Kalau kalian menghubungiku hanya untuk pamer sebaiknya matikan saja, aku sedang sibuk."

"Ai! Jangan seperti itu, kita berbicara sebentar. Lihat aku mengganti warna rambutku. Apa aku terlihat lebih tampan?" tanya sambil Xuxi menyisir rambut abu-abunya dengan jemari seperti model iklan shampo.

"Untuk apa kau mengganti warna rambutmu ge?"

"Supaya orang-orang bisa membedakan kami," jawab Xuxi dengan nada 'duh'. Sementara itu Renjun semakin mengernyitkan alisnya mendengar jawaban kakaknya.

"Tanpa mengganti rambutmu pun semua orang bisa membedakan kalian. Nama kalian jauh berbeda, wajah kalian juga sama sekali tidak mirip, tinggi badan kalian juga berbeda. Satu-satunya yang mirip hanya marga dan keusilan kalian. Kadang aku sampai berpikir apa benar kalian kembar atau jangan-jangan ibu memungut salah satu dari kalian."

"Aku juga sering mencurigai Xuxi. Nafsu makannya tidak mirip ayah maupun ibu. Kalau benar salah satu dari kami anak pungut sudah jelas itu di--"

"Hey hey kau seharusnya berada di pihakku, kita kan kembar!" potong Xuxi tidak terima saat Guanheng ikut menyudutkannya.

"Sudahlah. Ai, Junjun, apa kau sama sekali tidak merindukan kami?"

"Aku sangat merindukan adik kecilku. Menggoda Bella tidak terlalu menyenangkan, dia tidak bisa marah," Xuxi memasang wajah yang sangat sedih saat mengucapkan ini.

"Kau pasti kesepian," imbuh Guanheng.

"Tidak. Aku tidak merasa kesepian sama sekali. Aku merasa senang karena bisa hidup tenang di sini tanpa ada yang mengganggu. Aku bisa menghabiskan semua camilanku sendiri, tidak ada yang diam-diam menghabiskan es krimku, tidak ada yang menyembunyikan barang-barangku, hidupku sangat bahagia," tentu saja ini sedikit bohong. Sejujurnya Renjun cukup merasa kesepian. Sejak pindah ke Seoul hidupnya hanya melulu soal belajar dan tidak seramai dulu. Kakak-kakaknya mengambil peran cukup besar untuk menyalurkan stresnya akibat terlalu lama belajar. Ia terbiasa marah dan memukuli dua orang tersebut sebagai pelampiasan stresnya.

"Bukankah kau terlalu berlebihan? Kami tidak separah itu."

"Yang sering memakan es krimmu diam-diam adalah ayah, kau tahu."

"Ya, ya, terserah kalian saja."

"Hey bagaimana kalau kita pergi bersama liburan musim panas ini. Aku juga ingin pergi ke Seoul," usul Xuxi. Ia membayangkan pergi liburan sendiri di luar negeri bersama Guanheng dan Renjun pasti sangat menyenangkan. Dan mereka tidak butuh guide selama punya Renjun.

"Aku juga! Kita bertiga bisa bermain bersama."

"Aku ingin kembali ke Jilin liburan musim panas ini," tukas Renjun seperti air dingin yang memadamkan api semangat kedua kakaknya.

"Ai! Dingin sekali!"

"Ibu akan menangis melihatmu seperti ini."

"Tsk, sudah sudah matikan saja panggilannya aku sibuk."

"Ai, Junjun kau moody sekali," keluh Xuxi melihat tingkah adiknya lebih grumpy dari biasanya. Mau bagaimana lagi, Renjun masih merasa terkhianati mengenai anjing yang baru saja mereka adopsi. Ia juga ingin mengadopsi anjing.

"Apa kau baru saja ditolak? Xuxi juga selalu moody setelah ditolak si--OW!" ucapan Guanheng membuatnya menuai sikuan cukup keras di rusuknya.

"Jangan samakan kami," Renjun memutar bola matanya namun tidak tahan untuk tersenyum. Ia masih ingat bagaimana kisah patah hati Xuxi yang pertama.

"Yaa apa kau sudah menemukannya?" Xuxi mendadak terlihat sangat antusias.

"Menemukan apa?"

"Belahan jiwamu," jawab Guanheng sambil menaik-turunkan kedua alisnya. Wajah kedua kakaknya kembali terlihat sangat usil saat ini.

"Aku datang kemari untuk belajar, ge. Dan sekali lagi kukatakan jangan samakan aku dengan kalian."

"Pft! Ai, baiklah kita pergi sekarang. Renjun sedang moody."

"Renjun sedang patah hati."

"Yaa! Sudah kukatakan itu tidak benar!"

"Woof woof!"

"Awoo!"

Renjun segera menutup panggilan videonya karena telinganya sakit mendengar lolongan dan gonggongan kedua kakaknya. Mereka berdua selalu kompak menjadi aneh seperti itu.

"Apa itu kakakmu?" tanya Jeno sambil terkekeh. Ia duduk di samping Renjun dengan sebungkus jelly cola di tangannya.

"Uh huh. Mereka sangat berisik."

"Tapi sepertinya menyenangkan memiliki saudara seperti itu. Kau mau?" tanya Jeno sambil menyodorkan jelly-nya. Tanpa menjawab, Renjun mengulurkan tangannya mencomot beberapa potong dan melahapnya. Sepertinya Jeno sangat suka camilan manis.

"Menyenangkan memang, tapi terkadang mereka sangat mengganggu. Mereka sangat usil seperti tadi. Biasanya bahkan lebih parah, ergh! Kau anak tunggal?"

"Mhm. Satu-satunya teman bermainku hanya Jaemin jadi aku tidak terlalu kesepian."

"Dan setelah tinggal di sini kau pasti merasa tidak kesepian sama sekali."

"Kau benar. Kadang mereka bahkan terlalu berisik, terutama Jisung dan Chenle," Jeno menyetujui ucapan Renjun lalu keduanya sama-sama terkekeh.

"Kau benar."

"Aku mendengar suara anjing tadi. Keluargamu memelihara anjing?"

"Mereka baru saja mengadopsinya. Padahal aku sudah memohon pada ibuku sejak lama tapi tidak pernah diizinkan. Aku juga ingin bermain dengan anjing," wajah Renjun terlihat sangat murung saat mengucapkan ini. Ia benar-benar ingin anjing peliharaan sejak lama.

"Kalau kau mau aku bisa mengantarmu bermain dengan Ruby."

"Ruby?"

"Mhm. Anjing tetangga sebelah. Tapi mereka sedang ada pekerjaan di luar kota jadi Ruby dititipkan di rumah keluarganya. Saat mereka kembali aku akan mengajakmu mengunjungi mereka."

"Jeongmal?! Woah, gomawong Jeno-yaa~~~!" pekik Renjun penuh aegyo sambil menarik-narik lengan Jeno, ia terlalu bahagia membayangkan bisa bermain-main dengan anjing tetangganya walaupun ia tidak tahu bagaimana bentuknya, menurutnya semua anjing sangat menggemaskan.
Jeno bisa merasakan wajahnya menghangat melihat Renjun memperlakukannya seperti ini. Renjun terlalu menggemaskan baginya dan sepertinya Renjun tidak menyadari hal ini.

Setelahnya Jeno dan Renjun hanya membicarakan hal-hal ringan mengenai satu sama lain dengan sebungkus jelly cola di antara mereka. Malam itu mereka merasa satu langkah lebih dekat lagi. Siapa tahu ini adalah awal dari persahabatan panjang mereka, atau mungkin hubungan mereka bisa berkembang ke arah lain? Who knows.

Continue Reading

You'll Also Like

954K 78K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
250K 19.7K 95
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
965K 58.4K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
688K 32.9K 38
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...