NO ONE LOVE ME [SASUNARU]

By Lunarica_Chan

123K 10.6K 323

[Part lengkap-Belum direvisi] Uzumaki Naruto terjatuh dalam lubang kesepian. Baginya bernafas adalah cara men... More

I'm Fall
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Bio Character+Cuap-Cuap
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24 🚫
25 🚫
26
27
28
29
30
31
32
•EXTRA•
•EXTRA•
Pengumuman

33

4K 250 10
By Lunarica_Chan

Sasuke menatap dengan ekspresi tidak percaya. Memang, beberapa waktu lalu perusahaan ayahnya sedang bermasalah dengan kasus pencurian data dan pembunuhan staff namun, ia tidak menyangka jika pelakunya sangat dekat dengannya.


"Kamu-"

"Bohong? Sasuke ... Sasuke apa perlu aku membuktikannya? Kamu seharusnya membenciku sekarang. Lupakan tentang perasaanmu, semua ini-" Naruto berbalik memunggungi Sasuke, "hanyalah permainanku."

Sasuke diam dan terkejut dengan informasi yang ia dapat. Ketika ia sadar Naruto telah pergi, meninggalkan, mencampakan bahkan menipunya.

Disisi lain, Naruto berdiri di tepi jembatan dengan topeng neko pada tangan kanannya. Iris shappire nya menerawang jauh pada garis oranye yang tenggelam diujung sana.

Naruto sadar jika Tsunade menolaknya pergi ke markas karena masalah perusahaan Uchiha namun, bukan ia pelakunya, Naruto melakukan hal tadi pada Sasuke hanya agar dia menyerah.

Naruto menghela nafas kasar dan mengembalikan topengnya ke tas lalu menelpon seseorang diujung sana.

"Nii, bisa bertemu denganmu?"

"......"

"Oke."

Naruto menutup panggilannya dan merapatkan jaketnya. Ia memandang sekali sungai dibawah kakinya sebelum tersenyum kecut.

"Mungkin aku tidak akan kembali kesini bukan?"

Sasuke pulang ke mansion Uchiha dengan wajah tertekuk. Debaran khawatir dalam dadanya tidak bisa ia kendalikan. Ia takut apa yang Naruto ucapkan benar, jika itu terjadi maka sebuah kesialan bagi Sasuke yang tidak bisa membencinya.

"Oh, Sasuke," panggil nyonya Uchiha yang sedang melihat lihat majalah ditangannya. Ia berdiri dan memeluk putra bungsunya itu.

"Ibu," jawab Sasuke lemah.

Nyonya Uchiha merasa ada yang tidak beres dengan putranya, instingnya sebagai Ibu memang sangat tajam jika menyangkut kedua putranya.

"Sasuke, ada apa?" tanya nyonya Uchiha. Ia membawa tubuh Sasuke yang pasrah ke sofa, mendudukannya dan memanggil pelayan rumah untuk mengambilkannya air putih.

Sasuke lebih sadar ketika ia habis menegak minumannya.

"Ibu, Ayah mana?" tanya Sasuke.

"Dia di atas, kamu mau bertemu dengannya?" tanya nyonya Uchiha dan langsung diangguki putranya.

Tidak lama Fugaku turun dengan kemeja putih yang dua teratasnya tidak terkancing. Wajahnya kusam dan lebih menua beberapa tahun. Sasuke sedikit lega melihat Ayahnya berperilaku lebih normal daripada kebiasaan masa lalunya yang berusaha menjadi manusia superior.

Fugaku merebahkan tubuhnya di sofa. Ia terlihat stress dan memijat pelipis untuk menenangkan sarafnya.

"Ada apa, nak?" tanya Fugaku dengan suara bariton.

"Ayah-" Sasuke mengepalkan tangannya di atas paha, "aku... Aku ingin memutuskan pertunangan ini." Ucap Sasuke, tekadnya sudah bulat sedemikian rupa walaupun Naruto telah mencampakkannya. Setidaknya, ia tidak akan hidup dalam lingkaran pria itu.

"Hah, sudah ayah bilang berapa kali, jangan mencoba memimpikan untuk memutuskan pertunangan kalian. Ayah sudah berencana mempublikasikannya."

"AYAH! Kenapa tidak mengatakannya padaku?! Aku tidak akan melakukannya."

"Yah, kamu tidak harus melakukannya. Biarkan ayah yang bicara dan kamu hanya melihat, begitu kan yang kamu inginkan?"

Sasuke berdiri dengan wajah memerah marah.

"Ayah, aku menyukai orang lain. Apa ayah harus memaksaku?!"

"Sasuke, kamu masih terlalu naif dalam hal ini. Suatu saat rasa suka dan cintamu akan menipis. Meninggalkan rasa memiliki materi dunia yang semakin besar."

"Ayah! Aku tidak peduli dengan harta atau takhta mu. Serahkan saja semua pada Itachi nii."

Naruto datang ke taman ketika hari sudah malam. Ia berjalan dalam diam sebelum mengenali surai merah yang tengah duduk sendirian di ayunan.

"Sasori nii," panggil Naruto.

"Kamu datang."

Naruto duduk disamping Sasori dan sedikit mengayunkan tubuhnya.

"Kadang aku suka kesini untuk merenung. Naruto, jika kamu sedang dalam mood buruk, datanglah kemari. Kita akan melihat berbagai mainan anak anak dan kamu perlahan akan membayangkan kembali menjadi anak kecil yang polos dan naif maka, kamu akan merasa mendapat banyak cinta dan perhatian." Ucap Sasori.

"Banyak yang terjadi dalam sekejap, aku hampir tidak bisa mengatasinya," gumam Naruto dan Sasori meliriknya. Mengeluarkan sebatang rokok dan menyodorkannya pada Naruto namun Naruto menolak.

"Aku tidak bodoh nii, tidak ada rokok yang punya efek samping bisa membuat tidur seperti orang mati. Katakan, apa itu rokok ganja?" tanya Naruto sembari menatap Sasori.

Sasori terkikik dan menarik rokok ke dalam sakunya lalu mengangguk.

"Aku minta maaf, malam itu aku terlalu keterlaluan namun, aku hanya ingin membantumu istirahat."

"Yaaah, bagaimanapun itu sudah berlalu, kedatanganku sekarang karena aku telah memilih."

"Oh, apa itu?" tanya Sasori.

"Aku akan pergi,"

"Kamu yakin?" Naruto mengangguk dan Sasori menarik nafas lega.

"Itu yang terbaik. Tidak peduli kemana kaki kita mengarah, puaskan hatimu yang tertekan, kamu akan mendapat jawaban lagi jika sudah memikirkannya."

"Un aku mengerti, jadi malam ini mungkin terakhir kalinya bagi kita. Aku senang mengenalmu."

Sasori berdiri dan menjabat tangan Naruto lalu tersenyum hangat. Ia menepuk pelan kepala Naruto.

"Karena kamu menganggapku saudara maka, hanya ini yang bisa kulakukan."

"Kapan hari itu tiba?" tanya Sasori.

"Harusnya akhir bulan tapi Sasori nii tau kan keadaanku. Maka, aku akan melakukannya pada hari minggu nanti." Sasori menghela nafas dan mengangguk, ia tersenyum dibalut dinginnya salju yang turun.

"Lakukan apa yang kamu mau, nii selalu mendukungmu."

Naruto dan Sasuke semakin tidak dekat dari hari ke hari, mereka bahkan tidak saling memandang ketika bertemu, kembali pada sebelum mereka saling kenal.

Naruto selalu menguatkan hati dan berpikir bahwa ini adalah jalan terbaik bagi mereka namun, hati kecilnya menjerit tidak menerima bagaimanapun, itu bukan perasaan sepihak. Ia dan Sasuke saling mencintai namun tidak bisa bersama.

"Naruto kun," panggil Hinata, berbanding terbalik dengan hubungan antara Naruto dan Sasuke. Hubungannya dengan Hinata semakin dekat hingga Naruto dapat jujur menyampaikan semua perasaannya selama ini. Awalnya Hinata sempat kaget namun, karena dia peduli pada Naruto maka Hinata dapat menerima kenyataan.

"Aku membuat ini untuk Naruto kun," Hinata menyerahkan gelang rajutan yang sama dengan yang ia pakai.

"Apa ini, gelang persahabatan?" tanya Naruto sembari menerima dan mengamati gelang berwarna merah-hitam itu.

"Un, aku harap Naruto kun akan tetap mengingatku."

"Haha... Hinata, aku bukannya pergi untuk selamanya, tapi... Aku akan menerima gelang ini, terimakasih."

"Um, apa Naruto kun suka?" tanya Hinata. Naruto mengangguk puas dan memakainya.

"Ini sangat cantik."

"Syukurlah, Naruto kun."

"Aku akan selalu mengingatmu, Hinata," ucap Naruto sembari menepuk pelan kepala Hinata.

"Apa ini? Naruto kun sendiri yang bilang tidak akan pergi untuk selamanya. Kenapa kata-katamu begitu?"

"Ahah... Baiklah, maksudku. Kita tidak boleh putus komunikasi."

"Mn, aku tau."

Direkomendasikan memutar lagu atau musik slow/sad sampai akhir.

Minggu, 30 Desember.

07.49

Naruto melihat sekilas kamar yang ia tempati hampir 18 tahun lamanya dan tersenyum. Ada tangis dan bahagia yang ia alami selama ini dikamar kecilnya ini.

Tatapannya berpindah pada dua koper besar yang akan ia bawa. Naruto sudah memutuskan untuk melanjutkan sekolah di Cina. Meninggalkan semuanya dan menutup buku yang belum ia selesaikan di Jepang. Membayangkannya membuat senyum Naruto terasa sakit. Ini adalah pilihannya untuk mundur.

"Naru chan," Naruto menoleh dan senyumnya mengembang tatkala melihat Naruko berdiri dengan canggung di depan kamar. Hubungan mereka saat ini mulai membaik dan mereka melupakan apa yang terjadi di masa lalu.

"Naruko," Naruko melangkah ke dalam dan memegang lengan Naruto.

"Naruto chan tidak mempertimbangkan lagi?" Naruto tersenyum dan memegang tangan saudaranya itu.

"Ini yang terbaik bagiku. Hanya lima tahun sampai aku lulus kuliah, itu bukan waktu yang lama. Aku akan selalu mengirim pesan padamu, bagaimana?" Naruko ingin mengeluh namun melihat keyakinan dalam mata Naruto, ia tidak berdaya.

"Baiklah."

"Naruko, kamu mencintai Sasuke kan?" tanya Naruto.

"A-apa, maksudmu?"

"Hanya jawab ya atau tidak,"

Naruko diam sebentar sebelum mengangguk. Ada beban yang sedikit terangkat dari dalam diri Naruto. Ia lega bahwa saudaranya mencintai Sasuke, setidaknya, jika ia melepaskan lelaki itu, ada tangan lain yang menyambutnya.

20.05

Naruto memegang paspor ditangan kiri sedangkan satu tangan lainnya sibuk mendorong troli koper. Dengan tekad bulat, ia akan pergi ke Cina hari ini.

Naruto berbalik untuk melihat Naruko, Sasori, Choji, Kiba dan Shikamaru.

"Aku harus pergi sekarang," ucap Naruto.

"Naru~~ Kamu benar-benar jahat. Bagaimana aku sekarang kehilanganmu setelah Hinata kembali?" keluh Kiba.

Naruto terkekeh, ia sangat bersyukur masih punya teman-teman sebaik ini.

"Kenapa kamu harus cemas? Aku bukan mau pindah ke Cina." Kiba menatap Naruto sembari mempoutkan bibirnya tidak setuju namun sebelum ia membalas. Pengumuman pesawat tujuan Cina telah siap, Kiba menelan kata-katanya, sekarang hatinya penuh kesedihan.

"Naruto kun, hati-hati ya. Tetap hubungi kami disini." Ucap Hinata.

"Ya, jangan sedih, jangan makan sembarangan, jangan terlalu kelelahan nanti sakit, jangan pulang larut, tidur yang cukup, jangan-"

"Shikamaru," potong Naruto, "aku akan melakukannya, oke?"

Shikamaru mengatupkan bibirnya. Naruto berbalik dan menatap wajah Naruko yang sedih menahan tangis, ia mendekat dan memeluk saudara kembarnya itu untuk pertama kali.

"Tolong sampaikan selamat tinggalku pada Ayah dan nenek. Terimakasih...," Naruto melepaskan pelukannya tatkala Naruko mulai meneteskan air mata.

"Dan maaf." Lanjut Naruto yang diangguki Naruko.

"Oke, aku akan pergi sekarang. Minna... Sayonara." Naruto melambaikan tangannya, ia pergi disertai tangis dari Naruko. Naruto menarik nafas dengan berat dan melangkah, meninggalkan semua hal dibelakang pundaknya.

Sesaat setelah Naruto masuk ke dalam. Ponsel Shikamaru bergetar.

"Moshi moshi"

"Kamu dimana?"

"Aku? Sedang di bandara"

"Dibandara? Menjemput saudara?"

"Saudara?? Bukan. Kamu tidak tau Naruto pergi ke Cina har-"

Tut....

Shikamaru melihat layar ponselnya yang sudah menghitam. Ia menghembuskan nafas tertahan.

"Naruto, kamu tidak bisa memberitaunya sampai detik ini?" batin Shikamaru.

"Hosh... Hosh... Hosh...."

Langkah kaki berderap memasuki pintu bandara. Ia menyingkirkan semua orang yang menghalangi jalannya. Tidak peduli pada siapapun yang berteriak memanggilnya pemuda tidak sopan.
Dipikirannya hanya tertuju pada Naruto, jantungnya berdetak cepat, bergemuruh dengan gelisah.

Seandainya aku datang
Aku datang dan mendekat padamu
Apa yang ada dipikiranmu?
Aku tidak berani

Seandainya kamu pergi
Kamu pergi meninggalkanku
Entah bagaimana aku melepaskannya
Aku hanya orang bodoh
Karenanya jarak antara kita semakin melebar

"Shikamaru." Ia berteriak memanggil pemuda dengan rambut diikat tinggi yang sedang berdiri sendirian.

"Sasuke," jawab Shikamaru. Ia mengernyitkan alisnya, menatap Sasuke dengan kasihan.

"Terlambat." Ucap Shikamaru.

Jantung Sasuke berdetak liar, kakinya melemah. Ia ingin melampiaskan semua emosinya namun tidak bisa.

Tanpa sadar satu air mata lolos, dadanya sesak tidak terkatakan. Ini adalah kali pertama Sasuke menangis, ia mengasihani dirinya sendiri dan ia menangisi cintanya pergi.

Sungguh aku seperti orang bodoh
Yang tak mampu mengatakan kata cinta
Dan mungkin takut pada rasa sedih dan pedih
Yang muncul atas pertemuan kita

Sasuke menunduk seperti patung. Suara pengumuman tidak ia dengarkan. Sesaat setelah ia dapat mengembalikan rasionalitasnya, Sasuke mengangkat ponselnya, memanggil seseorang diseberang sana.

"Moshi moshi"

"Itachi nii"

"Oh, ada apa Sasuke. Ada apa dengan suaramu?" Sasuke mengeratkan pegangannya pada ponsel. Tenggorokannya terasa sakit oleh sesuatu yang bertahan disana.

"Dia... Dia pergi."

Tidak ada tanggapan dari Itachi yang membuat Sasuke semakin tidak berdaya. Air matanya semakin berjatuhan tidak terkendali.

"Kenapa kamu menyerah?"

-Minggu, 30 Desember. Dua cinta tak bertuan telah terpisahkan. Terbang dan hilang bersama kepingan salju yang berjatuhan-




Tamat

"Hah, tamat?!"

"Iya tamat😭"

"Tapi tanggung>_<"

"Iya, emang dari awal Lun membayangkan ceritanya bakal kaya gini. Tapi ada extra chapter. Jadi jangan di delete dulu."

Cr. Lirik lagu Taeyeon SNSD-IF

23/07/2020

-Lunarica-

Continue Reading

You'll Also Like

27.1K 3.4K 92
sekilas kisah tentang hubungan Xue Yang dan Xiao xing chen Cover by Kaya
222K 19.1K 19
Follow dulu sebelum baca 😖 Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya k...
194K 15.3K 11
Ada sebuah rahasia besar dalam pernikahan Sasuke dan Naruto.
280K 17.1K 24
KAILA SAFIRA gadis cerdas berusia 21 tahun yang tewas usai tertabrak mobil saat akan membeli martabak selepas menghadiri rapat perusahaan milik mendi...