Zillo [βœ“]

By winatiara12

820K 54.2K 1.7K

Tiada warna selain hitam dan abu-abu di dalam hidup seorang Zillo Putra Wijaya. Gelap dan tak teraba. Zillo m... More

00.00 - PROLOG
00.01. Tiga Serangkai
00.02. Berjumpa
00.03. Rasa Yang Tersembunyi
00.04. Si Dingin
00.05. Tanpa Tahu
00.06. Alay
00.07. Kantin
00.08. Baku Hantam
00.09. Perhatian kecil
00.10. Tidak Hadir
00.11. Zillo Sakit
00.12. Kok begini?
00.13. Insiden Jaket
00.14. Apartemen Zillo
00.15. Baper
00.16. Danu Sialan
00.17. Mulai Terbuka
00.18. Aku Bukan Papa Mu
00.19. Zillo Berduka Kembali
00.20. Mengungkapkan
00.21. Backstreet
00.22. Tawuran
00.23. Selly
00.24. Malam Minggu
00.25. Resya Pergi
00.26. Rindu datang
00.27. Olimpiade
00.28. Menang
00.29. Jalan
00.30. Zillo Minder
00.31. IronMan
00.32. Ngambek
00.33. Hujan
00.34. Kambuh
00.35. Mall
00.36. Bucin
00.37. Kemah
00.38. Kemah II
00.39. Balik
00.40. Cemburu
00.41. Ketulusan
00.42. Nikah muda?
00.43. Teman-teman Zillo
00.44. Demam
00.45. Happy Zillo day
00.46. Ziarah
00.47. Dufan
00.48. Tentang fakta
00.49. Kerikil hubungan
00.50. Sayang
00.51. Sahabat
00.52. Belajar
00.53. Hancur?
00.54. Masih belum
00.55. Bukan keinginan
00.56. Masih sama
00.57. Kembali
00.58. Uwu
00.59. Ujian
00.60. Ada aku
00.61. Sebuah peristiwa
00.63. Secercah harapan
00.64. Bahagia
00.65. Puncak
00.66. Hak?
00.67. Prom Night
00.68. Menemani
00.69. Sebentar Lagi
00.70. Berpisah Sementara
00.71. (LDR) Merindu
00.72. Temu yang di tunggu
00.73. Mau kah? (END)
SEQUEL - ONE AND ONLY
Cast
RENCANA Q&A

00.62. Aku yang sebenarnya [Danu]

5.9K 491 17
By winatiara12

Suara hati Danu.

•••

"Kenapa lo tinggalin gue sendiri di Neraka ini, Put?" Danu terduduk lemah di kursi belajar Zillo.

Barusan saja Danu melihat adiknya pergi dengan membawa koper. Ia juga sempat melihat perseteruan adik dan Papa nya itu.

Danu pengecut! Itu yang dipikirannya. Ia tak mampu mencegah adiknya untuk tidak pergi meninggalkan dirinya sendiri.

Hatinya juga tersayat saat mengingat adiknya yang tahu bahwa Danu ikut serta dalam menyakiti Mamanya.

Andai adiknya tahu bahwa Danu juga menyayangi Mamanya walau bukan Mama kandung yang melahirkannya. Danu hanya terpaksa melakukan itu, Semua ini paksaan Papanya. Danu di ancam jika tidak mau ikut serta maka ia di usir, dan Zillo juga Ikut sengsara bernasib seperti Mamanya.

"Kamu cuma perlu ikutin perintah Papa! Bukan Papa suruh membunuh dia."

"Mama punya riwayat sakit Jantung, Pa! Danu gak mau Mama kambuh." Kali ini, Danu sih anak penurut melawan Papa nya.

"Dia bukan Mama kandung kamu! Kenapa mesti peduli? Lagian memang itu tujuan Papa, Dia kambuh lalu meninggal."

Danu menggeleng tak percaya mendengar ucapan Papanya yang diiringi oleh seringaian jahat.

"Danu gak mau! Danu sayang sama Mama."

Plak!

Pradipto, Papanya tega menampar pipi Danu hingga terasa perih dan Panas.

"TURUTI PERINTAH PAPA! ATAU KAMU MAU ADIK KESAYANGAN KAMU JUGA PAPA SIKSA?!"

Danu menggeleng kuat. Melihat Mamanya tersiksa karena perbuatan Papanya saja sudah sangat sakit, apalagi melihat Zillo tersiksa. Tidak. Danu sangat menyayangi adiknya.

"Turuti perintah Papa!" Pradipto pergi meninggalkan Danu yang baru mengenakan seragam SMA itu sendirian dengan tangis memilukan.

Papanya sangat berambisi menguasai harta Mamanya yang sangat banyak. Padahal semenjak menikah, perusahaan peninggalan Papa kandung Zillo diserahkan pada Papanya. Tapi Papanya memang Iblis yang tak pernah merasa puas dengan harta.

"Bang, bantuin Putra gambar peta." Danu melirik ke arah pintu kamarnya dimana seorang remaja laki-laki berusia 15 tahun tengah menenteng buku gambar dan alat tulisnya.

Danu tersenyum, mungkin senyumnya mengandung rasa pilu.

"Sini." Danu menyuruh adiknya duduk di karpet kamarnya dan mulai membantu pekerjaan sekolah adiknya.

"Bodoh! Wanita Bodoh! Minggir kamu." Umpatan dengan nada tinggi itu mengganggu konsentrasi dua Bocah yang sedang mewarnai gambar peta bersama.

"Mas kamu mabuk. Jangan pergi dulu." Itu suara Mama mereka.

Danu dan Zillo langsung berdiri mengintip dari pintu Kamar. Papa dan Mama mereka tengah berseteru di tangga.

"Saya gak akan kembali sebelum kamu serahkan alih nama kepemilikan Rumah Sakit itu ke saya."

"Itu milik anak-anak kita nanti Mas! Kamu sudah mendapatkan perusahaan, dan Ayah aku juga masih menjadi pemimpin sah." Jelas Mama mereka seraya menangis tersedu.

"Kamu tinggal suruh Ayah kamu mengubah ahli waris, lalu semuanya akan SELESAI BODOH! " Danu dan Zillo meringis, dan refleks menutup mata takut karena Papanya menampar Mamanya.

"Mas... Itu untuk Masa depan Putra dan Danu. Itu bukan hak kita, mas." Lirih Mama seraya memegang pipinya.

"Saya menyesal menikah dengan wanita bodoh seperti kamu! "

"PAPA!" Pradipto menahan tangannya yang ingin memukul kembali saat melihat Zillo berlari ke arah Mamanya.

Zillo memeluk Mamanya erat seraya menangis.

"Jangan pukul Mama lagi, Pa..." Danu ikut bersama Zillo memeluk Mamanya untuk melindungi wanita yang sudah menyayangi Danu layaknya anak kandung.

"Bodoh! Kenapa semua orang di rumah ini sangat bodoh!" Umpat Pradipto sebelum pergi meninggalkan istri dan kedua anaknya yang saling memeluk seraya menangis.

"Mama baik-baik saja, sayang. Jangan menangis." Lina menenangkan anak bungsunya yang memang sangat sensitif dengan urusan perasaan.

Zillo anak yang manja dan cengeng jika bersama keluarganya.

"Danu, bantu angkat adeknya." Danu menggendong adiknya yang memiliki tubuh 11—12 dengannya dengan susah payah.

Zillo tak berhenti menangis. Sudah beberapa kali ia melihat Mamanya disakiti Papanya. Dipukuli, bahkan diperlakukan seperti pembantu.

"Cowok harus kuat, dek! Jangan cengeng. Dunia gak butuh orang lemah." Ujar Danu seraya menyelimuti adiknya.

"Abang tadi juga nangis." Sahut Zillo tak terima.

"Tapikan abang gak minta gendong kayak kamu!"

"Putra man gak ada minta di gendong Abang!"

"Yaudah, jangan ngegas. Tidur gih! Biar Abang yang selesain tugas kamu." Danu menyentil dahi adiknya.

Mama mereka tersenyum. Setidaknya dua anak laki-lakinya bisa menjadi penyemangat nya untuk kuat.

Danu kembali menangis mengingat kehangatan terakhir hubungannya dengan Zillo. Setelah itu, Papanya menyuruh Danu menjadi anak pembangkang, dan jahat. Danu terpaksa menurutinya karena Zillo menjadi bahan ancaman Papanya.

"Abang sarapan dulu sayang!" Danu terhenti seraya memasang dasinya.

"Udah telat."

"Kalo enggak, bawa bekal aja. Biar Mama siapin."

"Gak Perlu! Danu gak mau makan masakan Mama lagi!" Danu melanjutkan langkahnya setelah mengucapkan kata menyakitkan itu.

"Abang, Gak boleh bicara tinggi sama Mama!" Ujar Zillo marah ketika melihat abangnya yang tak seperti biasa.

"Bukan urusan lo!"

"Danu, jaga bicaranya sama adek." Tegur Mama turut terkejut melihat tingkah anaknya pagi ini. Padahal kemarin malam mereka masih makan bersama, dan bahagia saja.

Zillo berlari mengejar abangnya.

"Bang, bibir Abang kenapa? Kok biru gitu." Zillo berusaha melihat luka di sudut bibir abangnya.

"Minggir!" Danu mendorong Zillo menjauh.

"Bang, pipinya juga kenapa kok lebam? Abang jatuh?" Tangan Zillo langsung ditepis Danu.

"Gak usah peduliin gue!" Zillo tersungkur dilantai ketika Danu mendorongnya kasar.

"Danu!" Seru Mama seraya membantu Zillo yang mulai menangis.

"Jadi cowok kok cengeng, banci!" Hardik Danu sebelum pergi menuju motornya.

Danu melakukan ini karena ancaman Papanya yang akan membunuh Mama, dan adiknya. Ia juga sudah habis di hajar Papanya karena sempat melawan.

"Gue pengen cerita segalanya sama lo Put, tapi gue takut lo jadi korban keserakahan Papa selanjutnya." Danu mengusap figur foto yang menampilkan wajah sang Mama, Danu berumur 8 tahun, serta Zillo yang berumur 7 tahun. Mereka tersenyum bahagia, berfoto tepat didepan patung Singa yang terkenal di negara tetangga.

Mamanya. Sang Mama meninggal karena penyakit jantungnya kambuh karena peristiwa hari itu.

"Danu! Siapa yang ngajarin kamu mabukan seperti ini?!"  Danu sadar saat Mamanya mengguncang tubuh Danu berkali-kali di depan pintu utama.

"Kamu masih kecil sayang. Masih Kelas 1 SMA. Mama ngerasa gagal didik kamu kalo begini." Mamanya memeluk Danu erat seraya menangis.

"Danu punya masalah apa? Cerita sama Mama. Jangan malah begini, gak baik Sayang." Nasehat Mamanya.

Danu ingin menangis saat itu juga. Tapi aktingnya tidak akan berjalan mulus jika begitu.

"Minggir, Ma! Danu mau ke kamar." Danu melepaskan pelukannya sepihak dengan sedikit mendorong tubuh Mamanya yang makin hari makin kurus.

"Danu!" Seru Mamanya, lalu mengejar Danu lagi.

"Ada drama apa ini?" Suara itu membuat Danu, dan Mamanya menoleh.

Papanya pulang dengan menggandeng seorang wanita dengan baju kurang bahan tanpa wajah bersalah.

"Mas siapa dia?!" Tanya Mama saat melihat Papa yang tak pulang berapa hari, namun kembali dengan membawa wanita lain.

"Dia kekasih saya. Lebih cantik, dan lebih pandai berdandan dibanding kamu." Ujar Pradipto santai.

Danu menggeleng. Ia tak membenarkan perilaku Papanya yang satu ini.

Danu melihat Mamanya mendekat ke arah Papanya dan wanita itu.

"Kamu wanita kan? Tolong hargai sesama kaum kamu. Kamu apa gak tahu kalau mas Pradipto punya istri dan anak?!" Ujar Mama lirih.

"Jangan sentuh wanita saya dengan jari jelek kamu! " Danu melihat Papanya menepis tangan Mamanya kuat.

Danu ingin melangkah melindungi Mamanya, dan bertengkar layaknya lelaki dengan Papanya. Tapi tak bisa. Danu sudah terikat janji.

"Aku selama ini udah terlalu sabar sama kamu mas!" Marah Mama seraya tersedu menatap Papanya Pilu.

"Saya juga sudah terlalu sabar menunggu harta itu jatuh ketangan saya."

"Itu milik anak kita Mas! Harus berapa kali aku bilang?"

Papanya tertawa. "Ayo lah, jangan memperumit. Kamu serahkan pada saya lalu kita bercerai, dan kamu tidak tersiksa lagi hidup dengan saya."

Mama Lina menggeleng tak percaya. Danu mulai waspada saat Mamanya memegang Dadanya.

"Kamu–– Man––usia  yang paling kejam ma–s."

"Ma!" Danu secepat kilat menahan tubuh Mamanya yang limbung.

"Mama!" Tanpa mereka ketahui bahwa Zillo sudah melihat semuanya. Anak itu berlari menghampiri Mamanya.

"Mama... Bangun, Ma!" Zillo menangis seraya mengguncangkan tubuh yang tak sadarkan diri lagi

"Abang jahat! Kenapa gak lindungi Mama?!" Teriak Zillo pada Danu yang hanya bisa terdiam kaku dengan mata berkaca.

Malam ini. Bahkan Hanya kedua bocah cilik itu yang Membawa Mamanya ke rumah sakit, sementara Papanya Memilih pergi dengan  wanita gandengannya.

Yang Danu ingat. Mulai saat itu, Mamanya tak lagi membuka mata. Hingga kabar pilu  datang menegaskan bahwa Mamanya telah meninggal dunia.

"Mama... Jangan tinggalin Putra." Danu melihat dari balik kaca dengan tangis yang sama derasnya dengan Zillo.

"Maa... Bangun, Ma..."Danu menghampiri adiknya yang mulai menangis histeris.

"Jangan sentuh aku! Abang jahat. Abang juga yang buat Mama meninggal. Abang gak sayang sama Mama." Zillo meronta saat Danu ingin menarik tubuh Zillo yang memeluk jasad Mamanya.

Mulai hari itu. Danu, dan Zillo tidak pernah berbicara hangat kembali. Zillo membenci Danu dengan sangat.

Danu berdiri dari duduknya. Ia mengaku pengecut dan lemah. Bahkan, Drama busuk ini harus membuatnya saling panas dengan adiknya. Saat ini Danu harus melindungi Zillo dengan cara jahat. Papanya tak membiarkan Danu kembali merasakan hangatnya memiliki saudara.

Ia juga mengingat kasus kecelakaan yang merenggut nyawa Ayah dari adik kelasnya sekaligus teman baik Danu. Resya, gadis yang membuat Danu seakan memiliki teman. Danu merasa tidak kesepian lagi saat bersama gadis itu.

Jahat memang, padahal Danu juga tahu rencana busuk itu namun tak bisa menggagalkannya. Dia hanya harus berpura-pura senang dengan itu semua meskipun saat itu juga Danu tahu bahwa Zillo mengintip percakapan mereka. Danu sengaja membiarkan Zillo mendengar percakapan kejinya dengan sang Papa agar bisa membuat tindakan menyelamatkan gadis itu.

Danu membiarkan adiknya tahu agar Zillo bisa memberitahu rencana bahaya itu pada teman sebangkunya. Yang Danu tahu saat itu, Zillo mengenal baik gadis yang berasal dari keluarga lawan bisnis Papanya.

Danu berharap adiknya bisa menyelamatkan keluarga tak bersalah itu. Namun kejamnya dunia memang nyata. Meskipun adiknya hebat menyelamatkan, tetapi Ayah sang gadis tetap meninggal. Dan itu menjadi kesenangan sendiri oleh Papanya.

"Gue kangen kita yang dulu, Put. Kangen masa kecil kita yang gak diliputi masalah seberat ini. Gue gak suka takdir yang harus kita lewati setelah umur gue menginjak 17 tahun. Gue gak suka jadi dewasa kalau nyatanya harus mengorbankan kasih sayang gue ke Mama, dan lo. Gue benci diri gue yang pengecut." Ujar Danu sendu seraya menatap jajaran mainan lego, dan Hero-hero koleksi adiknya yang tertata rapi di lemari kaca.

"Maafin abang, ya. Meskipun cara gue salah melindungi lo dengan cara gini, gak ada yang bisa mengubah kasih sayang gue ke lo. Lo tetap Putra, adik kecil cengeng kesayangan gue." Danu memeluk bingkai foto itu sebelum pergi menutup pintu kamar adiknya rapat hingga sebuah gantungan kertas tulisan terjatuh.

"Khusus Danu jelek dilarang masuk!"

Danu tertawa lirih. Ia dulu sangat marah jika Zillo hanya memanggilnya dengan sebutan nama saja tanpa embel-embel abang, dan juga Danu memang sangat jahil pada adiknya dulu hingga Zillo membalasnya dengan hanya memanggil Danu nama. Dari situ mereka yang awalnya hanya bertengkar bercanda, menjadi beneran karena Danu yang emosi duluan.

•••
Danu sini aku peluk 🥺

Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 99.1K 34
Kiandra Sea Adaline Rafa Aaron Janson Kia si gadis polos teman masa kecil Rafa. Setelah lama berpisah, mereka kembali dipertemukan dalam keadaan dan...
1.1M 65.8K 83
Satu tahun tidak saling bertanya, membuat Arga tidak bisa menahan rasa rindunya pada Elma. Elma Tiana. Gadis kalem yang mampu membuat Arga luluh akan...
6.3M 270K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
318K 9.6K 42
JANGAN LUPA FOLLOW! Tinggalkan vote dan komen Deskripsi Luna athayya gadis pecinta senja yang terpaksa harus menikah dengan laki-laki yang telah me...