Fix Us Up (✓)

By ArataKim

3.3K 422 151

PINDAH TAYANG DI STORIAL Setelah 14 tahun mengenal Dimas, Resha kaget sewaktu cowok itu bilang sudah punya pa... More

Panduan Korban Friendzone
Buruk Dulu, Makin Buruk Kemudian
TRAILER: IJUL
Biru Lucu
Helm dan Hati Kosong

Pacar

307 60 10
By ArataKim

Update lagi yang di Wattpad. Sekalian di Storial udah update chapter 8 💅

P.s: kalau ada typo ato yang beda dari yang di storial, versi benernya di storial yaw. Di sana versi revised dari editor~ 👍

-

"Kemarin gue lihat Dimas jalan sama cewek. Kirain itu elo, Sha."

Kalau dihitung, ini kelima kalinya Resha mendapat laporan dari teman-temannya soal Dimas dan Tari. Dan sebanyak itu juga dia membalasnya dengan jawaban yang sama. "Itu Tari, teman SMA gue dulu. Pacarnya Dimas. Pertukaran pelajar ke sini."

Nusa, teman mengobrolnya sekarang sekaligus sesama penanggung jawab mata kuliah Bahasa Indonesia, manggut-manggut dengan alis terangkat. "Asli deh, gue dari dulu mikirnya lo yang pacar Dimas, lho. Udah lama mereka pacarannya?"

Dalam hati Resha meringis. Maunya juga begitu, Nu. Tapi apa daya tangan tak sampai. Sedangkan yang keluar dari mulutnya hanyalah, "Kayaknya dekatnya udah lama, dia nggak banyak cerita."

Resha memang tidak tahu apa-apa. Dipikirkan berapa kali pun, dia masih tak menyangka Dimas akan berpacaran dengan Tari. Cewek itu pindah ke Malaysia sejak tamat SMA. Berkabar pun paling hanya sesekali. Siapa yang menduga ternyata Dimas yang lebih sering mengontak Tari sampai mereka ....

Makin diingat justru membuat makin sakit hati. Sampai hari ini, Tari bahkan belum mengabari Resha soal itu. Kalau saja Dimas tidak cerita, mungkin dia tidak akan tahu.

"Sha, ke kantin FEB dulu yuk." Ajakan Nusa membuat Resha berhenti dan menoleh. "Pengin batagor sana."

Di kampus, tiap kantin fakultas punya menu andalan masing-masing. Kalau di FSR yang terkenal adalah mi bakso Pak Soleh, di Fakultas Ekonomi Bisnis ada batagor kering dengan saus kacang paling mantap yang semangkuk hanya lima ribu. Resha sedang tidak ingin makan, tapi rasanya tak ada salahnya untuk mampir. Dia ingin cari minuman dingin. Akhirnya dia mengiakan tawaran Nusa.

Setelah mengantarkan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia ke Fakultas Bahasa dan Sastra, keduanya pun mampir ke gedung tingkat lima, satu-satunya yang ada di kampus dengan lift. Berdasarkan guyonan anak kampus, mahasiswa FEB memang anak sultan semua, jadi wajar saja fasilitasnya lebih banyak ketimbang fakultas lain. Begitu masuk ke ruang kaca di lantai satu, aroma tumis dan kuah menyapa penghidu. Para mahasiswa duduk dengan rapi di kursi-kursi panjang yang tersedia.

"Untung nggak terlalu ramai." Nusa menghela napas lega. "Gue ke batagor dulu, deh. Lo nggak ada mau beli apa gitu?"

"Gue mau cari minum. Duluan aja."

Sementara Nusa pergi menghampiri gerobak di sudut ruangan, Resha berbalik untuk memperhatikan lemari pendingin yang memajang berbagai minuman. Dia baru mau mendekati salah satu lemari yang memajang air mineral ketika ada yang memanggilnya.

"Eh, si Teteh rambut biru."

Tentu saja itu bukan namanya, tapi tak butuh berpikir dua kali untuk tahu dialah orang yang dimaksud. Hanya dia yang berambut biru di sini. Awalnya tak ingin digubris, tapi seorang cowok sudah menyelonong di sampingnya, lebih dulu membuka lemari pendingin tujuan Resha, mengambil dua botol soda berwarna hijau dan menyerahkan selembar uang hijau pada ibu penjual. Begitu menerima uang kembalian, dia kembali menoleh ke arah Resha sambil tersenyum lebar.

"Ketemu lagi, ya? Mau jajan?"

Ya menurut ngana? Resha menghela napas, menyabarkan diri. Cowok aneh ini lagi. Berbeda dengan kemarin, kali ini dia mengenakan kemeja biru dongker yang lengannya digulung sampai ke siku. Kalau saja tidak bertemu kemarin, Resha akan mengira cowok ini dosen dengan gaya casual yang... yah, keren. Dia harus mengakui itu.

Nggak, Sha. Fokus. Kemarin dia kan random banget.

Resha hanya tersenyum tanpa menggubris. Namun kelihatannya orang itu masih belum menyerah untuk mengusik.

"Kemarin saya kira Teteh masih bakal di sekitar lapangan, lho," tuturnya sambil mengambil langkah untuk lebih mendekat. "Tadinya mau saya antar pulang."

"Antar pulang? Untuk apa?"

"Soalnya kemarin kan kepala Teteh kena bola. Takut pulang sendiri malah pusing atau pingsan gitu."

Obrolan mereka tnampaknya didengar orang lain, karena si ibu penjual justru senyum-senyum, dan salah satu meja di dekat mereka yang dipenuhi cowok lainnya sudah bersiul. Respons dari sekitar membuat Resha sadar bahwa dia sedang berada dalam situasi yang harusnya dia jauhi.

"Syukurlah bola basketnya nggak bikin saya gegar otak." Resha tersenyum cepat, saking cepatnya sampai sepersekon kemudian senyum itu luntur, berganti dengan tatapan sinis. "Nggak perlu repot-repot."

Padahal Resha sudah sebegitu blak-blakannya menyindir, tapi dia justru masih memasang senyum, bahkan lebih manis dari sebelumnya. Melihatnya saja membuat Resha pusing.

"Kita jadi belum sempat kenalan," katanya sambil menyodorkan tangan. "Julian. Kemarin mungkin Teteh dengar saya dipanggil Ijul."

Meski setengah hati, Resha menerima uluran tangan itu. "Resha."

"Oh." Julian justru terlihat kaget. "Saya kira namanya Biru atau Blue gitu."

Ini orang terobsesi sama warna biru atau apa, deh?

"Tapi namanya tetap bagus, sih," celetuk Julian lagi. "Biasa dipanggil Echa, nggak? Kan namanya Resha tuh."

"Nggak."

Demi Tuhan, untuk ukuran cowok, Julian ini banyak omong sekali. Bahkan jika dibandingkan dengan Dimas, sahabatnya itu tidak pernah sebanyak tanya ini.

"Sha, minumnya udah?"

Kini suara lain masuk ke dalam obrolan. Nusa sudah kembali sambil menenteng plastik berisi kotak styerofoam kecil, barulah Resha sadar cowok ini berhasil membuatnya berdiri di tempat dan melupakan tujuan awalnya. Hanya dengan mengobrol saja, dia sampai lupa kalau kedatangannya ke sini untuk beli air minum.

Cewek itu menatap Resha heran, tapi ekspresinya berubah begitu memandangi Julian, sementara yang dipandangi sempat tersenyum sebelum kembali bicara pada Resha. "Hari ini masih sendiri?"

Resha mengerjap heran karena pertanyaan itu. Mulai nih, pikirnya. Random lagi. "Maksudnya sendiri?"

"Siang ini saya nggak ada kelas." Julian melanjutkan sambil menyodorkan botol soda dingin pada Resha. "Masih butuh cari inspirasi nggak, Teh? Sekarang saya temanin deh, biar nggak sendirian banget. Hitung-hitung permintaan maaf saya karena kemarin mengganggu."

Butuh waktu bagi Resha untuk mencerna tawaran Julian, sebelum akhirnya menjawab dengan gelengan. "Nggak perlu. Hari ini saya maunya cari uang."

"Bagus dong. Saya juga pengin kalau cari—"

"Saya hari ini mau kerja, bukan buang-buang waktu sama orang aneh," sambar Resha cepat. Tanpa menunggu, dia langsung berbalik, sama sekali tak memedulikan Julian atau pun soda yang ditawarkan padanya tadi.

Resha tidak tahu itu jawaban doanya atau bukan, tapi dia jelas tidak butuh cowok gila penuh modus untuk menggantikan kehadiran Dimas. Digenggamnya tangan Nusa, membawanya keluar.

"Batagor lo juga udah, kan?" tanya Resha.

Nusa mengangguk meski wajahnya terlihat bingung. "Lo nggak jadi beli minum?"

"Di tempat lain aja deh. Malas di situ."

"Tadi itu Kak Julian, kan? Kok bisa lo ngobrol bareng? Dia senyum gitu lagi. Gue juga mau!" Nusa malah protes.

Kak Julian? Resha mengernyit. "Lo kenal, Nu? Dia lebih tua dari kita? Manggil gue aja pakai 'teteh' gitu."

"Yah, nggak kenal juga sih, tapi tahu," kata Nusa, lantas melempar tatapan horor pada temannya. "Lucu dong manggilnya—eh, bentar. Jangan bilang lo nggak kenal?"

Tanpa beban Resha mengangguk begitu saja. "Nggak minat juga kenalan sama orang gila."

"Sha, ya ampun! Masa Kak Julian dikatain orang gila, sih?" Nusa geleng-geleng. "Nggak ada orang gila yang bakal dipilih jadi ketua BEM fakultas."

"Memangnya dia kepilih? Nggak kan—"

"Dia ketua periode ini," potong Nusa. Telunjuknya kini terarah ke papan yang ada di luar kantin, memetakan struktur organisasi fakultas.

Mata Resha seketika membulat begitu menemukan nama yang dimaksud Nusa sebelumnya.

KABINET ABHIRAMA BAKTI

Julian Adhitama
Manajemen Bisnis 2016
Ketua

"Jangan bilang lo nggak pacaran sama Dimas karena sibuk pedekatean sama Kak Julian? Apa udah pacaran, terus lagi ngambekan?" sambar Nusa lagi, membuat Resha makin keheranan.

"Halu lo kejauhan," decaknya. "Kenal juga nggak, gimana ceritanya pacaran?"

Kepala Nusa mengedik. "Bisa aja lo pura-pura nggak kenal, kan? Siapa yang tahu."

Rasanya sudah cukup seram mengetahui orang yang jail dan sok dekat dengannya tadi itu ternyata ketua BEM, sekarang dikira pacar? Duh!

"Nggak mungkin yang begitu jadi pacar gue, Nu," kata Resha, kali ini terdengar pasrah ketimbang kesal.

Lagian yang gue kenal lama juga malah jadi pacar orang, apalagi sama yang kayak begitu. []

Continue Reading

You'll Also Like

6.2M 482K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
7.4M 227K 46
Beberapa kali #1 in horror #1 in thriller #1 in mystery Novelnya sudah terbit dan sudah difilmkan. Sebagian cerita sudah dihapus. Sinopsis : Siena...
30.3M 1.6M 58
SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA - (Penerbitan oleh Grasindo)- DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 2 SUDAH TAYANG di VIDIO! https:...
5M 921K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...