[My Little Wife]END

By KimJiwoo936

106K 7.2K 235

Seorang pengusaha dari KIM yaitu Kim Seokjin yang terjebak dengan Yoon Jiwoo menikah dengan perjodohan. Jiwoo... More

[My Little Wife] 01
[My Little Wife] 02
[My Little Wife] 04
[My Little Wife] 05
[My Little Wife] 06
[My Little Wife] 07
[My Little Wife] 08
[My Little Wife] 09
[My Little Wife] 10
[My Little Wife] 11
[My Little Wife] 12
[My Little Wife] 13
[My Little Wife] 14
[My Little Wife] 15
[My Little Wife] 16
[My Little Wife] 17
[My Little Wife] 18
[My Little Wife] 19
[My Little Wife] 20
[My Little Wife] 21
[My Little Wife] 22
[My Little Wife] 23
[My Little Wife] 24
[My Little Wife] 25
[My Little Wife] 26
[My Little Wife] 27
[My Little Wife] 28
[My Little Wife] 29
[My Little Wife] 30
[My Little Wife] 31
[My Little Wife] 32
[My Little Wife] 33
[My Little Wife] 34
[My Little Wife] 35
[My Little Wife] 36
[My Little Wife] 37
[My Little Wife] 38
[My Little Wife] 39
[My Little Wife] 40
[My Little Wife] 41
[My Little Wife] 42
[My Little Wife] 43
[My Little Wife] 44
[My Little Wife] 45
[My Little Wife] 46
[My Little Wife] 47
[My Little Wife] 48
[My Little Wife] 49
[My Little Wife] 50 END!!!

[My Little Wife] 03

3.4K 264 12
By KimJiwoo936

Happy Reading



















































PERHATIAN!!!
Mohon maaf apabila masih ada kesalahan tempat dan penulisan.




































































Seokjin menunggu Dokter yang memeriksa Jiwoo begitu Dokter itu datang. Khawatir dengan wajah tenang tanpa beban itu menyimpan rasa takut di dalam hati Seokjin. Dokter memeriksa dengan teliti hingga selesai. Membereskan barang bawaannya dan memberitahu keadaan Jiwoo pada Seokjin sebelum pergi.

"Ia mengalami dehidrasi juga luka infeksi yang ada di kakinya membuat ia demam. Ia harus istirahat dalam 3 hari atau 1 minggu penuh. Diusahakan untuk meminum obatnya tepat waktu. Semoga ia cepat sembuh. Saya permisi". Dokter itu pergi diantar oleh Namjoon sampai depan Mansion.

Seokjin duduk di pinggir tempat tidur dengan mengusap rambut Jiwoo memberikan afeksi ketenangan Jiwoo setelah suntikan obat tidur dari Dokter. Ia akan berjaga jika nanti Jiwoo bangun menginginkan sesuatu maka ia yang akan melakukannya. Lihatlah Istri Kecilnya yang cerewet, nakal, tidak sopan dan selalu memaki ini tengah tertidur dengan lelap.

Seokjin tidak menyangka jika keinginan untuk menikah dengan satu umuran dengannya kandas dan menikah dengan bocah berusia 18 tahun. Awalan ia memang tidak ingin tapi saat pertemuan pertama ia jadi berpikir tidak masalah jika memang Istri Kecilnya menjadi miliknya. Separuh jiwanya dan yang mengubah sikap dirinya yang selalu tidak sampai se sabar ini. Pembatasan untuk Jiwoo bukan semata mata ia jahat tapi, ia ingin lebih dekat dengan Jiwoo dan lebih mengenal dalam Istri Kecilnya.


Sedangkan disini suasana khawatir menyelimuti orang tua Jiwoo. Karena Lee Ajjuma memberikan informasi jika Jiwoo menangis dan meminta agar Lee Ajjushi untuk menjemput Jiwoo. Beberapa kali menghubungi namun tidak aktif. Menghubungi menantunya Seokjin pun tidak ada jawaban. Hingga putusan dari Tuan Yoon untuk datang kesana pun disetujui oleh Ny.Yoon.

"Eomma dan Appa tidak perlu datang kesana". Tiba-tiba asal suara yang baru masuk Rumah mengundang Tuan Yoon dan juga Ny.Yoon melihat siapa itu dan ternyata...


"Jimin". Ucap Ny.Yoon mendekat pada Jimin yang membuka kaca mata hitamnya lalu memeluk Ny.Yoon.

"Kenapa tidak memberi kabar jika kau akan datang kemari?". Tanya Ny.Yoon yang memang bingung dan juga khawatir pada Jiwoo.

"Ayolah eomma, aku bukan anak kecil. Yang penting sekarang aku berada di rumah ini. Benarkan appa?". Jimin merangkul Tuan Yoon layaknya sahabat dekat.

"Hei~". Jeda Tuan Yoon lalu merangkul balik Jimin yang mendapat senyuman dan mengejek Ny.Yoon jika ia menang.

"Selamat datang boy". Lanjut Tuan Yoon memeluk putra satu-satunya yang lama tidak pernah bertemu. Meskipun bertemu Tuan Yoon dalam keadaan sibuk.

"Jadi---- mau kemana?". Tanya Jimin berpura-pura tidak tahu.

"Jiwoo adikmu dia-----".

"Eomma, adik kecil ku baik-baik saja. Eomma juga tahu jika sudah menikah pasti banyak lika likunya. Begitu juga apa yang dialami Jiwoo. Dia baik-baik saja. Eomma jangan khawatirkan itu". Jimin memotong ucapan Ny.Yoon dan menjelaskan apa yang terjadi.

"Tapi----".

"Eomma percaya pada Seokjin kan? Dia adalah menantu mu. Aku pun sudah mempercayakan dan menitipkan Jiwoo padanya. Tidak ada salahnya jika dalam suatu hubungan pasti ada masalah". Jimin kembali memberikan penjelasan. Tuan Yoon mendekat dan memeluk istrinya menenangkan dan membernarkan ucapan Jimin.

"Semua itu memang benar tapi---". Tuan Yoon menjeda dan menatap Jimin untuk menggoda putranya ini.

"---kapan kau akan menikah hah?". Lanjutan Tuan Yoon seketika ekpresi wajah Jimin berubah menekuk tidak suka.

"Oh ayolah Appa, umurku baru----".

"28 tahun begitu? Memang kau akan menikah usia berapa?". Potong Tuan Yoon kali ini dan Jimin semakin menekuk dengan kesal.

"Usia 40 puas". Ucap Jimin berlalu dan Tuan Yoon tertawa melihat putranya berlalu pergi begitu saja. Ny.Yoon hanya bisa menggelengkan kepalanya karena sikap Ayah dan Anak yang benar-benar tidak ada bedanya.







Hari semakin sore jam yang berada di nakas menunjukkan pukul 16.30KST. Tapi belum ada tanda-tanda Jiwoo sadar. Seokjin yang memutuskan untuk mandi lebih dulu meninggalkan Jiwoo yang masih terlelap. Setelah mandi dan telah memakai baju santai Seokjin kembali sambil membawa laptopnya untuk presentasi besok dan tentu saja ia tidak akan hadir dan lebih mementingkan Jiwoo.

Jari-jari tangan panjangnya menyelusuri setiap ketikkan pada laptop dengan fokus dan sesekali melirik pada Jiwoo jika nanti Jiwoo bangun. Sebuah ketukan pintu membuat Seokjin menghentikan aktivitasnya dan melihat siapa yang masuk.

"Hyung mmm maksudku sajangnim ini laporan untuk besok". Itu adalah Namjoon yang mengetuk dan masuk ke kamar.

"Panggil seperti biasa saja. Aku ingin kau yang menghadiri semua rapat itu". Jawab Seokjin sambil memeriksa iPad milik Namjoon.

Berarti besok hari terberat untuknya.

"Beritahu Hoseok agar membantumu juga". Lanjut Seokjin memberikan iPad milik Namjoon. "Revisi ulang untuk yang kemarin, masih ada kekurangan". Seokjin menyimpan laptop miliknya dan melihat Jiwoo kembali. Meski tadi sempat ia sibuk.

"Baik hyung kalau begitu aku permisi". Ucapan Namjoon hanya dibalas anggukan Seokjin.


"Eunghh~". Seokjin mendengar lengguhan dari bibir Jiwoo. Menempelkan telapak tangannya dan memeriksa suhu tubuh Jiwoo yang berhasil melewati masa demamnya.

"hiks... Aku ingin pulang". Tiba-tiba Jiwoo menangis dan meminta pulang tentu saja Seokjin membantu Jiwoo agar bersandar pada dada bidangnya. Posisi memeluk dimana Seokjin di belakang dan Jiwoo di depan.

"Sstt... Kau sudah pulang. Ini adalah Rumah mu". Jawab Seokjin menenangkan Jiwoo yang masih menangis.


Seketika Jiwoo yanh awalan belum sadar sepenuhnya kini ia mengingat semua yang terjadi. Berontak agar terlepas dari pelukan Seokjin tapi Nihil dengan tubuh yang lemas bukan berarti bisa leluasa tapi malah tidak bisa lepas.

"Lepaskan aku hiks... Ajjushi jelek! Ajjushi gila! Aku membencimu!!!". Teriak Jiwoo dengan suara serak dan Seokjin dengan sigap mengambil air putih untuk Jiwoo agar dapat meminumnya tapi Jiwoo menolak.

Tidak ada pilihan selain memaksa dengan cara halus. Seokjin mendudukan Jiwoo di pangkuannya. Jiwoo melotot dan memukul ke dua pundak Jiwoo dengan tangannya. Terus berontak tapi Seokjin tidak akan menyerah begitu saja menghadapi Istri Kecilnya.

"Minumlah". Ucap Seokjin menenangkan Jiwoo yang dimana kedua tangan Jiwoo ia genggam pergelangan tangannya dengan satu tangan.

"Tidak ishhh... Lepaskan hiks.. Ajjushi gila!". Jiwoo kembali memaki Seokjin dan itu berarti Jiwoo sudah kembali sehat walau belum sepenuhnya.

"Ya, kau bisa mengatakan hal apapun. Minumlah". Seokjin kembali menawari dan Jiwoo yang menolak.

"Tidak mau! Dasar pemaksa! Lepaskan tanganku!!!". Benar bukan jika Jiwoo sangattt keras kepala sekali.

"Jika tidak mau, aku akan menggunakan mulutku dan memberikannya padamu". Ancaman Seokjin dan Jiwoo semakin kesal dan mengerucutkan bibirnya.

"Dasar Ajjushi mesum! Pengancam!". Jiwoo mencebik kesal karena Seokjin malah tertawa dan Jiwoo takut jika Seokjin akan melakukan itu.

Tiba-tiba terlintas apa yang Jiwoo lihat di ruangan Seokjin. Bibir itu yang berciuman dengan wanita lain. Jiwoo jijik melihatnya. Jiwoo ingin menghapus itu, menghapus ingatan tadi. Jika ia tidak tahu mau ia akan menghapus dengan bibirnya tapi rasa malu yang ia punya maka hanya bisa menangis kembali di sela tawa Seokjin.

"hiks.. Kau jahatt hiks.. Kenapa kau melakukan hal ini padaku hiks...? Bahkan aku tidak pernah melakukan hal itu dengan orang lain.. Kau jahat Ajjushi kau jahat!!!". Makian Jiwoo membuat tawa Seokjin terhenti. Kedua tangan Jiwoo ia lepas dan menatap Jiwoo teduh.

"Aku tahu, maafkan aku". Sesal Seokjin dan Jiwoo semakin menangis memukul mukul dada Seokjin karena kesal,marah dan juga kecewa. Jika memang Jiwoo tidak mencintai Ajjushi Gilanya ini tidak mungkin ia seperti ini tapi...

Perasaan apa ini? Kenapa harus sakit sekali. Disaat masa mudanya dan kebebasan yang direbut paksa ditambah kejadian tadi membuat Jiwoo marah. Marah pada dirinya sendiri kenapa harus dirinya yang seperti ini kenapa tidak orang lain saja. Seokjin yang melihat jika pukulan tangan Jiwoo padanya memelan seiring dengan Jiwoo yang menunduk.

"Jahat....".



"Kau jahat...".



"Aku membencimu". Lirih begitu lirih ucapan Jiwoo hingga Seokjin merasakan sakit melihat Jiwoo seperti ini karenanya.













Sretttt

































Cup


























Jiwoo membelalakan matanya terkejut. Apa ia sedang bermimpi maka bangunkanlah. Tidak! Jiwoo tidak mau berciuman apalagi di cium oleh Seokjin yang telah mencium wanita lain. Tidak! Jiwoo tidak mau.


"Mmpphh".




Tidak bisa, Seokjin malah melumatnya perlahan dengan lembut. Seokjin mengaku jika berciuman dengan Jiwoo selalu membawa hal negative dan meminta lebih. Menekan tengkuk Jiwoo dengan lumatan lembut yang tidak lepas. Jiwoo yang membutuhkan oksigen berusaha melepas dengan mendorong Seokjin. Bukannya lepas, Seokjin malah memeluk dirinya erat.

"Hmmppttthh".


"Hah.... Hah... Hah....". Jiwoo meraup oksigen dengan rakus setelah Seokjin baru mau melepaskannya. Menatap nyalang pada Seokjin yang tengah tersenyum padanya.

"Sudah menelannya? Ini, minumlah". Ucapan Seokjin membuat Jiwoo bingung apa maksud menelannya.




Tunggu...



Sebelum Seokjin mencium Jiwoo, ia memasukkan obat sebelum makan pada mulutnya dan memberikan langsung lewat mulutnya ke mulut Jiwoo. Tapi ada manfaatnya juga bisa berciuman sedalam itu dengan Jiwoo. Karena Seokjin tahu pasti Jiwoo menolak karena benci pada obat-obatan. Maka dari itu Seokjin melakukan hal itu dan untunya obat itu tablet kecil.


"Jadi----". Jiwoo kesal dan memukul kembali Seokjin semakin brutal dan Seokjin yang menghindar setelah menyimpan gelasnya dan memegang kedua tangan Jiwoo.


"Lepaskan Mesum Gila!!! Brengsek!!! Aku sangat membencimu!!!". Jiwoo kembali memaki lalu Seokjin memeluk Jiwoo yang masih berontak padanya.


"Lepaskan Sialan!!!". Tetap Seokjin malah memeluk Jiwoo erat nanti juga Jiwoo akan lelah sendiri dan diam.




Benar bukan? Jiwoo lelah sendiri dan juga melemah untuk memukul Seokjin. Mengusap rambut Jiwoo dan menepuk punggung Jiwoo memberikan ketenangan. Jiwoo berpikir bagaimana caranya agar membuat Seokjin tidak seperti ini. Apa Jiwoo harus percaya padanya? Dimana saat ini hatinya dan pikiran yang bercabang dimana mana.

"Jujur, ciuman tadi hampir membuatku melakukan hal lebih dari itu. Tapi, aku tidak ingin melanggar batasan yang kau buat". Jiwoo diam begitu Seokjin membahas ciuman dengannya.

"Besok, akan aku ceritakan apa yang kau lihat tadi". Jiwoo tetap diam dan tidak mengubah posisi ingin lepas dari pelukan Seokjin.


"Bangunkan aku jika kau membutuhkan ku". Seokjin mengubah posisi berbaring dengan saling berhadapan pada posisi menyamping. Memeluk Jiwoo erat.



Jiwoo mendongak melihat Seokjin yang memejamkan matanya. Jiwoo semakin bingung dengan perasaannya. Apa Seokjin menyukainya? Atau hanya sekedar simpati saja? Atau mungkin karena pernikahan perjodohan maka perhatian Seokjin hanya sebatas kasihan dan tanggung jawab tanpa rasa cinta kah?.

Jiwoo berusaha agar bisa menyentuh pipi Seokjin dimana ia menamparnya di mobil. Bahkan ia baru tahu Seokjin tidak marah dan tatapan itu Jiwoo ingat tatapan sarat akan penyesalan. Ia juga tidak lupa dengan semua banyak hal setelah 1 minggu menikah dengan Seokjin. Apa mungkin ia juga akan jatuh pada pesona Seokjin karena hal seperti ini sering terjadi saat ia melihat drama di tv.


"Maaf". Spontan Jiwoo mengatakan hal itu. Saat itu juga Seokjin membuka matanya dan tersenyum pada Jiwoo.

Memeluk Jiwoo dan tidak menjawab ucapan Jiwoo yang berbisik meminta maaf. Jiwoo yang anti meminta maaf pada Seokjin mendapat angin dari mana hingga mengatakan itu.







































Bersambung...

Yeyyy up lagi nih gimana kepanjangan maaf oke..

Tekan ⭐ dan juga di tunggu 👇Komentarnya di bawah ya..

Continue Reading

You'll Also Like

204K 373 3
Adelardo Family Abercio Leoniel Adelardo. Pria berusia 30 tahun memiliki wajah tampan, idaman kaum hawa tapi memiliki sikap cuek dan dingin. Namun bi...
2.6K 97 25
selamat datang di cerita pertama ku semoga kalian suka.🐰🐰 Berawal dari terjebak hujan Dan memilih berteduh di halte dekat sekolah, siapa yang menya...
28.5K 1K 73
Brian sangat tidak suka berdekatan dengan lawan jenis kecuali wanita di anggota keluarganya. Karena menurut Brian wanita yang mau dekat dengan diriny...
612K 41.6K 41
Cerita belum di revisi AWAS KEJANG-KEJANG! KEUWUAN BERTEBARAN Pemuda tampan dengan bibir seksinya terbungkam saat melihat gadis cantik, perempuan ya...