Dersik

By khanifahda

758K 94.4K 6.6K

Hutan, senjata, spionase, dan kawannya adalah hal mutlak yang akan selalu melingkupi hidupku. Namun tidak se... More

Peta
Khatulistiwa
Proyeksi
Kontur
Skala
Topografi
Distorsi
Spasial
Meridian
Citra
Evaporasi
Kondensasi
Adveksi
Presipitasi
Infiltrasi
Limpasan
Perkolasi
Ablasi
Akuifer
Intersepsi
Dendritik
Rektangular
Radial Sentrifugal
Radial Sentripetal
Annular
Trellis
Pinnate
Konsekuen
Subsekuen
Obsekuen
Insekuen
Superposed
Anteseden
Symmetric Fold
Asymmetric Fold
Isoclinal Fold
Overturned Fold
Overthrust
Drag fold
En enchelon fold
Culmination
Synclinorium
Anticlinorium
Antiklin
Sinklin
Limb
Axial Plane
Axial Surface
Crest
Through
Delta
Meander
Braided Stream
Oxbow Lake
Bar Deposit
Alluvial Fan
Backswamp
Natural Levee
Flood Plain
Horst
"Graben"

Resekuen

10.3K 1.4K 137
By khanifahda

Sungai Resekuen, adalah sungai yang mengalir searah dengan kemiringan lapisan batuan sama seperti sungai konsekuen, namun sungai resekuen berkembang belakangan.
.
.

"Sh*t!" respon pertama Esa ketika Gayatri membeberkan nama yang diduga terlibat. Esa belum sampai berpikir sejauh itu, tetapi ternyata?

"Gue juga nggak percaya. Tapi tadi malam gue diskusi dengan salah satu AD yang sudah curiga lama sejak operasi yang gue jalani, tapi ternyata hasilnya begini."

"Gue udah koordinasi sama komandan tadi malam juga. Hari ini anggota udah disebar untuk mencari informasi." Lanjut  Gayatri.

"Kita perlu bertindak juga Ya." Ucap Esa kemudian.

"And then kasusnya bukan hanya senjata kemarin. Kasus gratifikasi juga ternyata, gila." Lanjut Esa. Gayatri hanya bisa terdiam, pantas jika Kepolisian ikut terlibat langsung.

"Tapi pihak AD juga gerak kan? maksud gue ini kan udah menyalahi peraturan dari militer dan sangat fatal tentunya." Ucap Gayatri dan Esa langsung mengangguk mengiyakan.

"Mereka pasti sudah bergerak tapi belum dapat petunjuk yang valid. Lo tau sendiri kan orang kayak gitu pinter banget geraknya, kayak belut," ujar Gayatri.

"Cari datanya dong. Dari riwayat pendidikan hingga karir." Pinta Gayatri. Dengan segera Esa mencari data tersebut.

"Lulus Akademi tahun 2009. Belum ada catatan prestasi yang memuaskan. Karirnya mulus dan cepet naik pangkatnya juga." Ucap Esa ketika sudah mendapatkan datanya.

"Lo curiga nggak?" Esa mengangguk tanpa berpikir panjang.

"Beneran kita nuntasin kasus ini?" Gayatri mengangguk dengan tenang di tempatnya.

"Oh sh*t! jelek-jelekin nama instansi, anj**g!" saking kesalnya, Esa tak berhenti  mengumpat sedari tadi.

Gayatri sedikit menguap. Tadi malam Lungo yang ia minum ternyata berpengaruh. Ia baru bisa memejamkan matanya pukul 2 pagi dan pukul setengah 6 sudah terbangun. Ditambah lagi ia belum sarapan.

"Gue keluar dulu ya Sa. Laper belum sarapan."

"Bangsul lo Ya. Gue mau ajak diskusi lanjut malah keluar. Ya udah sono, nggak lucu kalau keburu mati kelaperan."

Gayatri mencibir, "duh lemesnya mulut laki satu ini."

Esa dengan gerakan kesal, langsung mengusir Gayatri. Namun kemudian juga tertawa dengan tingkahnya yang menurutnya menjijikkan itu.

Gayatri lalu mencari Meta di bagian kantor Reskrim. Gadis itu kalau tidak turun ke jalan ya di kantor sambil kencan dengan komputer. 

"Makan yok Ta." Ajak Gayatri tiba-tiba yang membuat Meta tersentak dari fokusnya menatap layar komputer.

"Astaga Aya. Untung gue nggak ngumpat. Thanks God! nggak sia-sia gue tobat dan ikut kelas rohani minggu kemarin." Ucap Meta yang kembali ke mode dramatisir.

"Makan yok." Ulangnya lagi. Intinya Gayatri sudah lapar saat ini. Ia tak bisa berpikir panjang kalau perutnya kosong. Kecuali kalau di paksa bisa, tetapi efeknya ia akan sangat lola dan mengantuk berat jika sudah sangat lapar.

"Kemana? gue udah sarapan seyeng." Senyum Gayatri perlahan luntur. Ia kira Meta sama belum sarapan seperti dirinya.

"Warteg depan."

"Ya udah deh kalau lo udah sarapan." Lanjut Gayatri kemudian.

"Sorry." Gayatri mengacungkan jempolnya. Lalu gadis itu keluar dan menuju warteg yang tak jauh dari kantornya.

*****

Gayatri merebahkan dirinya di kasur setelah seharian melaksanakan pengintaian di daerah Banten. Gadis itu beserta tim kini fokus pada kasus perdagangan senjata yang sempat membuat dirinya frustasi kemarin. Bagaimana tak frustasi? Gayatri tak habis pikir dengan pihak-pihak yang terlibat itu.

Rasanya baru saja merebahkan dirinya di kasur, tiba-tiba pintu kontrakannya di ketuk seseorang. Lantas Gayatri bergegas keluar dan melihat siapa yang datang malam-malam begini.

Ketika dibuka pintunya, seorang perempuan berdiri seraya tersenyum canggung ke arah Gayatri.

"Faza?"

"Ya, boleh gue ngomong sesuatu ke lo? gue nggak bisa menghubungi lo sejak kemarin-kemarin, jadi gue inisiatif datang ke kontrakan lo."

Gayatri mengangguk dengan tatapan datarnya. Lalu ia mempersilahkan Faza untuk masuk ke dalam.

"Ada apa?" tanya Gayatri to the point. Ia sebenarnya masih kesal dan marah dengan peristiwa yang lalu, tetapi ia juga berusaha melupakan dan tak mau mengingat lagi seumur hidupnya.

"Maaf," ucap Faza lirih dengan kepala menunduk. Gayatri ditempatnya hanya menghembuskan nafasnya kasar.

"Maaf gue udah buat lo kecewa sedalam-dalamnya. Gue udah mengkhianati lo. Maafin gue Ya."

Gayatri terdiam dengan mata menatap Faza. Wajah Faza antara menyesal dan tak tertebak oleh Gayatri. Hal itulah yang membuat Gayatri menatap penuh selidik.

"Gue udah nggak mikirin hal itu. Lagipula buat apa gue mikirin hal yang sia-sia buat gue pribadi?" sahut Gayatri sarkas. Hal itu ia lakukan semata-mata untuk pelampiasan sakit hatinya yang masih berbekas tentunya.

"Gue juga minta maaf sama lo. Gue emang egois dengan merebut Fajar. Gue udah suka dia sejak lama tapi dia malah tertarik sama lo. Gue sakit hati Ya."

Gayatri mendengus dengan senyuman miring. Ternyata benar, dugaan curiganya tadi ternyata terjawab sudah.

"Terus urusan sama gue apa?"

"Maaf Ya, maaf." Lalu Faza nampak mengeluarkan sesuatu dari dalam tas yang ia bawa.

"Dua minggu lagi gue sama Fajar nikah. Lo datang ya."

Ucapan Faza membuat Gayatri terdiam di tempatnya. Apa tadi? nikah? bolehkah Gayatri mengumpat?

'Sh*t!'

"Oh." Gayatri menatap undangan berwarna merah muda itu dan menerimanya.

"Selamat buat kalian." Lanjut Gayatri lalu gadis itu tersenyum pahit. Ia bukan cemburu, ia hanya shock dengan kejadian ini. Semudah itukah mereka menyatukan cinta setelah berhasil membuat dirinya menjadi orang paling naif dan bodoh sedunia?

"Lo nggak sakit hati kan?"

Gayatri seketika ingin mengumpat keras. Jika bukan sesama perempuan, Gayatri sudah mengatai habis sampai mungkin gadis itu puas. Tapi ia punya pengendalian diri sehingga cara itu tak ia gunakan. Buat apa? ia hanya akan menjadi pengecut seperti Faza.

"Sakit hati? buat apa? gue bukan tipe orang yang suka memungut sampah. Jadi buat apa gue sedih dan menyesal?" ucap Gayatri lagi dengan nada sarkasnya.

Ditempatnya Faza terdiam. Gayatri saat ini sedang murka. Tetapi murkanya Gayatri tidak diluapkan dengan berapi-api. Gadis itu hanya menyahut dengan kata-kata menyentil yang begitu menohok.

"Gue malah berterima kasih ke lo. Gue jadi tahu kedok sebenarnya. Mungkin agak menyakitkan buat gue tapi seenggaknya gue tahu kalau Fajar bukan laki-laki baik buat gue."

"Sekali lagi selamat buat kalian. Semoga pernikahan kalian langgeng dan bahagia. Terhindar dari segala macam gangguan yang menggoyahkan pondasi rumah tangga kalian." Lalu Gayatri tersenyum singkat.

"Gue minta maaf Ya. Maaf gue udah merebut Fajar dari lo, tapi gue bener-bener cinta sama dia. Gue utamakan ego buat semuanya termasuk harga diri gue sebagai perempuan. Gue bahkan udah memutus urat malu gue buat ketemu lo setelah semuanya ini terjadi. Jujur gue posisi serba salah Ya."

Gayatri menyipit menatap Faza, "kalau intinya lo minta maaf ke gue, jangan kasih alasan yang jatuhnya seakan-akan lo nggak salah dan nggak berdaya. Sh*t! minta maaf lo bukan dari hati terdalam. Lo masih belum ikhlas meminta maaf ke gue. Kalau lo bener-bener tulus, nggak seharusnya lo cari alasan-alasan yang seakan-akan lo nggak salah disini. Kalau minta maaf ya minta maaf saja. Nggak perlu kasih alasan-alasan yang justru bikin gue muak. Terserah lo nganggep gue manusia nggak punya hati tapi setidaknya gue bukan orang munafik."

Gayatri lalu menatap Faza dengan serius, "lo adalah satu-satunya temen sekolah yang deket sama gue. Lo bahkan paham dengan gue, tapi ternyata lo nusuk gue dari belakang. Lo main hati sama Fajar. Bayangin lo berada di posisi gue, sakit? pasti. Rasanya seperti kepercayaan itu hanya sebuah kata belaka, nggak ada maknanya. Karena apa? karena sudah dipatahkan oleh sebuah pengkhianatan. Gue nggak masalah kalau pada akhirnya putus sama Fajar hanya gara-gara dia nggak tahan sama gue dan berpaling ke lo. Mungkin sakit hatinya nggak separah ini. Tapi ini kasusnya adalah kalian jadian ketika gue sama Fajar masih pacaran. Rasanya gue kayak orang bodoh yang mau aja percaya sama kalian. Tapi untungnya Tuhan baik sama gue, Tuhan masih ngasih orang-orang baik di sekitar gue. Gue di hibur dengan cara-Nya sendiri hingga gue nggak peduli dengan kalian lagi."

Setelah mengucapkan kalimat panjang itu, Gayatri tersenyum singkat dan kembali memasang wajah datarnya. "Anggap angin lalu saja ucapan gue. Nggak pnting didengarkan oleh orang kasmaran dan mabuk cinta."

"Gue usahakan datang kok. Jadi kalian cukup sediakan makanan banyak." Ucapan Gayatri yang santai dan seakan tak terjadi apa-apa barusan membuat Faza tambah canggung dan bersalah. Gayatri adalah tipe orang yang sekali marah, marahnya akan sangat besar dan menyeramkan. Gadis itu ketika marah hanya melontarkan kata-kata pedas dan senyuman yang justru terlihat menyeramkan dan membuat lawannya terdiam seketika.

Faza lalu hanya bisa tersenyum canggung ditempatnya. Ia kemudian beranjak dari duduknya dan pamit kepada Gayatri. Setelah Faza pergi, Gayatri kembali menutup pintu kontrakannya.
Gayatri lalu menghembuskan nafasnya seraya mengusap wajahnya kasar. Ia bukan cemburu atas pernikahan mereka. Tetapi ia marah dengan semuanya. Orang-orang dengan mudah menyakiti hatinya. Tetapi ia justru terlihat naif dengan ketidakberdayaan atas dirinya. Rasanya Gayatri ingin meluapkan semuanya tetapi buat apa? rasanya tak ada untungnya sama sekali. Semuanya sia-sia.

Pengkhianatan bukan perkara sepele. Walaupun ia tak membahasnya lagi, tetapi luka itu masih ada. Ia masih sangat marah walau ia sudah memaafkan semuanya. Tetapi terkadang rasa marah itu muncul tanpa diundang, membuat dirinya semakin kecewa atas semuanya. Ia kecewa dengan orang-orang yang ia anggap dekat tapi nyatanya bisa dengan mudah menusuk dirinya dengan tega. Padahal dirinya sebisa mungkin tak menyakiti orang lain.

Ketika sedang berusaha meredam gejolak emosinya, tiba-tiba gawainya bergetar dan segera ia mengambil gawainya yang ia kantongi di celana trainingnya itu.

Sebuah pesan via SMS membuat Gayatri mengernyitkan dahinya dalam. Sebuah nomor tanpa nama mengirimi dirinya sebuah pesan.

'Bripda Dyah Gayatri Amaratungga. Nama yang cantik, sayang anda tidak cantik dengan berani mengangkat senjata ke arah saya. Anda cerdas tetapi anda gegabah. Semoga anda tidak menyesali perbuatan anda ini. Selamat menikmati malam-malam terakhir anda yang damai ini. Oh iya, anda dapat menikmati malam tenang selamanya jika anda bersedia menurunkan senjata anda. Sungguh ini melelahkan, bukan?'

-M (13 2 1987)

Gayatri mendongak seraya mengusap rambutnya. Ia mendengus. Apalagi ini? terorkah?

Kemudian Gayatri balik memanggil nomor tersebut tetapi ternyata tidak terdaftar. Baru kali ini ia mendapat teror setelah tugas-tugasnya yang lalu. Rasanya antara khawatir dan semakin terpacu untuk mengungkap siapa yang sudah mengetahui daerah privasinya itu. Yang pasti, kasus ini melibatkan orang-orang besar dan punya pengaruh sehingga merasa jumawa dan superpower padahal Kepolisian sudah mengantongi kasus dan tinggal mengeksekusinya saja.

Gayatri kemudian mengetikkan sesuatu pada Esa. Ia meminta untuk mencarikan siapa pemilik nomor tersebut. Mungkin besok dirinya baru bisa tahu jawabannya.

.
.
.

Pengertian Gratifikasi menurut penjelasan Pasal 12B UU No. 20 Tahun 2001

Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnyaGratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.

Sumber : kpk.go.id

Note :
Karena banyaknya kata-kata kasar dan umpatan, harap teman-teman yang membaca bisa menyikapinya dengan bijak ya. Di awal sudah di peringatkan juga jika cerita ini banyak menggunakan kata kasar dan sebagainya.

Semoga bisa mengambil nilai dari part ini.

Mungkin bakal sering update tapi tidak setiap hari ya. So, makasih yang udah nungguin cerita ini dan memberi semangat ke aku. Lop❤

Continue Reading

You'll Also Like

604K 33.4K 46
Langsung baca saja ya!!
1.5M 6.6K 10
Kocok terus sampe muncrat!!..
17.2M 821K 69
Bagaimana jika gadis bar-bar yang tak tau aturan dinikahkan diam-diam oleh keluarganya? ... Cerita ini berlatar belakang tentang persahabatan dan per...
841K 31.6K 34
[KAWASAN BUCIN TINGKAT TINGGI 🚫] "Lo cuma milik gue." Reagan Kanziro Adler seorang ketua dari komplotan geng besar yang menjunjung tinggi kekuasaan...