Dunia Untuk Pelangi

By sasalinaaa

174K 14.9K 823

Pelangi Arkadewi Hanafi sedang berusaha untuk "mengembalikan" sosok Narendra Lesmana seperti dulu, sebelum mi... More

Prolog
PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 20
PART 21
PART 22
PART 23
PART 24
PART 25
PART 26
PART 28
PART 29
PART 30
CAST
Extra Part
CERITA BARU
CERITA BARU

PART 27

4.8K 461 19
By sasalinaaa

Angkasa Pov

Aku dan Pelangi sedang mencari-cari pakaian dan keperluan lain untuk kami berdua disalah satu toko pakaian di daerah Jl. Riau Bandung.

Pak Hidayat meminta Pelangi untuk menginap beberapa hari disini. Untuk menemani Bu Liana yang tadi pagi baru saja selelasai melakukan operasi, karna ada pendaharan di kepalanya.

Tadinya aku akan kembali ke Jakarta langsung, menggunakan travel atau kereta. Tapi Pak Hidayat meminta ku untuk tetap di Bandung menemani Pelangi.

Setelah melihat kondisi Ibu Liana, Pak Hidayat menyuruh ku dan Pelangi untuk beristirahat dirumahnya terlebih dahulu. Karna memang kami berdua belum beristirahat dengan baik sejak semalam.

Akhirnya setelah diberikan alamat rumah oleh Pak Hidayat, aku dan Pelangi segera pulang dari rumah sakit menuju ke rumah beliau.

Setelah selesai membeli kebutuhan kami berdua. Aku dan Pelangi melanjutkan perjalanan kami untuk ke rumah Pak Hidayat

Sesampai di rumah Pak Hidayat, kami langsung turun dari mobil untuk berjalan ke arah pintu rumah dan menekan belnya beberapa kali.

"Assalammualaikum" kata Pelangi saat pintu rumah dibuka oleh seseorang.

"Waalaikumsalam. Neng Pelangi ya?" Tanya perempuan paruh baya yang ada dihadapan kami.

"Iya, mmm bu" jawab Pelangi sambil tersenyum canggung.

"Perkenalkan saya Lastri. Asisten rumah tangga di rumah Bapak. Panggil saya Bi Lastri aja Neng" kata Bi Lastri sambil mengulurkan tangannya ke arah Pelangi.

"Tadi Bapak udah telpn katanya Neng Pelangi mau dateng kerumah. Masuk Neng" kata Bi Lastri sambil membuka pintu untuk aku dan Pelangi.

"Saya Angkasa Bi" kata ku memperkenalkan diri pada Bi Lastri.

"Oh iya Den, Bapak juga bilang Neng Pelangi dateng sama Den Angkasa. Pacarnya Neng Pelangi kan?" Tanya Bi Lastri sambil menerima uluran tangan ku.

Aku hanya tersenyum sambil menganggukan kepala.

"Delisa kemana Bi?" Tanya Pelangi yang sedang memperhatikan kesekeliling rumah.

Oh ya, kami saat ini berada di rumah Pak Hidayat yang ternyata ada di daerah Dago. Rumahnya cukup luas dan cuacanya cukup sejuk, meski ga sesejuk cuaca di villa beliau yang waktu itu kami kunjungi.

"Ada Neng. Dari semalem nangis terus di kamarnya" jawab Bi Lastri.

"Waktu tau Ibu kecelakaan, Neng Delisa ga berhenti nangis. Kemarin juga keukeuh minta ikut ke rumah sakit sama Bapak. Tapi Bapak ga kasih izin. Soalnya nanti Neng Delisa ga bisa istirahat kalau di rumah sakit." Jawab Bi Lastri.

Tiba-tiba kami mendengar langkah kaki seseorang menuruni anak tangga dan mendekat ke arah kami. Ternyata iti Delisa. Dia sedang berjalan mendekat ke arah kami.

"Kak Angi" sapa Delisa sambil mencium punggung tangan Pelangi.

"Om Angkasa" sapa Delisa dan mencium punggung tangan ku.

"Kakak udah nengok Bunda ke rumah sakit?" Tanya Delisa.

Pelangi tersenyum dan menganggukan kepalanya.

"Bunda gimana kondisinya kak?" Tanya Delisa sambil menatap Pelangi.

"Bunda udah di pindahin ke ruang perawatan biasa. Operasinya udah selesai dan alhamdulillah berjalan dengan baik. Kondisi Bunda semakin baik ko sekarang" jawab Pelangi sambol mengusap rambut Delisa.

"Kapan Delisa bisa ketemu Bunda?" Tanya Delisa.

"Nanti sore kita sama-sama ke rumah sakit ya. Tapi sebelumnya nanti aku telpn Ayah Delisa dulu, buat minta izin ajak kamu ke rumah sakit" jawab Pelangi sambil menarik Delisa kedalam pelukannya.

"Ara ko ga ikut kesini Om?" Pertanyaan dari Delisa membuat wajah Pelangi berubah sedih.

"Ara kan hari jum'at masih sekolah" jawab ku sambil mengusap kepala Delisa.

"Delisa kenapa ga sekolah?" Tanya Pelangi sambil memandang lembut ke arah Delisa.

"Neng Delisa tadi badannya agak demam Neng, jadi Bapak nyuruh untuk istirahat di rumah aja" jawab Bi Lastri.

"Neng, Den. Kamarnya diatas. Kita keatas dulu aja. Biar Neng Pelangi sama Den Angkasa bisa istirahat dulu" kata Bi Lastri sambil berjalan mendahului kami.

"Sebentar ya, aku bersih-bersih dan ganti baju dulu. Delisa udah makan?" Tanya Pelangi sambil merangkul Delisa.

Delisa hanya menggelengkan kepalanya.

"Belum Neng. Neng Delisa dari semalem ga mau makan" jawab Bi Lastri sambil membuka salah satu kamar yang terdapat di lantai 2.

"Ini kamar buat Den Angkasa, yang sebelah sini kamar buat Neng Pelangi. Di pojok sana kamarnya Neng Delisa" kata Bi Lastri menjelaskan ruangan yang ada di dekat kami.

"Silahkan istirahat dulu. Nanti biar Bibi siapin makan siang" Lanjut Bi Lastri.

"Makasih Bi" jawab ku.

"Kak Angi, Om Angkasa. Delisa mau masuk ke kamar lagi ya. Ada PR yang belum di kerjain" kata Delisa.

"Okay. Nanti kita makan bareng ya" kata Pelangi.

Delisa menganggukan kepalanya dan berjalan ke arah kamarnya.

"Bibi pamit kebawah ya Den Neng. Kalau ada apa-apa bisa panggil Bibi" kata Bi Lastri sambil berjalan ke arah tangga.

Aku menatap Pelangi yang sedang memperhatikan Bi Lastri menuruni anak tangga. Saat ini aku dan Pelangi masih menggunakan seragam kerja kami, yang sudah kami pakai sejak pagi kemarin.

Wajah Pelangi terlihat lelah dan beberapa kali Pelangi mengusap wajahnya. Aku mendekat kearahnya dan meraih pergelangan tangan milik Pelangi.

"Masuk ke kamar Ngi. Bersih-bersih dan langsung istirahat" kata ku.

"Makasih ya. Mas juga istirahat" kata Pelangi sambil bergerak masuk kedalam pelukan ku.

**********************************************************************

Aku sedang berada diatas kasur sambil memejamkan mata. Setelah membersihkan badan, aku berusaha memejamkan mata di dalam kamar ini. Rasanya kepala ku sedikit berat dan cuaca disini terasa lebih dingin.

"Mas" Pelangi memanggil ku dan sesekali mengetuk pintu kamar ini.

"Masuk Ngi" jawab ku dengan suara yang sedikit serak.

Pintu kamar terbuka dan menampilakan Pelangi yang sudah mandi dan berganti pakaian. Saat ini Pelangi menggunakan kaos panjang berwarna putih dan celana kain panjang berwarna coklat muda.

Setelah menutup pintu, dia berjalan mendakat ke arah ku yang masih tertidur di atas kasur. Aku menepuk tempat kosong disebelah ku, agar Pelangi duduk disini.

"Makan dulu yuk" kata Pelangi yang sudah duduk disamping ku.

Aku melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukan pukul 13.30.

"Sebentar ya." Kata ku sambil memejamkan mata.

Tangan Pelangi bergerak mengusap rambut ku.

"Eh badan Mas kok demam ini" kata Pelangi yang tangannya sudah menyentuh kening ku.

"Iya. Badan Mas juga agak ga enak ini" jawab ku sambil merubah posisi menghadap ke arah Pelangi.

"Yuk makan dulu. Nanti biar minum obat dan langsung istirahat lagi." Kata Pelangi sambil mengusap wajah ku.

"Nanti biar aku sama Delisa aja yang ke rumah sakit. Mas istirahat dulu aja disini" lanjut Pelangi.

"Ga usah. Ini aku istirahat sebentar juga langsung seger ko" jawab ku sambil menggenggam tangan Pelangi yang sejak tadi berada diwajah ku.

Aku menarik Pelangi perlahan untuk ikut berbaring disamping ku. Setelah berbaring disamping ku, Pelangi menghadap ke arah ku. Aku menarik Pelangi untuk lebih dekat dengan ku.

Kami saling memandang dalam diam. Tangan Pelangi masih setia berada diwajah ku. Sedangkan tangan ku sudah memeluk pinggang Pelangi.

Rasanya menyenangkan melihat Pelangi sudah kembali berada sedekat ini dengan ku. Pekerjaan yang menumpuk dan Pelangi yang menjauh, membuat hidup ku sedikit ga tenang. Sebulan terakhir ini benar-benar menguras emosi dan tenaga ku.

Wajah ku mendekat ke arah wajah Pelangi. Pelangi yang sepertinya sudah tau kemana tujuan ku, langsung memejamkan matanya.

Aku bergerak mencium kening pelangi, lalu ciuman ku turun ke arah hidung Pelangi dan terakhir bibir ku bergerak untuk mencium bibir milik Pelangi. Setelahnya aku sedikit menjauhkan wajah kami dan memandang wajah Pelangi dari jarak yang sangat dekat.

Mata Pelangi terbuka secara perlahan. Dia tersenyum dan tangannya bergerak mengusap rahang ku.

"Soal Ara, nanti kita bicarakan baik-baik ya. Jangan mengambil keputusam sendiri lagi" kata ku sambil mencium ujung hidung Pelangi.

Pelangi tersenyum dan menganggukan kepalanya. Wajah ku kembali mendekat ke arah wajah Pelangi. Saat bibir ku sudah mencapai tujuannya, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar yang sedang ku tempati ini.

"Den... Makan siang dulu. Bi Lastri udah siapin makan." Pelangi mendorong tubuh ku untuk menjauh.

Aku berdehem dan berusaha menormalkan suara ku kembali.

"Oh iya, sebentar ya Bi" kata ku sambil sedikit berteriak.

"Barusan ngetuk pintu kamar Neng Angi tapi ga di buka. Kayanya Neng Angi masih tidur. Tolong sekalian di bangunin ya Den" kata Bi Lastri lagi.

Pelangi yang sedang berada di hadapan ku berusaha menahan tawanya sambil mengigit bibir bawahnya. Wajahnya terlihat sedikit memerah.

"Iya bi." Jawab ku lagi sambil memandang Pelangi.

Saat ga mendengar suara apa pun lagi dari luar kamar, aku dan Pelangi saling tertawa tanpa mengeluarkan suara. Posisi Pelangi yang sejak awal berbaring menghadap ke arah ku, berubah menjadi terlentang. Dia menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya.

"Yaampun" kata Pelangi sambil tertawa.

"Ayok keluar." Kata Pelangi sambil bangkit dan berdiri disamping tempat tidur.

Aku ikut bangun dan berdiri disisi lain tempat tidur. Setelah melihat ke arah cermin dan memastikan penampilan ku baik-baik saja, aku berjalan mendekat ke arah Pelangi.

Pelangi masih menahan tawanya dan sesekali kembali mengigit bibir bawahnya. Saat Pelangi membuka pintu kamar dan berbalik ke arah ku, aku dengan cepat mengecup bibirnya dan berjalan mendahului Pelangi yang masih terdiam di dekat pintu kamar.

**********************************************************************

"Kondisi Ibu Liliana saat ini udah stabil. Mungkin sekitar 1 atau 2 jam lagi beliau udah siuman" kata dokter.

"Okay, makasih banyak dok untuk informasinya" Kata Pak Hidayat.

"Saya tinggal dulu ya Pak, mbak" dokter tersebut pamit dan meninggalkan kami yang masih menunggu diruangan Bu Liana.

Pelangi yang sejak tadi duduk di samping tempat tidur Bu Liana menatap ke arah Pak Hidayat.

"Om, om sama Delisa pulang aja. Istirahat dulu dirumah. Ibu biar aku sama Mas Angkasa yang jaga" kata Pelangi.

"Ga apa-apa. Saya istirahat disini aja" kata Pak Hidayat sambil berjalan ke arah sofa.

"Tapi Om ga nyaman kalau harus istirahat disini" kata Pelangi lagi.

"Saya dirumah pun ga akan bisa istirahat dengan nyaman Pelangi." Kata Pak Hidayat sambil tersenyum.

"Nanti kamu pulang aja ke rumah. Tolong temenin Delisa ya" kata Pak Hidayat sambil mengusap rambut putrinya yang sedang duduk di sebelahnya.

"Biar aku yang temenin Pak Hidayat Ngi" kata Ku sambil mendekat ke arah Pak Hidayat dan duduk di sebrangnya.

"Ga usah, kalian istirahat aja dirumah." Kata Pa Hidayat sambil tersenyum.

"Tapi Om cape udah nungguin Ibu dari kemarin. Om belum pulangkan dari kemarinkan?" Tanya Pelangi

Tok tok tok

Tiba-tiba terdengar suara ketukan dari arah luar ruangan. Saat pintu terbuka, disana sudah ada Mama, Papa dan Ara. Pelangi yang melihat Ara sedang berada didekatnya langsung terdiam.

Ara juga sama, dia diam dan ga mau diajak masuk kedalam ruang perawatan Bu Liliana. Untungnya ada Delisa yang mau mengajak Ara untuk bermain dengannya.

"Ara" panggil Delisa sambil tersenyum dan berjalan mendekat ke arah Ara.

Ku lihat Ara hanya tersenyum kecil saat membalas sapaan dari Delisa.

"Ayok sini masuk" kata Delisa sambil menarik tangan Ara dan mereka berjalan bersama ke dalam ruang perawatan Bu Liana.

"Bunda ku masih ga sadar Ra" Kata Delisa yang sudah duduk bersebelahan dengan Ara.

Aku hanya tersenyum dan mengusap rambut Ara dan Delisa bergantian.

"Liana gimana?" Tanya Papa yang sudah duduk di dekat ku dan Pak Hidayat.

"Kondisinya udah jauh lebih stabil sekarang. Tinggal nunggu siuman aja. Soalnya tadi dokter kasih obat biar Liana bisa tidur nyenyak." jawab Pak Hidayat.

Papah hanya menganggukan kepala sambil memperhatikan Ibu Liana yang masih tertidur di ranjang pasien.

"Ko gak bilang mau ikut Oma Opa ke Bandung?" Tanya ku sambil memandang ke arah Ara.

"Papah juga ga bilang kalau lagi ke Bandung sama Tante Angi" kata Ara tanpa memandang ke arah ku.

Aku hanya diam sambil sesekali melirik ke arah Pelangi yang ternyata sedang memperhatikan ku dan Ara.

"Kamu kemana aja Ngi? Ko sebulan ini ga pernah keliatan" kata Mama sambil berjalan mendekati Pelangi.

"Ehm banyak kerjaan di kantor Bu. Maaf ya jadi aku belum sempet main ke rumah lagi" jawab Pelangi canggung.

"Sibuk ngurusin acara semalem ya Ngi? Kamu keliatan kurang istirahat ini" kata Mama sambil memandang wajah Pelangi.

Pelangi hanya tersenyum ke arah Mama.

"Sa, Ara belum makan dari pagi." Kata Mama sambil menatap ke arah ku.

Ara yang duduk disebelah hanya menunduk dan memainkan jari-jarinya.

"Ara mau makan apa nak?" Tanya ku ke arah Ara.

Ara hanya diam ga menjawab pertanyaan ku.

Aku melirik ke arah Pelangi yang sejak tadi masih memperhatikan Ara dalam diam.

"Ara, kamu suka sushi gak? Kita makan sushi yuk?" Tanya Delisa sambil tersenyum.

Ara hanya tersenyum sekilas.

"Ayah Delisa mau makan sushi sama Ara" kata Delisa sambil melihat ke arah Pak Hidayat.

"Minta anter sama Kak Angi dan Om Angkasa aja ya. Sekalian Kak Angi juga belum makan lagi kan sejak tadi siang." jawab Pak Hidayat.

"Loh kenapa ini pada mogok makan sih?" Tanya mama sambil memandang ke arah Pelangi dan Ara bergantian.

"Sa, ajakin makan dulu gih. Ini udah mau malem juga. Sekalian makan malem aja. Biar Mama, Papa sama Pa Hidayat yang nungguin Bu Liana disini" kata Mama sambil menatap ke arah ku.

"Yuk, kita makan sushi. Ara kan suka banget sama sushi." Kata ku sambil berdiri dan menggandeng Ara dan Delisa.

Pelangi masih duduk di tempatnya. Sepertinya dia ragu untuk mendekat ke arah ku.

"Kak Angi, ayok kita makan sushi" kata Delisa.

"Aku tunggu disini aja ya" jawab Pelangi sambil berusaha tersenyum ke arah kami.

"Makan Ngi. Biar kami yang jaga Ibu mu" jawab Mama sambil mengusap bahu Pelangi.

"Ayok Ngi" kata ku.

Pelangi akhirnya berjalan mendekat ke arah kami. Aku memperhatikan Ara yang sejak tadi menatap sendu ke arah Pelangi. Sesekali dia menundukan kepalanya dan memperhatikan tangannya yang sedang berada dalam genggaman ku.

**********************************************************************

Aku, Pelangi, Ara dan Delisa sudah berada disalah satu restoran sushi yang ada di Bandung. Kami sejak tadi sedang memilih menu yang ada di tempat ini.

Sejak di perjalanan, Pelangi dan Ara masih sama-sama diam. Hanya suara Delisa dan aku yang sejak tadi terdengat diantara kami.

"Kak Angi, Delisa mau yang ini ya" kata Delisa sambil menunjuk ke buku menu.

"Oh okay" jawab Pelangi.

Pelangi menatap ke arah Ara yang sedang menundukan kepalanya.

"Ra, mau yang mana?" Tanya Pelangi dengan suara yang sangat lembut.

Ara hanya memandang Pelangi dalam diam.

"Ara mau yang mana sayang?" Tanya ku sambil mengusap rambut putri kecil ku ini.

"Om Angkasa, Hp Delisa kayanya ketinggalan di mobil. Boleh pinjem kunci mobil sebentar?" Kata Delisa yang sudah keluar dari tempat duduknya.

"Ayok Om antar aja" kata ku.

"Sebentar ya Ngi, aku antar Delisa dulu ke parkiran. Ara, bilang sama tante Angi aja ya kalau udah tau mau makan sushi yang mana" kata ku sambil tersenyum ke arah Ara dan Pelangi.

Aku tahu, sebenarnya Ara dan Pelangi membutuhkan waktu berdua. Mereka perlu menghabiskan sedikit waktu hanya berdua untuk saling mengungkapkan apa yang mereka rasakan.

**********************************************************************

Hai hai

Maaf yaa aku baru bisa lanjutin cerita Angi dan Angkasa

Terimakasih masih mau baca cerita ku

🙂

Continue Reading

You'll Also Like

21.5K 1.7K 16
apapun itu, hanya jeongwoo yang boleh menyentuh ratu nya sekarang
731K 46.6K 32
Semua orang mengira Saka Aryaatmaja mencintai Juni Rania Tanaka, namun nyatanya itu kekeliruan besar. Saka tidak pernah mencintai Rania, namun menola...
3M 150K 62
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
23.4K 2.2K 32
Gangguan kecil itu menjadi sangat berarti ketika dia sudah pergi .... Biasanya ada yang lalu lalang ke sana ke mari mencari perhatian ketika aku seda...