CANDALA [Lebih Dari Sekadar M...

By Mitsusuki

6.1K 3.3K 4K

Apakah saling mencintai bisa menjamin seseorang untuk bersama? ❝Aku takut kamu malu dengan keadaan aku yang s... More

PERKENALAN
PROLOG
SATU (Harapan!)
DUA (Gantung?)
TIGA (Bingung?)
EMPAT (Malu)
LIMA (Marah!!)
ENAM (Cemburu?)
TUJUH (Kalut)
DELAPAN (Rencana)
SEMBILAN (Spesial 1)
SEPULUH (Spesial 2)
SEBELAS (Bersalah?)
2 BELAS (Berat!)
3 BELAS (Paham)
PEMBERITAHUAN
4 BELAS (Lara?)
5 BELAS (Sesak)
6 BELAS (Kawan)
8 BELAS (Kebetulan?)
9 BELAS (Rindu)
2 PULUH (Gatol)
21 (Fakta)
22 (Yakin)
23 (Sesal)

7 BELAS (Bijak)

84 38 103
By Mitsusuki

Biarkan kisah cerita cintamu mengalir sesuai skenario alam semesta.



Lintang kembali berjalan dengan gontai, kali ini lebih pelan dari yang sebelumnya, ia menghirup nafasnya berat kemudian melepaskannya disusul dengan bahunya yang merosot, kegiatan itu sudah berulang-ulang entah sudah berapa kali.

Kakinya ia sentak-sentakan pelan seperti sedang menendang batu-batu kecil di jalan, padahal sama sekali tidak ada batu-batu di sana.

Dirinya berpikir, apakah tindakannya selama ini sudah salah, apakah ia sudah terlalu ikut campur denga privasi keluarga Karin. Ah pusing sekali memikirkannya.

Pria bersurai legam itu mengangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk, ia mencoba menetral emosionalnya sebelum dirinya sampai di rumah.

Tapi ada sesuatu yang membuat matanya memicing, memperhatikan pria dan perempuan yang berdiri sekitar lima meter dari depannya, lebih tepatnya mereka berdiri di depan pagar rumahnya.

Hei bukankah itu Wulan dan em... Langit, ah jadi pria yang menjemput adik perempuannya itu adalah Langit, hubungan mereka ternyata benar-benar serius.

Pria jangkung itu tersenyum-senyum sendiri melihat dua sejoli di depannya yang sedang berbincang dan tertawa, entah apa yang mereka bahas, tapi... kenapa mereka mendekatkan wajahnya. Ah tidak... ia harus mengacaukan itu, dasar tidak tahu tempat.

"Pepet terus gan." ujar lintang, membuat dua sejoli di depannya tersentak dan kikuk.

"Ganggu aja lu bujang." batin Langit.

"K_Kak Lintang."

"Kalian tadi ngapain?"

Mengerutkan keningnya, "Ngapain?" ujar Langit.

"Lah, malah nanya balik si jarwo."

"Ngapain gimana kak?, Wulan nggak ngerti." memiringkan kepalanya ke kanan.

"Kalian tadi mau ciuman kan, ngaku aja deh." ujarnya enteng.

"Hah!" ujar dua sejoli itu serentak.

"Hilih sok kaget lagi."

"T_Tadi tuh mata Wulan kelilipan kak."

"Iya, dan gue tiup-tiup matanya Wulan biar kelilipannya hilang." menggaruk tengkuk lehernya. "Jangan salah paham Lin."

"Alasan kalian tuh mainstream tau." terkekeh.

"Serius kak, Wulan nggak bohong."

"Terserah kalian deh bucin." melangkah meninggalkan dua sejoli itu kemudian berbalik, "Adegan yang tadi jangan di terusin, tau tempat dong." lanjutnya.

"Kalau bukan abang kamu, sudah ku tampol tuh dari tadi Lan." ujarnya menahan emosi.

Terkekeh, "Sabar ya, dia tuh memang suka jahil."

Pria jangkung yang sudah mengacaukan kemesraam adiknya itu membuka pintu rumahnya pelan, ia tahu kalau dirinya akan kena omelam oleh kumpulan orang-orang cogan di ruang tamu itu.

"Assalamualaikum, yang tidak jawab setan."

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." ujar semua pria cogan serentak.

Menggeleng, "Lama banget Lin, bertapa ya kamu di indomaret." titah Bagas.

"Iya bang sekalian ngadem."

"Demi?"

"Ya nggak lah bang, tadi tuh ada urusan sama teman." ujarnya dembari meletakkan belanjaannya di meja.

"Sudah kuduga," ucap Dicky sembari membuka colanya.

"Nak-nak ada makanan nih, serbu!" seru salah satu dari mereka yang sedang main play satation, kemudian menghampiri cola dan cemilan yang sudah di tata Dicky di meja.

"Di sebur beneran dong." tertawa Anton.

"Baru liat tingkah mereka gan, kalau makanan mah paling cepat." ujar Dicky, di susul tawa dari cogan-cogan yang sibuk dengan makanannya.

"Lin kamu punya gunting nggak?" tanya Raka.

"Ada kak di dapur, bentar ya aku ambilkan"

Lintang beranjak dari duduknya, kemudian melangkah ke dapur berniat mencari gunting yang dibutuhkan oleh Raka. Namun tanpa sadar, saudara laki-laki Laras itu ikut melangkah di belakangnya, mengikutinya diam-diam.

"Lintang." menepuk punggung pria dihadapannya pelan.

Terlonjak, "Astaga kak, kaget nih." mengelus dadanya pelan.

"Aku mau ngomong serius sama kamu." tatapnya datar.

Alis tertekuk, "Ada apa kak?"

"Semalam kamu ketemu Laras kan, di taman dekat rumah?"

"Iya, k_kok bisa tau kak?." mengangguk.

"Santa aja Lin, nggak usah tegang gitu." tertawa pelan melihat lintang yang gelagapan.

Lintang tertawa masam, dan menggaruk tengkuk lehernya.

"Kamu tau nggak, sebelum Laras ke taman, waktu dia turun tangga kakinya di sentak-sentak, udah gitu mulutnya monyong kayak ikan." tertawa pelan.

"Jadi gemas kak." terkekeh.

Mengangguk, "Tapi..."

"Tapi?" ujarnya heran.

"Waktu dia pulang, wajahnya ditekuk gitu, matanya juga sembab." mentap Lintang skeptis. "Kamu ada masalah sama Laras?" lanjutnya.

Pria bersurai legam itu hanya menunduk, kedua tangannya terkepal, bola matanya bergerak asal, ia tidak berani berkontak mata dengan Raka. Sesekali ia meneguh ludahnya, entah kenapa kerongkongannya kering dan mendadak haus.

"Kalau ada masalah, selesaikan baik-baik ya." menepuk pundak Lintang, kemudian berlalu meninggalkan pria jangkung yang masih diam dan menunduk ditempatnya.

~~~

Tok... tok... tok...

"Laras." ujar perempuan paru baya, membuka kamar anak perempuannya.

Perempuan bersurai panjang itu sama sekali tak bergeming dari posisi tidurnya, membelakangi pintu masuk kamarnya. Ia sama sekali tidak mengumbris panggilan mamanya, padahala dirinya tidak sedang tertidur, hanya saja matanya ia pejamkan.

Sesaat kemudian ia merasakan kalau mamanya sedang berjalan ke arahnya, kemudian duduk di sisi ranjangnya yang bernuansa hitam putih itu. Ada sebuah tangan yang mengusap lembut surai legamnya yang panjang.

"Nak kamu kenapa belum keluar kamar?"

Tidak ada wajaban

"Kamu sakit?" ujar mamanya, kemudian meraba pelan dahi anaknya, mengecek suhu tubuh perempuan bersurai panjang itu.

Laras menggeleng

Suasana hati Laras sangat tidak baik,  dan tidak ingin diganggu untuk saat ini. Pasalnya ia masih memikirkan kejadian semalam, kejadian dimana Lintang nekat ingin bertemu dengannya di taman dekat rumahnya, jauh-jauh datang hanya untuk membicarakan perihal Karin.

Di lain sisi lain, ia juga merasa bodoh dan gagal menjadi seorang teman, ia tidak tau dengan permasalahan temannya, permasalahan berat yang tengah di hadapi Karin seorang diri.

Walau kedekatannya dengan Karin terbilang masih baru, tapi yang namanya teman harusnya memberi dukungan jika temannya terpuruk. Bagaimana jika Lintang luluh pada Karin, dan...

Sudah sebra salah, takut kehilangan, ah campuraduklah suasana hati perempuan yang masih meringkuk di balik selimutnya itu.

Oke langkah yang terbaik adalah pemikirannya harus lebih terbuka, menerima sekaligus mengatasi permasalahan dengan pikiran terbuka, seperti itu mungkin bisa membuatnya kebih baik. Memikirkan kemungkin-kemungkinan yang positif saja.

"Mama tunggu kamu di bawah ya, kita makan sama-sama." mengelus rambut anaknya beberapa kali, lalu beranjak dan meninggalkan Laras yang masih setia membelakanginya.

Perempuan paru baya itu keluar dari kamar anak perempuannya, melangkah menuruni anak tangga dengan perasaan cemas memikirkan anaknya.

"Assalamualaikum." ujarnya Raka, membuka pintu rumahnya.

"Waalaikumsalam." nenoleh ke sumber suara.

"Sepi banget ma, papa belum pulang?" melangkah menghampiri mamanya.

"Belum kak." ucap perempuan paru baya itu.

"Laras di mana ma?"

"Dikamarnya, Laras belum keluar kamar sampai sekarang." mentap Raka sendu.

Kening mengerut, "Loh, kenapa ma?"

"Tadi mama cek, Laras nggak mau bilang apa-apa, cuma meringkuk terus di bawa selimutnya." mengangkat kedua alisnya, "Mama khawatir kamu coba bujuk adikmu yah untuk makan sama-sama.

Mengangguk, "Iya ma." menaiki anak tangga, kemudian berjalan lurus sampai pada depan pintu kamar adik perempuannya.

"Larasati Ardhiana... yuhu." ujarnya membuka pintu kamar adiknya.

Tak ada sahutan

Menghela nafasnya panjang, "Woy kebo, bengun gih sudah berapa jam kamu tidur kayak gitu."

Lagi-lagi tidak ada sahutan

Pria gagah berkulit putih itu mengembuskan nafasnya beberapa kali, kemudian melangkah ke ranjang adik perempuannya dan berakhir duduk si sisi ranjang itu.

Tangannya mengulur meraih surai legam dan panjang milik adik perempuannya, mengusapnya pelan penuh kelembutan. Adik satu-satunya yang begitu ceria akhir-akhir ini, dan sekarang meringkuk di bawah selimutnya.

"Kamu kenapa?, pasti ada kaitannya kan sama Lintang." menarik nafasnya. "Kamu tau nggak tadi aku main ke rumah teman kakak sama Anton, dan ternyata... teman kakak itu abangnya Lintang." tersenyum. "Dua memang benar-benar sempit ya."

Perempuan bersurai panjang itu tercekat mendengar cerita kakaknya yang menyebut-nyebut Anton dan Lintang.

Kemudian ia bergerak dan membalikkan badannya menghadap kakaknya, yang masih setia mengelus surai miliknya. Matanya mengerjap berkali-kali, memeperhatikan kakanya yang masih tersenyum.

Terkekeh, "Kamu pasti kagetkan, tenang kok mereka nggak saling kenal." menautkan alisnya, "Ayo bangun mama khawatir sama kamu, masa Lintang baik-baik aja kamu nggak!"

Mengacak surai adiknya, "Mata kamu belekan."

Melotot, "Serius kak." mengusap kedua matanya.

"Tapi bohong." tetawa, kemudian berlari kecil keluar dari kamar adiknya."

"Kak Rakaaaaa!"









⚠️jangan lupa vote

Supaya tidak lupa dengan Anton

Tidak lupa dengan Raka

Dicky sang gitaris uwu


©mitsusuki
To be continued...

Continue Reading

You'll Also Like

53.9M 4.4M 69
Serial adaptasi kini sudah tayang di Vidio! Gini rasanya jadi ISTRI seorang santri ganteng mantan badboy>< buruan lah mampir, siapa tau suka. F...
2.8M 241K 61
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
1M 52.8K 40
Bagaimana jika kalian sudah dijodohkan dengan seorang mafia? Tidak tidak, bukan cowonya yang seorang mafia, tapi cewenya. Tidak selesai sampai di si...
340K 20.5K 70
⚠️ Update Setiap Hari ⚠️ [ Jangan lupa follow sebelum baca! ] --- Cerita tentang seorang gadis bar-bar dan absurd yang dijodohkan oleh anak dari saha...