Dersik

khanifahda

758K 94.4K 6.6K

Hutan, senjata, spionase, dan kawannya adalah hal mutlak yang akan selalu melingkupi hidupku. Namun tidak se... Еще

Peta
Khatulistiwa
Proyeksi
Kontur
Skala
Topografi
Distorsi
Spasial
Meridian
Citra
Evaporasi
Kondensasi
Adveksi
Presipitasi
Infiltrasi
Limpasan
Perkolasi
Ablasi
Akuifer
Intersepsi
Dendritik
Rektangular
Radial Sentrifugal
Radial Sentripetal
Annular
Pinnate
Konsekuen
Resekuen
Subsekuen
Obsekuen
Insekuen
Superposed
Anteseden
Symmetric Fold
Asymmetric Fold
Isoclinal Fold
Overturned Fold
Overthrust
Drag fold
En enchelon fold
Culmination
Synclinorium
Anticlinorium
Antiklin
Sinklin
Limb
Axial Plane
Axial Surface
Crest
Through
Delta
Meander
Braided Stream
Oxbow Lake
Bar Deposit
Alluvial Fan
Backswamp
Natural Levee
Flood Plain
Horst
"Graben"

Trellis

10.7K 1.4K 108
khanifahda

Pola aliran trellis mempunyai bentuk aliran yang menyerupai pagar yang dikontrol oleh struktur geologi yaitu lipatan sinklin dan antiklin. Pola ini mempunyai ciri-ciri yaitu kumpulan saluran air membentuk pola sejajar yang mengalir mengikuti arah kemiringan lereng dan tegak lurus dengan sungai utama atau saluran utamanya. Saluran utama pada sungai ini biasanya searah dengan sumbu lipatan.
.

.

Gayatri mengobrak-abrik isi lemarinya untuk sekedar mencari pakaian yang cocok. Berulang kali decakan keluar dari mulut gadis itu.

"Perasaan baju gue juga satu lemari tapi kenapa gue ngerasa pakai baju itu-itu aja." Lalu tangannya menyingkirkan kemeja yang warnanya dominan gelap itu. Hampir semua pakaiannya adalah kemeja dan kaos gelap, sisanya dress yang ia kurang suka jika memakainya.

"Duh kenapa isinya kemeja sama kaos preman semua? eh bentar, kok gue ngerasa kayak mau kencan sih! alah bodoh amat lah, gue mau pake ini aja." Akhirnya pilihan Gayatri jatuh pada kaos putih yang dipadukan dengan kemeja hitam serta bawahan celana jogging yang beberapa kali ia pakai untuk acara kumpul bareng jika ia ingin memakai yang simple saja.

Setelah siap-siap, lalu gadis itu membereskan kamar dan bersiap untuk mengunci kontrakannya.

"Nggak usah. Tunggu aja di deket loket masuk. Ini gue udah siap kok kesana." Ucap Gayatri menjawab panggilan seseorang. Setelah itu sambungan berakhir dan Gayatri segera meluncur ke lokasi.

Jarak tempuh antara tempatnya ke daerah pantai Ancol Jakarta agak memakan waktu yang lama karena macet ketika menuju tempat tersebut. Weekend, membuat warga ibukota berbondong-bondong untuk pergi berwisata ke pantai Ancol.

Akhirnya setelah berhasil memarkirkan motornya, kaki jenjangnya melangkah menuju loket. Karena banyaknya pengunjung membuat Gayatri kesulitan mencari seseorang hingga netranya melihat sesosok laki-laki berperawakan tinggi dengan kaos putih dan celana pendek berwarna abu-abu. Tak lupa kaca mata hitam yang entah mengapa membuat Gayatri berpemikiran lain.

"Maaf lama, tadi sempet macet di depan."

Raksa yang sedang menunduk memainkan game online lantas mendongak. Ia sudah menunggu Gayatri sekitar 15 menit sehingga cukup bosan dan jengah menjadi objek lirikan pengunjung perempuan.

"Ya gue maklum." Raksa biasanya paling tidak bisa mentoleransi keterlambatan. Namun melihat banyaknya pengunjung kali ini membuat laki-laki itu maklum dan tak marah dengan Gayatri.

Sejenak Raksa menatap penampilan Gayatri yang agak lain dari biasanya. Jika Gayatri biasanya cukup simple dan cenderung membosankan outfitnya, kali ini gadis itu nampak lain dan terlihat-

"Ayok, keburu siang." Lamunan Raksa buyar setelah Gayatri mengajak Raksa untuk masuk ke wisata pantai Ancol.

Hari ini mereka membahas kasus Rusdi kemarin di pantai Ancol. Mereka ingin mencari suasana baru dan tidak melulu malam hari. Lagipula Raksa juga mendapatkan hari libur begitupun Gayatri. Akhirnya mereka memutuskan pantai Ancol sebagai tempat yang cocok untuk membicarakan sesuatu.

Setelah membayar tiket masuk, mereka berjalan mencari tempat yang pas. Mereka mencari tempat teduh yang tak banyak orang disana. Mereka berjalan agak jauh dari spot favorit pengunjung dan mendapat tempat di bawah pohon rindang. Beberapa pengunjung masih ada tapi bisa di hitung jari karena letaknya yang lumayan jauh dari pantai Ancol tetapi masih satu area.

Mereka duduk di bawah pohon yang terdapat bangku dan meja. Tempat ini cukup nyaman tetapi jarang ada yang datang kemari, mungkin karena berdekatan dengan tempat reklamasi sehingga kurang bisa menikmati secara bebas lautan itu sendiri.

"Sorry menganggu waktu libur lo." Ucap Raksa kemudian.

Gayatri mengangguk, "nggak masalah. Sorry juga kemarin gue nggak sempet balesin chat lo."

"No problem. Lo juga sibuk."

"Sekarang lagi sibuk apa lagi?" basa-basi Raksa. ia juga tak mungkin langsung membahas sebuah kasus dengan Gayatri.

"Sekarang gue ada kasus baru soal prostitusi online, tapi masih tahap awal." Jawab Gayatri santai. Ia juga tak masalah berbagai kesibukannya dengan Raksa. ia tahu mereka juga sama-sama Abdi negara dan tahu suka dukanya juga.

Raksa ditempatnya mengangguk, "lo polisi muda tapi sangat berkompeten. Gue baru nemu teman yang enak buat diskusi banyak hal. Jarang gue nemu orang kayak lo." Ucap Raksa dan Gayatri hanya tersenyum tipis sebagai jawabannya.

"Gue nggak sehebat yang lo pikir. Gue juga banyak kekurangannya, gue juga masih belajar."

Raksa tersenyum tipis dan menatap hamparan air laut di depannya itu. Walaupun panas tapi angin laut masih terasa menyapu kulitnya.

"Lo selalu merendah kalau gue puji kelebihan lo." Gayatri seketika tergelak pelan. Entah mengapa ia menikmati obrolan ringan ini.

"Kalau gue dongak terus nanti kepala gue sakit." Entah mengapa jokes garing itu membuat Raksa tergelak cepat. Laki-laki itu tak menyangka Gayatri juga bisa membalas ucapanya itu walaupun dengan jokes yang terkesan kaku.

"Lo juga pandai juga ya ngelawak."

"Gue bukan tukang lawak." Sahut Gayatri cepat.

"Oke-oke terserah lah yang penting kita ngobrolnya santai aja nggak papa."

"Kemarin lo sempet bilang kalau menangkap Rusdi dan bertanya tentang senjata itu kan?" Gayatri mengangguk di tempatnya.

"Tapi keburu Rusdi meninggal di tempat. Gue udah mau tanya tentang senjata itu tapi emang kayaknya butuh kerja keras lagi."

"Dia sempet bilang apa?"

"Dia cuma bilang M-m. Gue nggak maksud dengan apa yang ia bilang, tapi cuma itu yang bisa gue tangkep sebelum meninggal."

"Eh bentar, sebelum dibawa ke Rumah sakit, gue sempet cari barang di sakunya dan nemu pin kartu tapi bukan angka." Dengan cepat Gayatri memperlihatkan ke Raksa. Sebuah foto yang sempat Gayatri ambil sebelum barang-barangnya Rusdi di ambil sebagai barang bukti. Gayatri memperlihatkan foto dengan aksara Jawa dan nampak agak ngeblur.

"Boleh gue lihat?" Gayatri memperlihatkan dan meminjamkan gawainya kepada Raksa. Raksa mengamati gambar tersebut dengan seksama.

"Tha, Sa, Ta, Na, Ja?" setelah lama mengamati gambar yang menunjukkan aksara Jawa itu, akhirnya Raksa bisa membaca aksara itu dengan jeli.

"Apa maksudnya Tha Sa Ta Na Ja?"

Gayatri menggeleng begitupun Raksa yang sudah buntu berpikir hingga sekarang. "Ini bukan kode militer, ini kode yang sengaja di buat untuk mengelabui kita. Kemungkinan ini adalah kode akses yang nggak sembarang orang bisa akses."
Gayatri di tempatnya ikut berpikir. Kira-kira apa yang menyebabkan harus menggunakan kode beraksara Jawa itu?

Lalu Gayatri bangkit dan membiarkan Raksa menatap foto yang sudah Gayatri kirim ke gawai Raksa. Gayatri berjalan ke arah warung kecil yang tak jauh dari sana dan menjual  makanan ringan. Kebiasaan Gayatri akan melakukan hal lain jika sudah buntu dengan pikirannya. Hal itu efektif karena setelah itu biasanya Gayatri bisa berpikir jernih lagi.

Gayatri kemudian kembali dengan membawa dua botol teh dan beberapa makanan. Entah mengapa ia merasa lebih baik sekarang sehingga bisa enjoy membeli makanan ringan yang jarang ia beli beberapa minggu ini.

"Minum dulu," Gayatri menyodorkan satu botol minuman ke Raksa. Raksa yang sedang serius langsung menatap Gayatri.

"Anggap aja ucapan terima kasih karena udah baik sama gue kemarin."

Raksa lalu menerimanya, "gue nggak nuntut balas budi kok. Btw, thanks ya."

Gayatri mengangguk sesaat meneguk minumannya. "Lo juga sering bayarin gue makan padahal gue bukan siapa-siapa lo. Kita aja baru ketemu gara-gara operasi."

"Jujur gue bukan tipe orang yang gampang percaya sama orang lain." Sahut Raksa dengan tatapan mengarah ke laut di depannya. Tapi perasaan yakin membuat Raksa menaruh kepercayaan kepada Gayatri.

"Suka laut?" tanya Raksa kemudian. Ia tak ingin membahas lebih lanjut obrolan tadi. Raksa ingin mengajak Gayatri berbicara santai kali ini walaupun mereka membawa topik yang cukup berat.

"Suka, lebih suka sama laut Selatan kalau gue. Gue suka sama ombaknya yang besar, mungkin beberapa orang sudah ngeri mendengar debur ombaknya. Tapi gue merasa bahwa ada sensasi sendiri ketika gue melihat dan mendengar ombak di pantai selatan." Jawab Gayatri. Sejenak mereka meninggalkan topik utama tadi.

"Berulang kali ke laut tapi gue juga nggak bosan. Tapi gue suka yang nggak ramai, yang tenang biar bisa menikmati laut lebih leluasa." Sahut Raksa.

Lalu Raksa melirik Gayatri yang justru sibuk dengan gawainya. Hal itu membuat Raksa berdecak karena merasa kesal. Ia paling tidak suka ketika di ajak bicara tapi yang diajak bicara malah sibuk sendiri.

Gayatri mendongak ketika menunggu sinyal yang agak ngadat di tempat tersebut. Lalu matanya menangkap Raksa yang nampak kesal di tempatnya.

"Kenapa?"

"Apanya yang kenapa?" tanpa sadar laki-laki itu berkata dengan nada agak ngegas. Hal itu membuat Gayatri mengernyitkan dahinya.

"Lo lah. Ada apa?"

Bukannya menjawab, Raksa malah mendengus, "orang kalau lagi ngomong tuh di dengerin, jangan malah sibuk sendiri, namanya nggak menghargai dan nggak sopan."

Gayatri tambah mengernyitkan dahinya, tetapi kemudian ia teringat sesuatu. "Makanya jangan suudzon dulu. Gue dengerin kok tapi gue lagi cari aksara Jawa, gue nggak terlalu paham walaupun gue ada darah jawanya. Gue masih penasaran banget sama arti tulisan itu dan ternyata bener kata lo, cuma huruf aksara Jawa biasa. Tapi tetep gue percaya kalau ada sesuatu di balik aksara itu."

Jawaban Gayatri membuat Raksa terdiam dan mengumpat dalam hatinya. Mengapa ia bisa negative thinking pada gadis itu sih? Raksa tak bisa berucap lagi. Setiap sesuatu yang diperbuat oleh Gayatri membuat Raksa tak bisa berkutik dari tempatnya.

Di sampingnya, Gayatri terus berpikir keras. Gadis itu masih penasaran dan tak akan menyerah sebelum menemukan jawabannya. Gayatri berulang kali mengulang-ngulang aksara Jawa tersebut. Raksa hanya bisa memperhatikan Gayatri yang begitu serius. Saking seriusnya Gayatri sampai tak sadar di perhatikan terus menerus oleh Raksa.

"Eh di aksara Jawa ada aksara angka nggak?" pertanyaan Gayatri barusan membuat Raksa tersadar dari pemikirannya. Sial!

"Ada tapi bukan begitu bentuknya,"

"Lagipula kalau si tulis pake angka dalam aksara Jawa lebih gampang ketahuan dan pasti nggak mungkin di lakukan oleh mafia. Dan alternatif di buatlah kode lewat aksara Jawa dengan kesepakatan mereka." Lanjut Raksa.

Gayatri mengacak rambutnya karena merasa sulit memecahkan teka-teki ini. Berulang kali membuang nafasnya kasar ketika tak mampu berpikir secara jauh.

Saking bingungnya Gayatri, gadis itu mengulang-ngulang aksara Jawa tadi dengan menggunakan jarinya. Hal itu juga menyebabkan dirinya hafal 20 aksara Jawa dalam sekejap saking diulang-ulang berkali-kali.

Raksa menggeleng dengan tingkah Gayatri yang begitu serius namun justru terlihat berbeda dengan yang lain. Gayatri adalah gadis gigih yang akan memecahkan sesuatu dengan serius.

"Udah jangan di pikirkan kalau lo pusing. Gue juga minta bantuan yang lain karena ini berhubungan dengan kode."

"Iya." Sahut Gayatri singkat. Lalu merasa agak menyerah kali ini, Gayatri memilih meneguk minumannya hingga habis dan menatap laut di depannya. Beberapa kapal besar nampak terlihat sedang berlayar di tengah lautan sana.

"Oh iya, tumben banget lo ngajak gue diskusi siang-siang begini? biasanya kan malem." Tanya Gayatri tiba-tiba.

"Mumpung gue cuti aja, trus kalau malam waktunya singkat. Kalau begini kan bisa seharian kalau mau bahas kasus. Tapi lo juga nggak liburan? mungkin bareng temen atau pacar?"

"Hahhh.. kenapa orang kalau pergi sendiri atau bareng temen pas liburan selalu di tanya, 'kenapa nggak liburan bareng pacar?' gue ngerasa hidup cuma berputar ke asmara saja. Goal hidup hanya mengarah pada percintaan. Padahal bahagia itu sederhana nggak perlu banyak gaya dan alasan. Setiap orang punya cara sendiri buat dirinya bahagia dan menikmati hidup. Nggak semuanya tentang asmara dan hubungan sehingga terkesan bahagia harus punya pasangan dan keluar berdua dengan pasangan ketika liburan."

"Terus kalau gue balik nih, kenapa juga lo nggak keluar bareng pacar lo dan malah ngajak gue ke pantai begini? gimana? enak nggak kira-kira di dengar? ya mungkin kalau lo ada jawaban lo bisa jawab, 'mungkin nggak ada pacar' tapi tetep aja nggak enak ditanya begituan. Sorry kalau ucapan gue terkesan kasar tapi gue emang nggak nyaman kalau ditanya seperti itu. And then, jangan pernah menyamaratakan semua perempuan ya. Ada beberapa yang santai menanggapi ini dan ada yang mudah tersinggung. Tapi gue lebih mengarah ke 'mengapa harus tanya gitu sih? apa ngga ada tanya yang lain, misalnya, gimana hari libur lo? lo menikmatinya apa nggak? atau nggak, gimana hari lo?' itu justru lebih terkesan menurut gue. Tapi balik lagi nggak semua perempuan punya pemikiran yang sama."

"Sorry, gue nggak maksud begitu. Tapi bukankah itu pertanyaan klise?"

Gayatri mengangguk, membenarkan pernyataan Raksa. "Bener, bahkan sudah menjadi pertanyaan orang-orang."

"Nah sekarang gue balik lagi ya, kenapa lo nggak menghabiskan libur lo dengan jalan bareng pacar or something?" seketika wajah Raksa berubah menjadi masam, hal itu membuat Gayatri terkekeh di tempatnya.

"Agak annoying kan?"

"Gue nggak ada pacar." Justru Raksa menanggapi kalimat Gayatri itu sebuah jawaban yang membuat gadis itu tergelak.

"Tapi gue serius nih, beneran lo nggak ada pacar?"

"Kenapa?" Bukannya langsung menjawab, Gayatri justru tertawa. Sekali-kali ia membuat Raksa kesal kali ini. Ternyata laki-laki itu agak kaku di ajak bercanda. Memang begitulah.

"You have everything, uniform, rank, good looking, and good career, setidaknya begitulah."

Raksa agak berpikir sebentar sebelum akhirnya menjawab. "Gue bisa aja gunain semuanya. Tapi nanti goalnya apa? gue dipandang sebagai abdi negara yang gunain sesuatu yang nggak patut di manfaatkan secara publik. Pernah nonton SpongeBob? gue inget kata-kata Squidward yang pernah bilang jika, 'seragam adalah simbol ketertindasan.' Jadi buat apa? yang ada semuanya adalah 'beban' bagi gue. Lo tau kalau abdi negara adalah pelayan bagi rakyat dan nggak ada yang patut di lebih-lebihkan. Artinya dengan lo pake seragam dan punya pangkat, lo harus siap sedia buat rakyat, lalu bener kan kata Squidward? ketertindasan disini adalah dimana lo nggak bisa bebas menggunakan kekuasaan yang negara berikan. Ketika lo pakai seragam, artinya lo cuma 'pembantu' negara yang bekerja untuk rakyat. Ada beban yang harus lo emban dengan serius. Dan untuk good looking, cinta nggak modal tampang aja, percuma gue manfaatin wajah gue tapi kalau yang suka gue hanya gara-gata wajah. Cinta nggak semudah lihat orang ganteng trus suka, kalau begitu konsepnya, umur 40 50 bubar sudah. Hidup nggak ada rasanya. Yang ada hanya mengejar-ngejar ketidaksempurnaan itu."

Entah mengapa Gayatri tanpa sadar tersenyum mendengar ucapan Raksa. Selama ini mereka ketika bertemu jarang sekali Raksa menggunakan atribut pekerjaannya. Laki-laki itu lebih suka memakai pakaian biasa tapi tetap saja aura militernya begitu kentara.

Lalu mereka sama-sama terdiam. Gayatri merasa senang bisa berdiskusi dengan Raksa. Setidaknya mereka membahas random tapi begitu mengena.

Lalu Gayatri melirik Raksa yang nampak sibuk dengan gawainya. Gayatri kemudian menatap lautan di depannya, tanpa sadar ia kembali mengulang aksara Jawa dalam batinnya dengan tangan yang menghitung setiap aksara.
3 kali ia mengulang dan Gayatri menemukan sesuatu dari kegiatannya itu, "19, 8, 7, 2, 13."

Tanpa sadar Gayatri berucap dan membuat Raksa menatap Gayatri cepat, begitupun Gayatri langsung menatap Raksa. Apa itu sebuah kode?

.
.
.

Продолжить чтение

Вам также понравится

143K 4.2K 21
"Kamu sudah berani kembali, itu artinya kamu enggak bisa berharap aku akan membiarkan kamu pergi lagi." Allucard. Empat tahun yang lalu, Sheina menin...
541 111 6
"Oh ayolah! Aku ingin membuat cerita tentang Haruka malah masuk isekai!!" Aleandra Hika, seorang penulis Fanfic dan pelajar kelas 2 SMK, dia penasara...
MY BODYGUARD IS SEXY Jejemaurenn

Художественная проза

728K 6.3K 19
WARNING 18+ !! Kenzya Adristy Princessa seorang putri terakhir dari keluarga M&J group yang diasingkan karena kecerobohannya. Ia hanya di beri satu...
Hold Me With Your Lies [COMPLETE] Rosesseries

Художественная проза

937K 21.1K 49
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...