Sinar Cinta Hulya

Por Aifhyma

11.2K 3.5K 935

"Hulya, menikahlah denganku!! Lengkapi ibadahku menuju Jannah-Nya!! Dan kita tidak akan pernah terpisah seper... Más

Opening
Part 1 (Prolog)
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 32
Part 33
Part 34

Part 31

213 46 7
Por Aifhyma

Klik ⭐ dulu yukk...
⤵⤵⤵
Happy Reading❤❤❤
⬇⬇⬇

Cahaya mentari pagi di kota Edinburgh begitu bersahabat dengan hembusan angin sepoi yang menyapa di setiap pepohonan hijau disana. Beriringan dengan sang fajar mulai bergeser naik.

Setelah melaksanakan sholat sunnah Dhuha, Fahri dan Hulya berencana akan mengelilingi kota tersebut.

Bukan hanya itu, sepasang pengantin baru itu juga akan mengunjungi beberapa tempat-tempat yang terkenal keindahannya disana.

Mulai dari mereka menikmati kuliner khas kota Edinburgh yang terkenal akan kelezatannya, mengunjungi pantai yang memiliki pasir begitu putih dan bersih, serta ombak yang menari lepas di lautan.

Meskipun kedua mata mereka ditutupi dengan kacamata hitam, tetapi tidak ada yang bisa lengah dengan situasi bahagia dari wajah sepasang suami istri itu.

"Fahri! Aku sangat bahagia sekali." seru Hulya sembari berjalan di sebelah Fahri

"Dan aku pun bersyukur untuk itu," balas Fahri seraya tersenyum pada istrinya

"Andaikan saja Mayra juga ikut, pasti akan sangat menyenangkan!" ujar Hulya seraya menatap lurus ke depan

Sentak Fahri menghentikan langkahnya dan memutar tubuh mungil Hulya agar menghadapnya.

"Hulya! Kenapa selalu membawa-bawa namanya saat kita sedang bersama?" jeda
"Hulya! Jika seandainya Mayra juga ada disini, semuanya belum tentu seindah yang kamu bayangkan!" tukas Fahri seraya meletakkan tangannya pada kedua bahu Hulya

"Tapi Fahri! Bukankah dulu waktu kecil kita juga pernah bermain bersama dengan Zhara di taman? Kita bisa bahagia bersama kan?" Hulya balik bertanya

Fahri menghela napasnya. Kemudian ia menatap Hulya dengan senyumannya.

"Hulya! Aku tidak pernah bahagia saat ada orang lain di antara kita. Karena aku tidak ingin ada sesuatu apapun yang bisa menjadi jarak untuk memisahkan kita!" seru Fahri seraya menangkup wajah Hulya

Dibalik kacamata hitamnya, kedua mata Hulya tengah berkaca-kaca. Ia merasa terharu mendengar ucapan penuh cinta dari suaminya barusan. Seakan-akan luka yang pernah tergores di hatinya beberapa waktu lalu, mulai hilang. Dan ia pun tersenyum bahagia di balik cadarnya.

Kemudian Fahri menarik Hulya ke dalam pelukkannya.

"Sebelum kamu mengatakan apapun tentang dia, aku sudah bisa membayangkan bagaimana raut wajah cantikmu itu akan berekspresi. Tapi itu tidak begitu penting bagiku. Karena apa yang ada di hatimu, itu yang lebih penting untuk ku jaga!" seru Fahri

"Terima kasih, Fahri!! Aku sangat mencintaimu." ucap Hulya seraya membuat jarak dengan Fahri

"Aku juga begitu mencintaimu," balas Fahri seraya mengecup kening istrinya

Hulya iseng menginjak kaki Fahri, lalu memilih pergi dari hadapannya. Ia berlari kecil di iringi dengan tawa bahagianya.

Sedangkan Fahri yang tengah memegangi kakinya, tak mau di kalahkan begitu saja oleh Hulya. Ia segera mengejar Hulya.
Tanpa perlu banyak melangkah, Fahri sudah bisa menangkapnya.

"Huufft! Fahri! Sudahlah, lepaskan aku!" ujar Hulya ngos-ngosan

"Tidak mau!!" cetus Fahri

"Fahri! Apa kamu begitu tega padaku?"

"Sebelum aku yang tega, kamu sudah tega duluan kan?" Fahri balik bertanya

Hulya terkekeh mendengar kata-kata Fahri barusan yang seperti anak-anak saja.

"Baiklah! Aku minta maaf!" ucap Hulya

"Apa kamu menginginkan sesuatu di balik kata maaf mu itu?"

"Iya! Kok kamu bisa tahu?"

"Aku mengenalmu bukan hanya dalam sehari ini saja, Hulya!" kata Fahri seraya tersenyum

"Okey! Kalau begitu aku mau naik ayunan itu. Kamu akan mendorongnya kan, Fahri?" ujar Hulya seraya menunjuk sebuah ayunan disana

Dengan semangat Fahri menganggukinya.

Hulya tengah menaiki ayunan beralaskan kayu itu dengan Fahri yang telah siap mendorongnya dari belakang.

Hulya membuka kacamata hitam yang tadi ia kenakan, lalu menaruhnya di kepala. Ia berteriak riang saat dirinya mulai melayang di atas jajaran ombak. Ia bahkan tidak mempedulikan lagi saat bagian bawah dari pakaian syar'i yang ia kenakan itu basah karena air laut.

"Kadang dunia bisa menjadi begitu indah karena adanya cinta. Cinta dalam kebersamaan kita. Yaitu kau dan aku! Terima kasih Yaa Rabbi! Engkau telah mengizinkanku merasakan kebahagiaan cinta yang sesungguhnya dengan dia," seru bathin Hulya seraya menoleh ke arah Fahri yang tengah asyik mengayunnya

Setelah Hulya puas bermain ayunan dan juga bertepatan dengan adzan dzhuhur sudah berkumandang, mereka memilih untuk melaksanakan sholat terlebih dahulu.

"Allaahu Akbar Allaahu Akbar..
Allaahu Akbar Allaahu Akbar,"

Mereka segera mengunjungi sebuah mesjid yang di sediakan khusus untuk umat Islam beribadah di tengah-tengah kota Edingburgh.

Fahri dan Hulya mulai melaksanakan sholatnya berjajaran dengan saf kaum muslim lainnya. Mereka mulai mengikuti imam yang memimpin pelaksanaan sholat di depan.

Setelah ucapan salam selesai, Fahri menyempatkan untuk berdoa disana.

"Yaa Allah! Atas izin dari-Mu, aku telah membawanya kesini. Dan memberikan segenap cinta serta kebahagiaan untuknya yang tidak akan ada habisnya. Yaa Allah! Sebagaimana Engkau telah mengizinkan kami bersatu di tengah-tengah masalah yang rumit, maka aku mohon Yaa Allah! Janganlah Engkau biarkan kami berpisah di tengah perjalanan saat meraih Ridho-Mu untuk menuju Jannah-Mu! Aamiin..." seru Fahri dalam hati dengan penuh pengharapan pada Sang Ilahi

Fahri dan Hulya telah meninggalkan mesjid yang megah itu.
Mereka hendak menghabiskan waktu siang dan sore nya di sebuah danau yang di kelilingi oleh kebun bunga disana.

Hulya tersenyum kagum saat melirik berbagai macam warna bunga tertanam dengan rapi dan tumbuh mekar menghiasi kebun itu.

"Masyaa Allah, Fahri! Ini benar-benar indah sekali," seru Hulya antusias

Fahri memetik setangkai bunga mawar berwarna merah muda, lalu membawanya pada Hulya.

"Sama seperti mu! Kau bahkan lebih indah darinya," kata Fahri seraya memberikan bunga tersebut pada Hulya

"Terima kasih, Fahri! Kamu jangan selalu memujiku seperti itu," ucap Hulya malu-malu

Sedangkan Fahri hanya terkekeh melihat ekspresi istrinya.

Tak lupa juga mereka abadikan moment bahagia itu di tempat indah tersebut.
Fahri mulai mengambil foto dirinya bersama Hulya.

Kemudian Fahri mengajak Hulya untuk menaiki sebuah perahu yang telah tersedia disana bagi setiap pengunjung yang ingin menjajari danau.

Fahri meminta tolong jasa fotografer untuk mengambil beberapa gambar dirinya bersama Hulya saat berada di atas permukaan danau.

Mereka sangat menikmati sekali keindahan pesona alam disana.  Apalagi dengan cuaca yang begitu cerah dan sangat bersahabat. Selain itu, mereka juga bisa melihat segerombolan ikan sedang berkumpul saat di taburi makanannya.

"Lihatlah Hulya! Mereka itu sangat lucu-lucu kan?" ujar Fahri

"Iya Fahri! Aku sangat menyukainya dan juga tempat ini," kata Hulya seraya melihat ke arah sekitarnya

"Apa suatu hari nanti kamu mau kita kesini lagi?"

"Sangat ingin," jawab Hulya

"Baiklah! Kalau begitu, kita akan berkunjung kesini lagi bersama anak-anak kita nanti." ujar Fahri seraya tersenyum

"Insyaa Allah, Fahri !" jawab Hulya

Sesekali Fahri iseng menyirami Hulya dengan air danau tersebut.
Tak mau kalah, Hulya pun membalasnya.

Setelah puas bermain disana, Fahri menaiki sebuah sepeda dan Hulya duduk di bangku belakangnya.

Mereka berniat menghabiskan waktu sore hingga senjanya mengelilingi kebun bunga tersebut, hingga mengunjungi jembatan yang membentang dari pinggiran pantai menuju ke bagian kecil pertengahan lautan.

Atas permintaan Hulya, Fahri menghentikan sepedanya di ujung jembatan itu. Hulya menatap lurus ke arah matahari yang mulai terbenam dengan merentangkan kedua tangannya. Ia tersenyum bahagia saat angin datang menghembus khimarnya.

"Tetaplah seperti ini Hulya! Meski suatu saat keadaan kita tidak selalu bisa begini." ucap Fahri seraya memeluk Hulya dari belakang dan menyandarkan dagunya di bahu kanan Hulya

"Selama bersamamu, aku akan selalu seperti ini Fahri! Dan bukan hanya aku saja. Kamu juga harus selalu bahagia! Bagaimana pun keadaan kita nanti," kata Hulya dengan tangan kanan mengelus pipi suaminya

"Tentu istri mungilku," ucap Fahri seraya mengecup pipi kanan Hulya

Bukannya menjawab, Hulya hanya menunduk malu. Sudah bisa di tebak kalau wajahnya tengah memerah saat ini.

***

_TBC_

Thanks For Reading..

Jangan lupa kasih VOTE n COMMENT nya ya !!

See you the next part 🙋

Wassalaam
🙏😇🙏

Seguir leyendo

También te gustarán

9.9K 1.2K 21
(Proses Revisi) Hilya seorang santri Wati di Pesantren El-Banat Bogor. Kecantikannya yang natural membuat namanya populer bukan hanya di kalangan san...
68.4K 8.4K 35
"Terimakasih untuk hal baik dikala itu mas" Alya Uzma Taqiyya Memendam rasa kagum kepada seseorang secara diam diam itu tidak salah, selama kamu meny...
5.9M 309K 58
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
237K 19.5K 55
Selamat datang di cerita baru saya . Kisah ini bercerita tentang seorang anak kyai yang jatuh cinta kepada seorang santriwati dalam diamnya. Lama mem...