Scenery from The Past

De Jeoniish

8.1K 885 193

Siapa sangka, saat kabar lamaran kerjanya telah resmi diterima oleh perusahaan besar di Seoul, Rae menyadari... Mais

Prolog (+)
1 - I'm Back
2 - Meet
3 - Repeated
4 - Just Scared
5 - Why Missing?
6 - It's Hurt
7 - Baby Printing
8 - Doubt
9 - Jealous
10 - Confused
11 - Camera
12 - Ice Cream
13 - I Need You
14 - Dinner
16 - Not Mine

15 - Gallery Art

256 37 20
De Jeoniish

÷ × ÷ × ÷


Tidak ada yang tau kecuali Sam bahwa hari ini Rae akan pindah ke apartemen yang sama dengan pria asal Eropa itu. Rae akan tinggal di satu gedung yang sama dengan Sam dan tentu saja dengan nomor kamar yang berbeda.

Setelah dipikirkan dengan baik, akhirnya Rae memutuskan untuk meninggalkan rumah mendiang paman dan bibinya serta mengalihfungsikan rumah itu menjadi sebuah panti asuhan. Rae senang dan bersyukur karena akhirnya ia bisa mewujudkan mimpinya untuk menyediakan tempat tinggal layak bagi para anak-anak yang kehilangan orang tuanya.

"Semua sudah aman?" Tanya Sam yang telah selesai membawakan semua koper milik Rae ke dalam kamar apartemen barunya.

"Sudah, Sam. Untuk barang-barang yang besar biar petugas saja yang membawakannya." 

Sam mengangguk paham. Sementara Rae menutup pintu apartemennya dan mempersilahkan Sam untuk duduk bersantai di sofa ruang tamu minimalis.

Suara gelas kaca yang bersentuhan terdengar dari arah dapur. "Kau mau soda atau minuman apa?" Tanya wanita itu.

"Sepertinya minuman soda cocok."

"Baiklah, akan aku siapkan." Sahut Rae kemudian menyiapkan minuman segar tersebut.

Meski menjadi penghuni baru, tetapi pihak apartemen memang sudah menyiapkan beberapa furniture utama seperti kulkas, televisi, bahkan sofa serta beberapa furniture lainnya.

Sam yang masih menunggu lantas mengambil remote dan menyalakan televisi. Suara dari pembaca berita kini mengisi se-isi ruangan.

Sam cukup terkejut melihat siapa yang muncul dalam berita tersebut. Kemudian ia terkekeh, "Wah.. Rae, lihatlah bos kita itu. Sepertinya ia semakin tidak tahan untuk segera menikah dengan Ailee." Ujar Sam sambil menyandarkan tubuhnya pada punggung sofa.

Rae yang hendak menyuguhkan gelas di atas meja terdiam sejenak. Matanya melirik pada arah televisi.

"Mereka terlihat cocok bukan?" Celoteh Sam tanpa tau apa yang tengah dirasakan oleh Rae detik ini.

Layar televisi berubah menjadi hitam setelah Rae mematikannya secara tiba-tiba. Cukup membuat Sam merasa heran.

"Mau bersantai di balkon?" Ajak Rae mengalihkan suasana.

Meski rasa bingung masih mengelilingi isi kepalanya, Sam tetap meng-iya-kan ajakan Rae. Ia lantas mengekori Rae menuju keluar.

Suasana malam ini cukup tenang. Hawa dingin dan semilir angin malam menghembus membuat Rae sedikit bergidik kedinginan.

"Berada pada posisi seperti ini ternyata menyakitkan juga, ya.." Celetuk Rae.

"Posisi apa maksudmu?"

Rae menarik napas dalam. Lalu memperhatikan gelas kaca yang masih digenggamnya.

"Aku pernah membaca beberapa novel. Isinya bercerita tentang sepasang kekasih yang berpisah, kemudian setelah beberapa tahun kemudian mereka dipertemukan kembali secara tak terduga dengan suasana yang sudah berubah. Bahkan yang sebelumnya menjadi orang pertama, seolah-olah kini menjadi orang ketiga."

Sam menyahut, "Terdengarnya hubungan itu rumit, ya.."

"Ya, memang rumit. Sangat rumit." Balas Rae sambil tertawa kecut.

Hening sejenak.

Keduanya sama-sama menyelami suasana malam itu yang semakin dingin menusuk. Hingga akhirnya Sam teringat akan rencananya besok.

"Ah, iya, sepertinya besok aku harus pulang sebelum pukul empat sore." Ujar Sam spontan sambil melihat jalanan kota yang ramai.

"Memangnya kenapa?"

"Akan ada Gallery Art di dekat taman kota nanti. Pasti jalanan akan macet karena pengunjung yang datang."

"Gallery Art?"

"Iya," Sam mengangguk. "Kau mau mengunjunginya?" Sambungnya lagi.

"Tentu saja," Jawab Rae antusias. "Aku tidak akan pulang sebelum mengunjunginya."

Sam berdecak kagum, "Wah, ternyata kau punya selera yang sama dengan Taehyung-ssi. Lihat saja besok, dia pasti akan mengunjunginya juga."

Raut binar dari wajah Rae seketika berubah. Senyum semangatnya perlahan menurun.

Benar. Taehyung pasti sangat menyukai tempat seperti itu. Tempat yang selalu menjadi destinasi utama mereka dikala menghabiskan waktu berdua.

*******

Meeting Room, V GROUP
15.40 KST

Bolpoin hitam dengan ukiran nama Han Taehyung masih berputar diantara jari telunjuk dan jari tengah pemimpin perusahaan tersebut. Agaknya ia memang mulai tidak fokus dalam memperhatikan apa yang tengah disampaikan oleh Sam. Terlihat dari sikap Taehyung yang berulang kali memperhatikan jam Rolex yang melilit di tangan kirinya.

Kedua alis Taehyung terangkat, memberikan isyarat pada Sam untuk segera mengakhiri presentasi dan meeting ini. Sam yang menyadari hal tersebut lantas mengangguk paham dan melakukan perintah dari Taehyung.

Lima belas menit kemudian meeting pun selesai. Taehyung sudah kembali ke ruang kerjanya. Ia lantas bersiap untuk pergi mengunjungi Gallery Art.

Disaat ia sibuk mengenakan coat cokelat selututnya, pintu tiba-tiba terbuka setelah terdengar tiga kali ketukan dari luar sana. 

"Ada apa, Sam?" Tanya Taehyung saat melihat presensi pria itu dengan tiga berkas ditangannya.

Sam kemudian mendekati Taehyung dan menyodorkan benda ditangannya.

"Ini catatan hasil meeting tadi, Tuan."

"Ah, baiklah, kau taruh saja diatas meja itu."

Taehyung mengarahkan dengan dagunya, sebab kedua tangannya masih sibuk memperbaiki scarf bermotif di lehernya.

"Terima kasih, ya." Ujarnya lagi.

Sementara Sam mengangguk sopan sembari tersenyum.

"Ehm.. Taehyung-ssi, sebenarnya ada hal penting yang terlewat saat meeting tadi." Ujar Sam.

"Apa itu?"

"Ini perihal kode numerik untuk mengakses perangkat inti dari software antivirus yang diluncurkan kemarin. Apa kode numerik itu akan diketahui oleh tim inti perusahaan atau hanya kau saja yang mengetahuinya?" 

Entah mengapa, ada rasa takut ketika Sam mengajukan pertanyaan ini. Tetapi bagaimanapun, ini sudah menjadi bagian dari tugasnya.

Taehyung yang sedari tadi sibuk bersiap seketika terdiam. Tangannya tak lagi berkutat pada scarf mahalnya. Pria itu lantas menoleh pada Sam.

"Masalah itu, biar aku, Kang Chin Hae, dan-- " Tehyung kembali membuang pandangannya ke arah lain. 

"Dan?" Tanya Sam sedikit penasaran.

"Lu-lupakan saja, aku akan mengurusnya sendiri. Sekarang kau bisa pergi, karena aku juga harus segera mengunjungi Gallery Art sebelum ramai."

"Gallery Art?" Celetuk Sam seakan teringat suatu hal.

Taehyung hanya mengangguk seraya memeriksa lagi kerapihan pada penampilannya.

"Kenapa memangnya?"

Sam tertawa kikuk, "Tidak, Tuan, aku hanya ingat Rae juga akan mengunjunginya. Mungkin kau bisa pergi bersamanya?"

Taehyung menatap Sam, seolah ada pesan di dalam tatapan tersebut yang membuat pria Eropa itu kaget dan sedikit ketakutan. Sam kemudian pamit dan dengan cepat meninggalkan ruangan Taehyung. Meninggalkan pria itu sendirian dengan kebingungan yang mulai menggelayuti pikirannya.

Sampai akhirnya, Taehyung kemudian meraih ponsel, mengetikkan satu nama yang hendak ia hubungi.

"Maaf, sepertinya aku harus pergi sendiri, Ailee." Ujar Taehyung dengan suara berat yang khasnya.

*******

Mobil sedan hitam melesat cepat diantara padatnya jalanan kota Seoul. Sunroof mobil yang terbuka seakan menjadi pemandangan baru yang menarik atensi orang-orang sekitar untuk melihat mobil sport itu.

Ailee menaikkan kacamata hitam pada batang hidungnya. Rambutnya yang tak terikat ikut berterbangan bersama angin. Siapapun yang melihatnya pasti akan takjub. Aura mahal dari gadis yang sedang menyetir itu tak bisa terbantahkan.

"Jadi, Taehyung membatalkan museum date nya sore ini?"

Ailee mengangguk singkat dan memberhentikan mobilnya dengan lembut tepat saat lampu lalu lintas berubah menjadi merah.

"Dia yang merencanakan dan mengajakku, tapi dia juga yang membatalkannya, haha." Ailee tertawa kecut.

Kini ia menutup kembali sunroof mobil setelah orang-orang di kendaraan lain mulai memperhatikannya.

Yoje hanya mengangguk.

"Senang bisa menjadi partner sedihmu." Canda pria itu.

Lantas Ailee terkekeh dan mulai melajukan kembali mobilnya.

"Memangnya aku terlihat sedih, ya?"

"Ehm.. hanya sedikit." Balas Yoje dengan ekspresi seolah tengah menganalisis. "Tapi tenang saja, kau masih terlihat cantik meski dengan rambut yang berantakan itu."

Tawa renyah dari keduanya langsung menghangatkan atmosfer mobil itu.

Ailee sejank berpikir.

Selain tak menyadari rambutnya sudah tak beraturan. Ailee juga tak menyadari sejak kapan ia bisa se-akrab ini dengan Yoje.

Apakah sejak hari pertama ia shooting dengan Yoje sebagai bintang iklan?

Atau saat pertemuan tak sengajanya di restoran kemarin?

Atau mungkin, sejak satu jam yang lalu saat ia menelpon Yoje untuk menemaninya disaat Taehyung membatalkan janji museum date nya?

Ailee seketika tertawa sendiri sambil berdecak kecil. Mengalihkan wajahnya ke luar jendela mobil.

"Kenapa? Ada apa? Kau menertawakan ku juga, ya?" Tanya Yoje kebingungan melihat gadis itu tiba-tiba tertawa tanpa sebab.

"Tidak, tidak. Kau duduk saja yang tenang dan nikmati perjalanan sore ini, oke?"

"Oke, tapi kita mau kemana?"

"Kemana saja agar aku senang, ya.."

Yoje mengangguk, "Iya, kemana saja asal kau senang, Ailee." Ujarnya sembari menatap hangat Ailee. Nada suara itu terdengar begitu tulus. Tetapi Ailee tak begitu menyadarinya. Sebab gadis itu masih sibuk menikmati suasana menyetir dikala matahari mulai terbenam, memasuki malam yang dingin.

÷ × ÷ × ÷ × ÷

So, gimana nih tanggapannya untuk chapter ini? Meskipun cukup pendek ya chapternya huhuu
Adakah scene yang bikin kalian greget, kesel, atau baper?:'v

Agak kasian liat Ailee. Mungkin dia udah pake outfit terbaiknya untuk museum date bareng Taehyung, tapi ternyata gagal༎ຶ‿༎ຶ

Share juga dong moment apa yang paling kalian tunggu buat para tokoh-tokoh cerita inii hehehe

Thank you buat yang selalu support cerita inii!! Ditunggu next part nyaa yaa!!

See you temen-temen!!

Big Love,

Jeoniish.

Continue lendo

Você também vai gostar

97.5K 17.7K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
45K 6.2K 38
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
319K 26.3K 37
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
469K 46.9K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...