faster than a wedding

Por andirananda

1.9M 61.5K 1.4K

Nalani Lituhayu, gadis yang baru saja memasuki masa SMA-nya harus kehilangan mimpinya karena hamil di luar ni... Mais

chapter 1
chapter 2
chapter 3
chapter 4
chapter 5
chapter 6
chapter 7
chapter 8
chapter 9
chapter 10
chapter 11
chapter 12
chapter 13
chapter 14
chapter 15
chapter 16
chapter 18
chapter 19
chapter 20
chapter 21
chapter 22
chapter 23
chapter 24
chapter 25
chapter 26
epilog

chapter 17

58.6K 1.8K 59
Por andirananda

updatenya gak lama kan? hahaha of course karena harusnya chapter 16 sampai di sini. I feel so sorry to you cause I made a stupid mistake like cutting my own story -____-

tunggu lanjutannya yaaa yang cantik, ganteng ya ya ya si gorgeous. yang sabar ya lanjutannya, I l.o.v.e you so much deh *yang cewek dicium radina yang cowok dicium nalani*

makasih yaa yang nyempetin baca, apalagi ninggalin jejak macam vote, comment sama fanning. *terharu mode on* enjoy ya =)

***

Oke, oke, jadi dia diem aja karena gak ada kabar dari Agung?! How good ya dia gak peduli sama ciuman gue gara-gara seseorang bernama Rayagung itu! Radina mencak-mencak dalam hati lalu mendengus. Selera makannya pun hilang begitu saja.

Selesai makan mereka berdua kembali ke apartemen, Radina menuju beranda untuk merokok sementara Nalani menonton tv setelah mengganti bajunya. Tidak ada yang bicara karena Nalani tidak berinisiatif untuk bicara sementara Radina sedang kesal.

Rayagung goblooook! Radina berseru dalam hati.

Radina segera mematikan rokoknya dan menghampiri Nalani.

“Nal,” panggil Radina.

Nalani menatapnya.

“Agung lagi sibuk, kamu tau kan dia orang penting,” kata Radina.

Nalani mengangguk, sorot sedih matanya terlihat jelas.

“Kamu udah ngehubungin dia?” tanya Radina.

Nalani mengangguk.

“Jangan-jangan dia gak mau ngehubungin kamu lagi,” kata Radina.

Nalani terlihat muram. “Aku juga mikirnya gitu,” katanya dengan begitu sedih.

Nah, yang begini ini yang butuh penghiburan, batin Radina. Radina menarik Nalani ke dalam pelukannya, mengusap punggungnya untuk memberikan kehangatan.

“Bau rokok,” kata Nalani.

BISA GAK SIH LU GAK NGERUSAK SUASANA, NAAAAL?! Radina menjerit dalam hatinya.

Nalani masih diam, pikirannya masih tertuju pada Agung yang tidak ada kabar. Ketika ia masih melamun, ia merasa ada kehangatan di keningnya, bibir Radina.

“Aku mandi dulu terus ganti baju biar gak bau rokok,” kata Radina, meski kesal sekali dengan Nalani yang merusak suasana barusan.

Nalani diam saja, di kepalanya hanya ada Agung. Rasa khawatir memang selalu menghantuinya ketika ia sedang tidak ada kerjaan seperti ini. Ketika pikirannya masih melayang jauh entah ke mana, ponselnya berdering. Muncul nama Agung di layarnya.

“Halo, Agung?!” Nalani langsung bersemangat.

“Mbak, ini saya, Bejo, Mbak inget saya?” tanya orang yang di seberang sana.

“Pak Bejo? Sopirnya Agung?” tanya Nalani.

Injih, Mbak, anu Mas Agungnya di rumah sakit...” jawab Pak Bejo.

“Lha, nang ndi?

Nang Bandung, Mbak...”

Nang rumah sakit mana toh, Pak?”

Pak Bejo memberi tahu di mana rumah sakit tempat Agung dirawat dan Nalani langsung membuka pintu kamar untuk memberi tahu Radina.

“Radina, ayo ke rumah sakit sekarang!” kata Nalani begitu pintu kamar terbuka.

“Haaaa?” Radina terkejut karena ia sedang mengeringkan rambutnya, bertelanjang dada, dan hanya memakai boxer.

“Ayo,” kata Nalani sambil menarik-narik tangan Radina.

“Ke rumah sakit mana, Nal? Ngapain? Aku pake baju dulu,” kata Radina.

“Nih pake cepetan!” kata Nalani sambil melempar sweater Radina ke wajahnya.

Radina segera memakai sweaternya dan Nalani sudah menarik tangannya lagi.

“Nal, aku belom pake celana! Bentar dulu dong, dompet aku juga di celana...” kata Radina.

“Cepet, pokoknya, cepet!” Nalani membuat Radina diburu-buru.

Radina yang tidak tahu kalau Nalani hendak menemui Agung malah diselimuti perasaan senang dan heran. Ternyata bisa juga Nalani bersikap seperti ini, terburu-buru dan tidak jelas maksudnya apa sekaligus menggenggam tangannya dengan erat hingga naik taksi.

***

Radina mulai curiga karena Nalani tidak pergi ke UGD, melainkan ke lobby rumah sakit dan menanyakan sebuah ruangan ke satpam. Nalani setengah berlari dan Radina mengikuti jejaknya. Firasat Radina memburuk. Pasti...

“Agung!” Nalani langsung memanggil Agung yang sedang duduk dengan tatapan tidak fokus. Nalani berlari mendekati Agung dan memeluknya dengan sangat erat. Agung membalas pelukan itu dengan sama eratnya.

Radina terpana melihat keintiman dua orang tersebut. Tidak ada yang membuka mulut, tapi Radina yakin kalau Nalani memeluk Agung dengan sepenuh hatinya.

Pak Bejo menatap Radina lalu memberinya kode untuk ke luar kamar, membiarkan kedua orang tersebut untuk berkomunikasi satu sama lain.

“Mas ini siapa ya?” tanya Pak Bejo.

“Saya Radina,” jawab Radina.

“Lha, suaminya Mbak Lani toh? Ta kirain sudah dewasa kok ya masih muda begini,” kata Pak Bejo dengan logat jawa yang kental.

“Bapak siapa?”

“Oh ya, maaf. Saya Bejo, sopir dan pengasuhnya Mas Agung dari kecil.”

Radina mengangguk paham lalu duduk di ruang tunggu pasien yang berada di luar kamar.

“Agung kenapa, Pak?” tanya Radina.

“Ada yang mencelakainya waktu survey ke Garut, Mas. Sepertinya ada yang iri sama Mas Agung jadi Mas Agung diserang,” jawab Pak Bejo.

“Ooooh.”

“Tapi sekarang Mas Agung ndak bisa liat, Mas. Pukulan di kepalanya mencederai saraf matanya. Kata dokter sih penyembuhannya mungkin lama. Saya ndak tau harus ngapain, Mas. Kenapa harus Mas Agung yang begini.”

Radina langsung menatap Pak Bejo yang kini matanya berkaca-kaca.

***

“Aku gak bisa liat, Lan, aku nggak bisa...” Agung mengeluh di tengah tangisnya.

“Ini cobaan dari Tuhan, Gung. Kamu masih disayang Tuhan...” kata Nalani.

“Kamu gimana sekarang? Sehat?” tanya Agung sambil meraba wajah Nalani.

“Sehat banget,” jawab Nalani sambil menggenggam tangan Agung yang membelai wajahnya.

“Peluk aku lagi, Lan,” kata Agung.

Nalani menuruti kehendaknya itu.

“Adnan gimana? Baik-baik aja kan? Sehat?”

Agung mulai berbicara seperti dulu, menanyakan kabar Nalani dan anaknya sambil tetap berpelukan sampai Agung menguap.

“Ngantuk, Gung?” tanya Nalani.

“Nggak...” jawab Agung.

“Tidur aja. Aku tungguin,” kata Nalani.

“Janji ya?”

“Janji...”

Agung menggenggam erat tangan Nalani di dadanya dan ia menutup matanya. Tangan Nalani yang bebas membelai kepala Agung dengan lembut dan penuh perasaan hingga terdengar suara dengkuran yang sangat halus dari mulut Agung.

Radina melihat semua itu dari kaca yang terdapat di pintu kamar Agung. Ia melihat betapa akrab dan intimnya kedua orang tersebut.

“Nal...” panggil Radina sembari masuk ke dalam kamar Agung.

Nalani langsung menatap Radina.

“Kamu diem di sini aja ya, aku pulang. Adnan juga udah sampe,” kata Radina.

Nalani mengangguk.

I don’t know who you are, Nal, batin Radina.

Perasaan Radina sudah tidak karuan bentuknya dan tiba-tiba segelintir pertanyaan menghujaminya: siapa Nalani sebenarnya?

Well, you don't know who I am. How could I know who you are, Radina membatin lagi.

Radina mendesah resah lalu mengisap rokoknya untuk menghibur diri sekaligus menghangatkan tubuh di dinginnya kota Bandung malam ini.

Continuar a ler

Também vai Gostar

The Player ✔ Por jenn

Ficção Adolescente

28.9K 2.6K 59
(COMPLETED) Ketika semesta berkata lain dalam mengerjakan skenario tuhan. Tidak ada yang bisa melawannya. **** Hampir setiap orang menjadi pemain da...
31.8K 4.5K 45
ini hanya kisah kehidupan tujuh bapak muda yang bersahabat, lengkap dengan keluarga kecilnya yakni pasangan hidup yang pastinya cantik dimata mereka...
15.6K 1.2K 34
Ivan secara tidak sengaja memberi tahu sahabatnya bahwa dia mempunyai pacar baru. Tetapi kenyataannya adalah dia tidak mempunyai pacar dan sekarang d...
1.3M 114K 26
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...