Kuanta (End)

By WinLo05

49.6K 9.6K 2.1K

Kuanta merupakan novel Fiksi Ilmiah-Fantasi yang menggambarkan tentang keberadaan dunia paralel. Ketika hanya... More

Salam
Chapter 1 - Suku Un
Chapter 3 - SHAREit
Chapter 4 - Dimensi f3
Chapter 5 - Paralel 2728
Chapter 6 - Hukum Gravitasi
Chapter 7 - Over Power
Chapter 8 - Aljabar
Chapter 9 - Termodinamika
Chapter 10- Usaha dan Energi
Chapter 11- Labor OV
Chapter 12 - Gelombang elektromagnetik
Chapter 13 - Fisika Dasar
Chapter 14 - RADAR
Chapter 15 - Monster Stormi
Chapter 16- Sinar Gamma
Chapter 17 - Dilatasi Waktu
Chapter 18- Gaya Normal
Copyright Si Maniak Fisika
Chapter 19 - Gaya Implusif
Chapter 20- Bunyi
Chapter 21- Arus Listrik
Chapter 22 - Energi Kinetik
Chapter 23- Sinar Inframerah
Chapter 24 -Kekekalan Energi
Chapter 25 - Kinematika
Chapter 26- Vektor
Chapter 27- Jenis Energi
Chapter 28- Energi Kalor
Chapter 29- Atom
Chapter 30 - Gerak Lurus
Chapter 31 - Indranila
Chapter 32- Aplikasi AIR
Chapter 33- Zombie
Chapter 34- Libra
Chapter 35 - Vaksin
Chapter 36- Dewa Naga
Chapter 37- Kinematika
Chapter 38- AIR & SHAREit
Chapter 39- Cosmic
Chapter 40- End
Chapter 41 - Regenerasi Sel
Chapter 42- Laju Perambatan
Chapter 43- Gerak Melingkar
Chapter 44- Wifi
Chapter 45- Hukum I Kirchhoff?
Chapter 46 - Pertemuan
Chapter 47- Final
Atom

Chapter 2 - Hyperspace

3.2K 470 72
By WinLo05

Ya! Hari minggu. Fisika pikir, Izar akan datang ke rumahnya. Tetapi setelah menunggu dari pagi hingga langit telah menggelap. Batang hidung Izar tidak kunjung muncul.

Mustahil, kalau Izar tidak mengingat rumah tempat ia menghabiskan masa kecilnya. Sebagai gantinya, Fisika baru tahu. Kalau Tante Ikel telah menelepon mamanya dan mengatakan bahwa ia ingin merekrut Fisika sebagai karyawan di perusahaannya yang berada di luar kota.

Tania yang masih berhubungan baik dengan Ikel. Tampak tidak keberatan mengenai hal tersebut. Dia bahkan meminta Fisika untuk menjaga sikap selama bekerja di sana.

Di kamar, Fisika masih merasa heran. Izar tidak bilang, akan membantu pekerjaan di perusahaan keluarga mereka. Pria itu hanya menyinggung membantu pekerjaannya. Namun apapun itu, Fisika rasa mungkin ia yang salah penafsiran. Pekerjaan Izar mungkin yang dimaksud memiliki arti yang cukup luas.

Dering notifikasi dari pesan whattsapp pun mengalihkan atensi Fisika.

Vulcanno : Besok pagi jam 8. Kita ketemu di tempat kemarin. Lo bawa barang yang sekiranya perlu aja di dalam ransel. Gue saranin gk perlu bawa koper.

Fisika : Lo gak bilang, kalau gue kudu bantu urusan di perusahaan keluarga lo. Mama lo nelepon nyokap gue tadi

Vulcanno : Itu bagian dari rencana. Tante Tania gak curiga, kan? Gak tanya aneh-aneh sama lo?

Gue juga gak nyangka. Bisa ketemu lo setelah sekian lama kita berpisah. Ya, gue rasa. Ini semacam takdir. Lo percaya takdir gak sih?

Fisika : Mama gk tanya aneh2. Cuma bilang, gue baik-baik kerja sama keluarga lo. Kalian masih merintis usaha butik ya? Tapi gue gak ada bakat di bagian seni. Gimana nih?

Gue pikir, gue cuma bantu karir lo dunia literasi saja. Mana gue tahu. Kalau ada double job.

Vulcanoo : Don't worry. Lo memang cuma bantu urusan gue aja. Soal mama gue dan mama lo. Itu cuma rencana kamuflase.

Fisika : Maksud lo? Lo gak ngerjain gue lagi kan?

Eh, gara-gara manager lo itu. Gue sampai searching di google buat cari arti ini bilangan aneh di tangan gue. Maaf aje nih.

Gue tahu. Otak gue lemot, tapi ini sumpah bikin otak gue mendidih. Jawabannya 10.

Bilangan 4,7, ... 13, 15.. Itu masing-masing ditambah 3. 4+3=7. Begitu pula, 7+3=10, 10+3 =13, 13+2=15


Lo serius kasih gaji gue segitu?


Vulcanno : Serius. Gue bakal jelasin SOP nya besok pagi. Lo tidur nyenyak malam ini.

Btw. Aerglo itu bukan manager gue dan lo suka nulis fantasi dan sci-fi kan?

Fisika : Lalu Sagi siapa? Teman kerja lo kan?

Iya. Gue suka nulis itu. Dan gue suka banget sama naga.

Vulcanno : Oke. Met malam, Fis

Fisika : Dih. Malam juga

.
.
.

Senin pagi merupakan awal hari yang penuh rutinitas. Meski baru setengah 7 pagi. Lalu lintas sepanjang Karta cukup padat oleh orang-orang yang pergi bekerja dan anak-anak yang pergi sekolah.

Fisika berusaha menyelip di tiap celah kendaraan dengan gesit. Dia mungkin akan terlambat jika harus mengikuti arus kendaraan.

Matahari bersinar cerah. Yap, secerah harapan setiap makhluk tentang keberhasilan hari ini. Fisika tiba di Veorovia Cafe And Book dengan tubuh cukup berkeringat. Ia merapikan rambutnya di parkiran sebelum masuk bertemu Izar.

Bagaimana pun, penampilan bagi Fisika adalah nomor satu dalam pekerjaan. Cafe itu cukup sepi saat Fisika berjalan masuk.

Belum ada pengunjung lain, selain Izar yang tampak sibuk dengan laptop di atas meja. Penjaga cafe pun, tidak terlihat batang hidungnya.

"Lo sendiri?" tegur Fisika seraya menarik kursi untuk duduk.

"Harusnya salam dulu," balas Izar tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop.

"Maaf. Pagi Izar. Lo sendirian? Sagi gak ikut?" ujar Fisika dengan wajah datar. Dia kembali memandang sekitar cafe. Lalu mata cokelatnya terhenti di deretan rak penuh buku.

"Dia akan datang. Lo udah siap?"

Sekarang, laptop di depan Izar telah dipadamkan. Fokus pria itu, kini mengarah pada Fisika yang memakai kemeja putih dilapisi cardigan warna hijau alpukat.

"Siaplah. Gue kan udah di sini. Jadi, pekerjaannya gimana?" Fisika sudah sangat penasaran. Matanya menatap Izar dengan penuh harap.

"Sebagai penulis sains fiksi. Lo percaya tentang teori di dalamnya?"

"Gue gak ngerti. Maksud lo apa?"

"Lo percaya tentang dunianya? Paralel? Multiverse?"

"Gue percaya. Seperti gue percaya akan keberadaan naga."

Mata hitam Izar semakin memandang Fisika dengan dalam.

"Jika dunia paralel itu ada. Apa lo percaya?"

"Percayalah. Apaan sih tanya-tanya gini? Jangan bilang, lo mau uji gue lagi dengan soal-soal aneh. Plis deh, Izar. Kita ini bukan anak sekolah lagi."

Perasaan kesal perlahan memenuhi relung hati Fisika. Dia sudah hapal betul tabiat Izar.

"Jujur aja. Lo mau jadiin gue patner bincang untuk cerita lo. Apa gimana nih?" tanya Fisika kembali. Izar sendiri mulai menarik diri dan menyandarkan punggung dibalik kursi.

"Gue ingin, lo bantu gue kumpulin permata biru untuk tanah kelahiran gue. Benda itu disebut Flower Winter, permata tersebut jatuh menembus celah tiap dimensi saat terjadi pertikaian beberapa waktu lalu."

Izar menghentikan ceritanya. Ia memberi jeda sejenak untuk Fisika memahami maksudnya. Namun gadis scorpio itu malah tertawa terpingkal-pingkal.

"Premis yang bagus. Lo pengen gue jadi beta reader atau ngajakin collab buat nulis nih?"

Izar menggeleng kecil. Reaksi yang wajar bagi diri tiap manusia.

"Gue serius," jelas Izar. "Gue ingin lo bantu gue kumpulin permata biru demi menjaga keseimbangan tiap dimensi. Lo mungkin mengganggap hal ini tidak masuk akal. Tapi gue bakal buktiin ke lo. Kalau dunia paralel itu ada."

Tawa di wajah Fisika lenyap. Binar matanya berkedut dan alisnya bertaut bingung. Sejenak, ia melirik ke sekitaran cafe. Memastikan belum ada pengunjung lain yang datang.

"Lo serius? Dunia paralel?"

Izar mengganguk.

"Tadi lo bilang tanah kelahiran lo. Apa jangan-jangan ... lo itu. Gila! Lo serius Izar? Lo manusia dari dimensi lain?!"

Mata cokelat Fisika terbelalak. Izar dengan tenang membenarkan tuduhan Fisika.

"Malakai itu benar-benar ada, Fis. Bukan sekedar cerita fiksi yang gue tulis. Oke, untuk latar memang nyata. Tetapi tokohnya, semua fiksi."

Impuls otak Fisika dalam mengirim pesan memang agak lambat. Tetapi, semua informasi yang diterima. Mampu ia cerna dengan cukup baik. Siapa yang menduga, fakta-fakta ilmiah yang selama ini dibuat fiksi dalam wujud novel. Rupanya berdasarkan kejadian nyata.

Fisika ingin berteriak ke seluruh bumi bahwa apa yang dipikirkan sekedar konspirasi belaka. Nyatanya adalah kejadian nyata. Euforia dalam kepala Fisika mendadak lenyap. Saat kakinya diinjak seseorang di bawah meja.

"Sakit Oy!" omel Fisika. "Lo udah nginjak kaki gue 3x dari kemarin."

"Informasi ini gak boleh lo sebar ke siapapun juga. Mau besti lo, keluarga lo, pembaca lo atau siapapun itu." Sorot mata Izar menatap penuh ancaman. Fisika cukup tahu diri dengan menelan saliva dengan jantung berdebar kencang.

"Oke. Gue gak akan bilang pada siapapun. Okelah, anggap aja gue percaya Malakai itu nyata, teori dunia paralel juga nyata. Semesta ini begitu luas dan penuh misteri. Akan ada banyak hal diluar nalar manusia yang dapat terjadi. Sebelum kita lanjut ke pokok pembicaraan. Gue pengen lo jujur, Zar. Selama ini, lo tinggal di Karta itu untuk apa? Mematai bumi versi tempat tinggal gue? Atau gimana?"

"Orangtua gue ada urusan pekerjaan di dimensi lo. Kami memang sengaja datang ke dimensi ini untuk itu. Setelah kita lulus SMA. Kami kembali lagi ke Malakai. Papa memang berbohong soal kepindahan kami karena pindah tempat kerja. Gue balik lagi ke dimensi ini karena, gue memang merasa nyaman di tempat ini. Sekaligus menjadi guardian untuk menjaga kemungkinan ada celah yang bocor. Sampai sini, lo paham, 'kan?"

Fisika mengganguk. Dia cukup paham dengan penjelasan Izar. Walau ia masih cukup terkejut dalam artian terkejut yang terpana akan nyatanya teori tentang kehidupan dunia paralel.

"Terus, mengenai dunia paralel. Berarti ada kembaran gue yang hidup di dimensi lain dong?"

Untuk pertanyaan ini. Izar tidak membenarkan, tetapi juga tidak menyalahkan.

"Sampai saat ini. Gue belum nemu frekuensi yang seperti itu. Tetapi, dunia paralel yang gue tahu. Gak memiliki teori seperti itu. Gak ada diri lo dan gue yang berada di dimensi berbeda. Ada lagi?"

"Cara lo bolak-balik ke dunia ini dan dimensi Malakai gimana?"

"Oke. Soal itu. Kita tunggu Bigbos datang dulu."

Izar kembali sibuk dengan ponselnya. Suasana cafe mulai tampak ramai saat beberapa orang datang untuk menikmati menu sarapan pagi. Fisika bahkan tidak menyadari perubahan suasana.

Tak lama berselang. Sagi datang dengan penampilan yang terlihat sangat misterius dan mencolok. Seluruh outif yang ia gunakan memiliki warna yang sama, hitam.

"Lo udah jelaskan sama dia?" tanya Sagi pada Izar.

"Sudah Bigbos. Gue udah jelasin sama Fisika dan dia cukup percaya. Prediksi gue bener kan? Hal-hal seperti ini lebih mudah diterima bagi pribadi yang bergelut di bidang literasi. Orang-orang menulis fantasi karena mereka percaya dengan makhluk ghaib di dalamnya. Sama hal nya dengan orang-orang menulis sains fiksi karena percaya bahwa alam semesta ini masih memiliki misteri yang belum terpecahkan."

Fisika dengan sangat jelas, melihat pribadi Izar yang sangat senang memamerkan kemampuannya di depan orang lain. Senyum hangat, ramah dan tanpa dosa yang sering ia tunjukkan.

"Sagi. Lo juga dari Malakai?" tanya Fisika.

"Ya! Sekarang kita perlu kemampuan lo untuk mencari tahu di mana Flower Winter berada. Untuk menjelajah paralel lain. Diperlukan kombinasi manusia dari dimensi berbeda untuk masuk ke Hyperspace."

"Hyperspace?" Fisika semakin merasa bingung.

"Lo akan mengerti saat petualangan di mulai."

Sampai di sini. Fisika merasa isi perutnya bergejolak aneh. Dadanya mengalami sensasi perubahan suasana hati yang berbeda. Dia merasa mual dan tidak nyaman dengan situasi yang terjadi.

"Gue boleh ngomong lagi?" pinta Fisika pada Izar dan Sagi. "Seberapa penting permata biru dan Flower Winter yang lo berdua maksud? Seberapa tinggi ancaman yang bisa terjadi?"

"Lo mau tahu?" tukas Sagi dan Fisika mengganguk kecil.

"Anggap saja itu batu sihir paling terkuat. Kekuatannya, bisa membuka portal dunia paralel manapun yang ingin dia tuju. Apa lo gak takut? Zombi dan monster dari dimensi sebelah masuk ke sini dan tiba-tiba nyerang keluarga lo?"

"Itu gak mungkin!" sanggah Fisika. "Jika semua celah dimensi terbuka. Keseimbangan dunia menjadi kacau"

"Pintar!" Izar menimpali. "Anggap saja. Ini seperti mengumpulkan Dragon Ball. Aku dan Bigbos harus mengumpulkannya sebelum seluruh tantanan dunia menjadi kacau."

"Ngomong-ngomong. Kenapa harus lo berdua?" tanya Fisika

"Karena hanya gue yang bisa menghentikan bencana ini terjadi," sahut Sagi dengan tangan terkepal kuat. "Jika lo banyak tanya. Sebaiknya kita bergegas."

___/____///_______
Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 189K 72
Hi guys. Ini cerita kedua saya^^ (Buat kalian yang gasuka Red flag,kalian bisa langsung tinggalin lapak ini ya☺️Kalo kalian gasuka,gaperlu komen-kome...
621 111 15
~•••~ Semua terjadi begitu cepat. Wabah yang terjadi di Yogyakarta semakin memburuk seiring berjalannya waktu. Membuatnya harus di karantina. Tapi...
3.2K 521 9
[Science Fiction - Psychological - Action] Rune Revenmar baru saja terpilih menjadi Presiden Dewan Siswa di sekolahnya; Royal Air Academy. Banyak sek...
500K 36.2K 24
[ BUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] @rryaxx_x8 Adrea tidak percaya dengan yang namanya transmigrasi. Mungkin didalam novel itu wajar. Tapi bagai...