Untold Pain [MarkHyuck (GS)]

Bởi thisismikasa

773K 79K 15.3K

"Kau lelaki bejat!" Lee Haechan, 18 tahun. "Ambil uang ini dan menjauhlah dari jangkauanku." Mark Lee, 20 tah... Xem Thêm

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
31
32
33
34
35
36
37
PLAYBACK - That Day (Missing Piece)
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48 (END)
Hai
Hello

30

11.9K 1.5K 268
Bởi thisismikasa

Enjoy it

.
.
.
.

Grek

Yuta masuk ke dalam sebuah kamar rawat, namun kamar rawat itu ternyata kosong. Dia mencari seseorang, tapi nihil. "Kemana dia?" Gumam Yuta dengan nafas tersenggal-senggal.

Puk

Sebuah tepukan menghampiri pundaknya. Dengan sedikit tersentak, Yuta berbalik.

"Eoh, Hyung?" Yuta mengerjap.
"Ada apa denganmu?" Lelaki itu memiringkan kepalanya.

Yuta melihat orang itu. Santai dan tidak ada ekspresi berarti, seperti biasa. Di tangannya ada seplastik buah-buahan segar.

"Kemana istrimu?" Lelaki itu tersenyum dan berjalan melewati Yuta. Dia meletakkan buah-buahan ke dalam kulkas satu pintu sambil bersenandung ringan.

"Taeil-Hyung!" Panggil Yuta gemas.
"Cerewet sekali kau ini. Setiap hari kerjaannya menempel dengan Doyoung terus. Apa kau tidak memikirkan perasaanku?"

Yuta menggeleng malas tahu, "Kalau Hyung sampai cemburu, berarti Hyung bodoh." Ceplosnya.

Taeil menghela pelan, "Dia di kamar rawat Lucas. Bosnya sudah sadar, jadi dia menj--" tanpa menunggu kalimat Taeil selesai, Yuta berlari menyusul Doyoung.

Taeil membanting pintu kulkas dengan gemas, "Apa istriku sepopuler itu? Banyak sekali laki-laki di sekitarnya."

.
.

"Eonni dan Lee Ji istirahat saja dulu. Kalau makanannya sudah jadi, akan kupanggil."

Itu pesan Dowoon sebelum Haechan dan Jisung masuk ke kamar tamu yang disediakan Han Jisung.

Untuk memudahkan keberlangsungan cerita, Lee Jisung tetap akan disebut Jisung atau Lee Ji dan Han Jisung akan disebut Han Ji.

Haechan sedang duduk di atas kasur queen size sambil menatap gerak-gerik anaknya. Jisung sibuk menata pakaian ke dalam lemari. Walau nyatanya dia hanya sedang berpura-pura sibuk, tapi dia tahu ibunya sedang melihatnya sekarang.

"Mommy mau mandi dulu? Aku bisa menyiapkan airnya. Katanya Han Ji, kamar mandi di sini ada dua. Kita pakai yang di lantai satu saja, ya."

Haechan tidak menjawab. Sejatinya, suasana saat ini agak canggung.

"Jisung-ah." Panggil Haechan.
"Nde?"
"Boleh Mommy pinjam ponselmu?"

Jisung menoleh, "Boleh. Tapi untuk apa, Mom?"

"Mommy harus menelpon Mark-ssi. Kita belum berterima kasih padanya, kan? Dia sudah membantu kita banyak hal, Jisung."

Jisung menggeleng, "Aku sudah berterima kasih pada Ahjussi, kok." Bohongnya.

Giliran Haechan yang menggeleng, "Jangan begitu, Jisung. Mommy tahu kau belum melakukannya. Kau juga tidak bilang padanya kalau kita sudah check out dari rumah sakit, kan?"

Deg

Pergerakan Jisung berhenti. Jantungnya berdegup kencang. Dia tahu kalau ibunya akan cepat menyadari ini. Katakanlah Jisung itu jenius, tapi satu kebodohannya adalah tidak pandai menutupi segala hal dari ibunya. Atau mungkin, Haechan saja yang terlalu mudah membaca anaknya.

Kenyataannya, di mata Haechan, Jisung seperti buku dongeng anak-anak yang biasa dibaca menjelang tidur. Ringan, tidak rumit, dan mudah dipahami.

Haechan meraih tangan Jisung. Dia menarik anaknya pelan dan mendudukkannya di sampingnya.

Haechan memberi sebuah elusan di tangan dan kepala Jisung, "Ada apa? Coba ceritakan kepada Mommy. Kau nampak gelisah dari tadi." Katanya lembut.

Tanpa aba-aba, air mata Jisung sudah jatuh. Dia menangis, tapi tidak bersuara. Air mata itu hanya mau terus keluar. Jisung tidak paham, tapi rasanya semua menjadi sesak.

"Mianhae, Mommy." Satu kalimat keluar dari mulutnya.

"Kenapa kau meminta maaf? Kenapa menangis?"
"Mianhaeyo, Mommy. Karena aku--" Jisung mulai terisak.

"Karena aku, Mommy kembali terluka. Karena aku membawa Mark-Ahjussi, Mommy jadi terluka lagi."

Haechan mematung. Dia masih tidak sepenuhnya paham. Tapi melihat semua ini, Haechan sepertinya yakin akan satu hal.

"Kau tahu sesuatu?" Tanya Haechan pelan.

Jisung mengangguk, "Jaehyun bilang, orang yang menyakiti Mommy ada di sekitarku. Dia bilang, ayahku sekarang berada di dekat kita dan dia berusaha menyakiti kita. Aku mencari tahu sendiri dan aku tidak percaya kalau ternyata dia adalah Mark-Ahjussi." Jisung terisak.

Mata Haechan bergetar, begitu pun tubuhnya. Setelah tragedi dirinya di tampar, tantrumnya sempat kambuh walau tidak separah seperti terakhir kali. Tapi itu mampu membuat ingatannya sedikit samar tentang semua yang terjadi sebelumnya.

Sekarang dia ingat. Soal pengakuan dosa Mark, pernyataan cintanya, perempuan itu, dan ciuman itu. Hati Haechan mendadak nyeri.

"Aku tidak terima dia menyakiti Mommy. Tapi aku terlalu takut untuk menghadapinya, aku hanya ingin pergi jauh darinya. Itulah kenapa aku membawa Mommy kemari. Aku membencinya, Mommy. Aku tidak mau dengannya. Tidak mau melihatnya."

Jisung tertunduk. Beberapa lama mereka terdiam. Jisung dengan tangisnya, dan Haechan dengan kekalutannya.

Namun kemudian, Haechan membawa Jisung ke dalam pelukannya. Dia menyandarkan kepala Jisung di depan dadanya. Beberapa tepukan dan elusan halus terasa di punggung Jisung.

"Maafkan Daddy-mu, ya, Jisung."

Mata Jisung membola. Apa yang baru saja ibunya katakan? Dia tidak salah dengar, kan? Sejujurnya, bukan itu yang ingin Jisung dengar.

Jisung melepaskan pelukannya, "Maksud Mommy? Bagaimana bisa Mommy bilang begitu?" Tanya Jisung tidak terima.

"Dengar, Jisung."

Haechan berusaha menenangkan anaknya. Dia tetap menggenggam tangan Jisung dan menatapnya dengan hangat, "Mark-ssi tidak sepenuhnya salah."

Jisung menggeleng keras, "Bagaimana bisa Mommy bilang begitu? Dia melukai Mommy, bahkan dia punya tunangan yang sudah jahat kepada Mommy."

Haechan menggeleng, "Tidak begitu. Mark-ssi sudah mengakui semua kesalahannya. Dia sudah minta maaf pada Mommy. Mommy yakin, yang terjadi kemarin pasti hanya salah paham."

"T-tapi, Mom--"

"Dengarkan Mommy, sayang." Haechan memotong.

"Mommy paham kau merasa sakit hati karena dia sudah meninggalkan kita. Mommy tahu kau juga tidak terima melihat Mommy terluka karena dia. Tapi semua itu sudah masa lalu, Jisung. Melihatmu yang seperti ini, mengingatkan Mommy akan diri Mommy sendiri selama ini."

Haechan menghela nafas. Dia teringat akan kehidupan pahitnya selama enam belas tahun terakhir.

"Ternyata, Mommy sendirilah yang mempersulit semuanya. Mommy lebih memilih menyimpan dendam pada Mark-ssi, dari pada memaafkannya. Itulah yang menyebabkan Mommy tidak bahagia dan trauma."

Haechan mengelus rambut Jisung.

"Jangan seperti Mommy-mu ini, Jisung. Marah dan membenci seseorang bukanlah jalan keluar. Kau tidak akan bahagia karena menyimpan dendam dan sakit hati."

"Tapi, kenapa? Apa Mommy sudah memaafkannya? Dia sudah meninggalkan Mommy. Dia juga..." mata Jisung bergetar.

"..dia juga tidak menginginkanku." Cicit Jisung.

Haechan tersenyum kecil, "Kau yakin dia tidak menginginkanmu?" Tanyanya.

"Kau tidak lupa siapa yang menolongmu waktu diculik? Dia juga mengajakmu makan pizza dan main basket saat kau menang lomba, kan? Dan Mommy yakin, selain itu kalian juga sudah melakukan banyak hal yang menyenangkan tanpa sepengetahuan Mommy. Iya, kan?"

Jisung terdiam. Batinnya benar-benar berperang. Otaknya bilang jangan, tapi hatinya berusaha untuk luluh. Dia tidak bisa menepis masa lalunya bersama Mark. Mark memang orang baru di kehidupan Jisung, tapi eksistensi Mark sangat berpengaruh besar.

Mark yang membuatnya merasa bahagia karena mendapatkan euforia memiliki sosok lelaki dewasa yang mampu bertingkah seperti seorang ayah.

Tapi ketika mengingat apa yang dikatakan perempuan itu soal hotel, Jisung masih tidak terima. Itu artinya Mark belum tobat, kan?

"Apa masih ada yang menganggumu, Jisung-ah?"

Jisung menatap ibunya, "Perempuan itu bilang.." mata Jisung kembali berair, "..dia dan Mark-Ahjussi melakukan sesuatu di hotel. Dia juga punya cincin yang sama dengan Ahjussi dan dia dipilih oleh Mama Ahjussi secara langsung. Bukankah itu berarti mereka sudah..." Jisung takut untuk melanjutkan.

Okey, Haechan tidak tahu soal itu. Tapi Haechan tidak ingin salah sangka. Berbicara di taman rumah sakit dengan Mark kala itu, nyatanya walaupun hanya sebentar, tapi sangat cepat menumbuhkan rasa percaya Haechan pada Mark.

Satu yang Haechan yakin adalah Mark sudah berubah dan dia ingin memperbaiki semuanya. Dan kalau apa yang dia yakini itu benar, maka Haechan akan membantu Mark untuk melakukan itu.

"Perempuan itu yang bilang?" Tanya Haechan. Jisung mengangguk.
"Bagaimana reaksi Mark-ssi?"

Jisung terdiam dan mengingat-ingat.

"Dia marah dan memohon padaku untuk tidak percaya."

Haechan tersenyum, "Berarti, sudah searusnya kau tidak langsung percaya pada perempuan itu."

"Tapi bagaimana jika ternyata Ahjussi yang berbohong? Semua manusia bisa berbohong, Mommy."

"Dengar, sayang. Mommy dan Daddy-mu--"

"Dia bukan Daddy-ku." Tepis Jisung. Jiwanya bergetar dengan panggilan yang keluar dari mulut ibunya.

Haechan menggeleng, "Dia Daddy-mu. Dia ayahmu, Jisung. Sekeras apa pun kau menolaknya, sebesar apa pun kebencian itu, jangan pernah mengubah fakta kalau Mark Lee adalah ayah kandungmu." Tegas Haechan.

Haechan sudah bertekad, tidak ada lagi yang boleh bodoh seperti dirinya. Mark harus diakui. Baik Haechan, Mark, maupun Jisung harus memperbaiki semua kesalahpahaman ini.

"Mommy dan Daddy-mu sudah berbicara banyak saat kau tidak ada. Dia minta maaf kepada Mommy, mengakui kesalahannya, dia menyesal, dan dia merasa bersalah karena sudah meninggalkan kita. Dia ingin memperbaiki semuanya. Dan terkhusus untuk dirimu, anak yang paling dia sayangi.."

Haechan mengelus pipi Jisung dan menghapus air matanya.

"Dia minta maaf karena tidak ada saat hari kelahiranmu. Dia menyesal melewatkan proses tumbuh kembangmu. Dan dia juga minta maaf karena sudah membuatmu di-bully banyak orang karena tidak hadir dalam kehidupan kita."

Tubuh Jisung bergetar, air matanya kembali jatuh. Sungguh Mark bilang seperti itu?

"Dia sudah berubah, Jisung. Dia menyayangi kita. Dia sudah mengakui kesalahannya. Dan dia ingin memperbaiki semuanya. Kau mau percaya pada Daddy?"

Jisung terisak, dia langsung menerjang dan memeluk tubuh Haechan dengan erat sambil menangis keras. Raungannya seperti sudah tertahan selama bertahun-tahun. Dia yang kelihatannya selalu kuat dan tidak peduli, nyatanya memiliki hati yang rapuh.

Tangisan Jisung memenuhi ruangan, walaupun teredam di dalam pundak Haechan. Keduanya sama-sama menangis. Tapi Jisung lebih memilukan. Tepukan dan elusan halus terus diberikan Haechan agar anaknya tidak berlarut-larut.

"Mommy, aku rindu Daddy. Aku rindu Daddy."

.
.
.
.

"Chenle, apa kau tidak tahu keberadaan Jisung?"

Lucas yang setengah terduduk di atas ranjang bertanya pada anaknya yang nampak gelisah di sofa bersama Jungwoo yang sudah berkaca-kaca.

"Aku sudah menelponnya berkali-kali tapi ponselnya tidak aktif. Aku bertanya ke teman-teman kelasnya juga mereka bilang Jisung sudah beberapa hari ini tidak masuk."

Doyoung masuk ke dalam ruang rawat Lucas setelah menerima telpon. Di belakangnya, mengekor Yuta dan Taeil.

"Aku sudah menyebarkan anak buahku, Bos. Dan pihak Mark juga ikut mencari."

Lucas menatap makhluk merah yang berdiri di samping Doyoung.

"Jadi kau si Golden Retriver yang dimaksud Doyoung?"

Yuta mengeryit bingung? Siapa yang Lucas maksud? Dirinya? Sejenis ras anjing begitu maksudnya?

"Jadi kau orangnya Mark Lee?" Ulang Lucas. Yuta mengangguk, "Perkenalkan, aku Nakamoto Yuta."

Lucas mengangguk, "Dimana Mark?"

"Tn. Mark sedang menemui seseorang." Kata Yuta.

"Doyoung sudah menceritakan beberapa hal padaku. Jadi siapa perempuan itu?"

Yuta menarik nafas pelan.

"Dia adalah perempuan yang dijodohkan keluarga Lee untuk Tn. Mark. Tapi, Tn. Mark menolaknya. Karena ya kau tahu... Dia masih memikirkan Haechan-ssi."

"Lalu, kalau perempuan itu sudah ditolak, kenapa dia masih datang ke Mark?"

Yuta menggeleng, "Setahuku, urusan mereka sudah selesai. Lagi pula itu hampir setahun yang lalu. Aku juga merasa aneh kenapa dia tiba-tiba datang lagi."

Lucas menghela. Dia beralih ke Doyoung, "Kau sudah bisa melacak keberadaan Haechan?"

Doyoung melihat ponselnya dan menggeleng. Dia belum menerima apa-apa dari anak buahnya.

"Apa ada kemungkinan kalau mereka diculik?" Tanya Lucas.
"Diculik?" Ulang Doyoung.

Lucas mengangguk, "Selidiki Jaehyun. Jangan sampai dia juga ikut campur." Doyoung mengangguk.

"Dan kau, Golden Retriver." Panggil Lucas pada Yuta. Lelaki Jepang hanya mengerut bingung ketika ditatap.

"Bilang pada majikanmu, akan kubunuh dia dengan tanganku sendiri kalau sampai benar dia menyakiti Haechan dan Jisung lagi."

.
.
.
.

To Be Continued


Kalau ga salah, di chapter sebelumnya ada yang ngomen, nanya, gimana Jisung bisa bayar gaji karyawan Kafe Haechan?

Uangnya dari mana? Nyolong?

Ya ga dong :)

Jadi gini..

Ada yang ingat ga awal mula pertemuan Jisung dengan Mark?

Betchul.

Dari sayembara yang diadakan Interamnia, perusahaan punya Mark.

Di sayembara itu, Jisung adalah pemenang tunggalnya. Dia diberi hadiah besar berupa uang tunai yang nominalnya ga main-main.

Semua itu Jisung tabung di rekening rahasia yang tidak diketahui Haechan. Uang itu seharusnya dia pakai untuk membeli ruko baru untuk Haechan, supaya keluarganya bisa benar-benar mandiri tanpa sokongan dari keluarga Wong.

Tapi ternyata, ada situasi tidak terduga seperti ini. Jadi, uang itu lari ke sana.

Dari uang itulah Jisung bisa melunasi sisa biaya tambahan perawatan Haechan di rumah sakit, gaji, dan pesangon karyawan. Plus, beli hp baru.

Sebenarnya, Jisung termasuk anak yang kaya untuk ukuran bocah SMA yang ga punya kerja sambilan. Walau ga kerja, tapi dia rutin ikut lomba dan menang di nyaris setiap pertandingan.

Pintarnya, Jisung juga pilih-pilih dalam ikut lomba. Dia hanya mau ikut lomba yang berhadiah uang tunai dan bisa dikonsumsi secara pribadi tanpa harus dipotong untuk dibagi ke sekolah dan partner lombanya.

Yup, Jisung ini sejatinya mewarisi sebagian besar sifat Daddy-nya. Terutama kepintaran, perhitungan, dan ambisius. Jisung juga seorang pemikir jangka panjang seperti Daddy-nya. Kadang-kadang, sih.

Jadi gitu.

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

179K 8.7K 29
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
675K 79.2K 18
Haechan seorang anak berusia 17 tahun tiba-tiba terbangun dan menemukan dirinya berusia 24 tahun. Bagaimana reaksi Haechan ketika melihat dirinya yan...
110K 7.2K 14
"dad aku pengen punya mommy baru" -chenle Kehidupan mark yang santai-santai saja tanpa adanya pendamping hidup Dan chenle yang merindukan kasih sayan...
171K 12.4K 20
"Mommy, where is my daddy?" - chenle "He was die" - haechan Start : 19 Nov 2021 End : 15 Des 2021 Highest rank : 🏅 Mark {5} 🏅 Haechan {4} 🏅 Chen...