The Butterfly is Flying (PIND...

By Neradara

2M 22.5K 1.7K

Pernah mengalami masa lalu buruk dalam hal percintaan membuat Naya tanpa sadar kesulitan jatuh cinta lagi. Se... More

Prolog
2. Bertemu
3. Tidak Mungkin
Vote Cover
instagram
PINDAHAN!
BONUS 20

1. Pergi

56.3K 5.1K 207
By Neradara

"Nay, Budhe Nia meninggal."

Sebuah kalimat yang diucapkan Bagus dari ujung telepon beberapa jam yang lalu sanggup nembuat napas Naya tertahan sejenak. Segera ia membatalkan semua janji dan mengambil penerbangan tercepat ke kota tempatnya berkuliah dulu.

Naya tahu Budhe Nia menderita kanker payudara dua tahun terakhir, namun ia tidak menyangka jika ibu kost kesayangannya itu pergi secepat ini. Bagus yang menetap di Yogyakarta setelah menikah beberapa kali mengirimi kabar tentang kondisi Budhe Nia. Setelah beberapa saat mereka tidak berkomunikasi, kini Naya harus gigit jari karena kabar yang diinformasikan Bagus adalah kabar menyedihkan.

"Dua ratus meter lagi sampai ya, Pak. Yang rumahnya besar," ujar Naya pada supir taksi. Saking buru-burunya ia sampai lupa meminta supir pribadi untuk menjemput.

Dada Naya bergemuruh ketika rumah Budhe Nia tampak lebih terang dan ramai. Bendera kuning yang menjadi pertanda duka berkibar lemah di sela pagar besi.

Naya masuk ke area rumah dengan sedikit gugup. Budhe Nia telah dimakamkan subuh tadi, jadi yang ia temukan hanya beberapa pelayat.

"Mas Bagus." Naya menepuk pelan lengan seorang pria yang tengah mengobrol. Pria itu menoleh, lalu mengakhiri obrolan dengan lawan bicaranya.

"Langsung dari bandara?" tanya Bagus melihat penampilan Naya yang agak berantakan.

"Iya, Mas. Maaf banget aku nggak bisa ikut acara pemakaman."

"Nggak apa-apa, Nay. Kamu masuk aja, Juna ada di dalam."

Naya mengangguk, lalu melangkah kembali ke bagian rumah lebih dalam. Sosok Juna terlihat sedang duduk di sebelah anak Budhe Nia. Terlebih dahulu Naya menyalami keluarga inti Budhe Nia sebelum menghampiri Juna.

"Jun," panggil Naya pelan, tak mau mengganggu yang lain.

"Eh, Nay." Juna bangkit dan memeluk Naya. Meski tak menangis seperti anak Budhe Nia, tampak sekali raut sedih di wajah Juna.

"Mbak Naya kapan sampai?" Laras, istri Juna bangkit dan ikut memeluk Naya.

"Barusan, Ras. Dari bandara aku langsung ke sini. Maaf banget aku baru datang."

"Ya ampun Mbak, aku malah ngerasa nggak enak."

Laras mempersilakan Naya untuk duduk di sebelahnya. Mereka duduk dalam diam di ruangan yang sayup-sayup terdengar suara orang membaca yasin.

"Budhe Nia tuh baik banget, Ras," ujar Naya pelan. Laras mengangguk setuju. Meski ia hanya istri dari keponakannya, Laras diperlakukan sangatbaik oleh Budhe Nia.

"Budhe Nia tuh selalu nganggep semua orang kayak anaknya sendiri. Makanya orang-orang yang kost di sini pada sayang sama dia. Kayak Mbak Naya, aku, Mas Bagus. Kita sampai kayak keluarga sendiri."

"Iya." Naya mengusap ujung mata yang terasa basah. Bertahun-tahun dia mengenal Budhe Nia yang menyenangkan itu. Menyadari jika sosok itu telah tiada, hati Naya rasanya hancur.

Cukup lama berada di sana sampai sosok lain muncul dari balik pintu. Setelah mengucap belasungkawa pada keluarga Budhe Nia, dia berjalan pelan menuju ke Naya.

"Apa kabar, Sa?" tanya Naya pada lelaki yang baru datang itu. Alesa mengangguk meski wajahnya sendu.

"Baik, Mbak."

"Istri kamu kandungannya gimana?" Naya bertanya lirih ketika teringat kabar soal kehamilan istri Alesa beberapa bulan lalu.

"Baik, alhamdulillah. Tadinya dia mau ikut, tapi nggak dapat izin dari dokter. Maaf ya, Mas." Alesa melirik Juna yang ikut mendengarkan obrolan.

"Santai, Sa."

"Mbak Naya, Mas Bagus bilang mau ngajak nyari sarapan. Kita keluar dulu gimana?"

Naya mengangguk, lalu berpamitan pada Juna. Dia akan kembali lagi setelah memakan sarapan. Naya baru ingat dia belum makan apa pun sejak kemarin sore karena Rendi menbuatnya tak sempat makan.

***
Sebuah restoran di dekat rumah Budhe Nia menjadi pilihan mereka pagi ini. Restoran ini menyajikan bubur sebagai menu sarapan. Naya ingat dulu bangunan besar ini hanya berupa warung kecil.

Selain Bagus dan Alesa, ada dua orang lain yang bergabung bersama Naya. Dua orang itu juga pernah menjadi penghuni kost-kostan Budhe Nia. Naya tak terlalu mengenal mereka karena ia langsung pindah setelah wisuda.

"Dian lagi di hutan dan nggak bisa ke sini."

Bagus membuka pembicaraan. Naya yang sedang menerima sepiring bubur dari pelayan hanya mengangguk kecil.

"Mbak Sania juga nggak bisa ke sini. Dia titip salam ke aku."

Tadi Sania memang sempat mengirim pesan pada Naya. Wanita itu menetap di Australia setelah menikah.

"Anak-anaknya Budhe Nia banyak, ya," ucap salah satu mantan penghuni kost yang kalau Naya tidak salah ingat namanya Hendry.

"Orang sebaik Budhe Nia pasti yang sayang banyak. Dia tuh beda sama ibu kost di luar sana. Kita beruntung banget bisa jadi salah satu penghuni kostnya."

"Kost sejahtera," celetuk Alesa membuat yang lain tertawa kecil.

Budhe Nia memang tak punya nama khusus untuk kost-kostannya, namun selalu disebut "Kost-kostan Sejahtera".

"Aku nanti numpang mandi di rumahnya Mas Bagus boleh, kan? Kalau di rumah Budhe Nia nggak enak, kalau ke rumah ayah kejauhan. Rencananya habis mandi aku mau langsung bantu-bantu di rumah Budhe Nia."

Bagus yang rumahnya tak terlalu jauh dari kediaman Budhe Nia mengangguk. Putranya pasti senang melihat keberadaan Naya.

"Kenapa nggak mandi di kost-kostan aja, Mbak?" tanya perempuan di sebelah Hendry.

Naya hanya tersenyum tipis. Sudah sangat lama sejak dia masuk ke bangunan kost-kostan. Dulu dia pindah dengan alasan agar mudah menjalani koas. Padahal, penghuni lain termasuk Budhe Nia tahu bukan itu alasan sebenarnya.

"Kalau di kost nggak enak sama penghuninya sekarang," ujar Bagus mewakili Naya. "Oh ya, gimana kabar kamu sama pak dosen?"

Naya mengerutkan dahi. Pak dosen? Oh, pasti mantan pacar yang sempat ia ajak ke Yogyakarta lebaran kemarin.

"Udah putus. Dia nggak bisa diajak bercanda sama sekali. Mentang-mentang dosen terus maunya ngobrolin hal berat doang. Aku kan pusing dengernya."

"Aku juga kurang setuju sih sama dia, kelihatan sok pintar. Terus udah ada yang baru?"

"Udah. Pengusaha batu bara gitu, Mas."

"Cocok?"

Naya tersenyum kecut. "Baru tadi malam putus."

Dapat Naya dengar helaan napas Bagus. Selain keempat orang tuanya, Bagus adalah orang yang getol sekali menyuruh Naya segera mencari suami.

"Kamu udah mau tiga puluh lho, Nay."

"Iya tahu, Mas. Bukannya aku nggak mau nikah, tapi emang aku belum dapet yang cocok."

"Karena dia?"

Melirik Bagus ragu, Naya kemudian menghela napas pelan.

"Bukan," jawab Naya singkat.

"Mbak Naya emang sama sekali nggak berhubungan lagi sama Mas Dean? Nggak tahu kabar dia gimana?"

Alesa yang mengetahui masalah Naya menatap Naya. Naya sendiri hanya mengedikkan bahu.

"Nggak tau, deh. Paling kalau masih hidup juga udah nikah sama bule."

"Kamu kan suka anak-anak, Nay, nggak pengin punya anak sendiri?"

"Ck! Kan aku udah bilang sama Mas Bagus. Aku bukannya nggak mau nikah, aku emang belum nemu yang cocok aja."

"Jangan lama-lama, Nay. Terus juga jangan dikit-dikit nggak suka kalau pacarmu punya kekurangan. Kamu harus belajar nerima kalau nggak semua cowok bisa sesempurna yang kamu mau."

"Iya," lirih Naya sebelum menghela napas untuk kesekian kalinya.

***
Hai semuanya! Terima kasih telah memberi banyak cinta untuk cerita ini.

Kalau di Butterfly Effect satu part minimal 1500 kata, di sini paling 1000-1500 karena nggak ngejar target kayak Butterfly Effect.

Mungkin part depan depan akan agak lama karena Naya kan dokter dan aku butuh riset lebih lama buat tokohnya ini.

Oh ya, aku sempat mikir apa Naya "kurang sedih" denger Budhe Nia meninggal. Naya sedih, kok. Tapi bukan sedih yang sampai bikin dia nangis bombay.

Kayak misal kamu punya guru SMP favorit. Tau kabarnya tapi jauh-jauhan. Terus denger dia meninggal pasti reflek mau ngelayat tapi nggak yang heboh nangis gitu, kan?

Di sini juga ada perwujudan daei kalimat Naya di Butterfly Effect. Coba tebak yang mana!

Continue Reading

You'll Also Like

110K 2.2K 17
⚠️BAHASANYA CAMPUR,KALAU KURANG NGERTI JAUH JAUH SANA GAK USAH HATE KOMEN⚠️ Fourth adalah seorang remaja berumur 14 tahun yang sedikit polos..dia jug...
57.3K 5.2K 23
Jake membesarkan Riki seorang diri tanpa suami. Prinsip hidupnya jika dunia keras maka dia lebih keras.
14.3K 1.3K 28
menceritakan regie yang menyukai seorang ketos di sekolah nya,dan cinta yang bertepuk sebelah tangan karena ketos yang ia sukai menyukai orang lain y...
2.9M 9.8K 7
[terbit -- versi novel tersedia di shopee penerbit @Gente.official] [Selesai-Tidak revisi-banyak typo mohon maaf] 1821 harap bijak dalam memilih ceri...