Be a Good Family | BTS [End]

By ayuusaa

207K 22.9K 8.8K

[ Family, Brothership, Comedy ] Blurb : Bagi beberapa orang, keluarga adalah mereka yang penuh dengan kasih s... More

About 'Be a Good Family?'
01. Pagi yang sial
02. Jimin barbar
03. Malam pun sial
04. Perhatian
05. Adek
06. Ditinggal sendiri
07. Jemput Pulang
08. Takut sama Monster
09. Profesi
10. Gara-gara Yeontan
11. Perseteruan si Kembar
12. Masalah
13. Keluarga yang baik?
14. Ketinggalan
15. Taehyung
17. Terkunci Lagi
18. Melanjutkan liburan yang tertunda
19. Liburan yang kacau
20. Jalan Maling
21. Siapa yang peduli?
22. Keluarga itu ... apa?
23. Saran seseorang
24. Belum memahami
25. Mulai mengerti
26. Sebuah cerita [End]

16. Baikan?

7K 881 502
By ayuusaa

Saat ini, Kai dan Sehun tengah menunggu di kursi dekat ruang IGD. Ya, mereka membawa Taehyung ke rumah sakit setelah menemukannya dalam keadaan tidak baik-baik saja. Sebenarnya Taehyung sudah ditangani oleh dokter semenjak 2 jam yang lalu. Namun, keduanya masih enggan menemui. Lagi pun anak itu harus istirahat. Jika keduanya masuk, yang ada ruangan Taehyung malah jadi tempat adu gulat bagi keduanya.

Sehun melihat Kai yang tengah menggigit ibu jarinya. "Dah kayak bocil lo, pake gigit jari segala," ucapnya.

Kai menoleh. "Gue masih kaget, enggak usah komen cem netizen! Emang lo enggak ngerasa gimana gitu ngeliat orang sekarat, hah!? Fiks, lo enggak punya hati nurani!"

Sehun menatap heran Kai. "Hai sahabat ... kamu sehat? Tumben banget banyak ngomong."

"Ck, terserah! Lo telepon Namjoon, gih. Ada yang mau gue sampein ke dia," titah Kai.

Sehun hanya menuruti dan mulai mengotak-atik ponselnya untuk menghubungi Namjoon. Kala terhubung, yang di seberang langsung berbicara tanpa henti.

"Hun! Kenapa tiba-tiba dimatiin, sih? Gue, kan, udah bilang jangan dimatiin sebelum lo jelasin gimana keadaan Taehyung, sekarang kalian gimana? Taehyung ... dia baik-baik aja, kan?" tanya Namjoon.

Sehun bingung menjawabnya sedangkan Kai mendelikkan matanya.

"Joon, gue enggak tagu harus bilang apa tapi ... lo cepet pulang gih, Taehyung masuk rumah sakit. Dia ... enggak baik-baik aja."

Hening. Tak ada sahutan dari Namjoon membuat Sehun harus memeriksa apakah teleponnya masih tersambung atau tidak.

Kai yang kesal merebut ponselnya. "Woy sahabat! Lo masih idup 'kan? Buruan pulang, yang bilang Taehyung gak baik-baik aja tuh bukan semata-mata dari si Sehun, tapi dokternya langsung! Lo denger gue gak sob? Hah? Kenapa adek manis kita jadi kaya gini, hah! Jawab wahai sahabat!!!"

Sehun langsung membekap mulut Kai. "Bego! Di sana bukan cuma Namjoon! Lo mau Bang Yoon ngamuk, hah?!"

Kai melepaskan tangan Sehun. "Cuih, telapak tangan lo kecut asli! Bodo amat! Pokoknya sahabat, lo harus pulang, ada yang mau dokter omongin sama kalian alias KE-LU-AR-GA-NYAAAAAA! "

Kai berteriak totalitas tanpa batas diakhir kalimat.

"Ekhem, maaf, jangan berisik. Ini bukan hutan, tolong ya," peringat salah satu suster, sukses membuat Kai kelabakan mencari tempat untuk menaruh mukanya.

Sehun merebut ponselnya dari Kai, hendak menyampaikan sesuatu. Sayangnya, Namjoon sudah memutuskan sambungan lebih dulu.

"Kai, lo mau liat Taehyung?" tanya Sehun.

Kai menggeleng. "Lo lupa dokter bilang dia harus istirahat. Besok ajalah, ini udah mau maghrib. Mendingan kita pendinginan dulu pake air wudhu."

Kai berdiri dan langsung meninggalkan Sehun yang menatap Kai heran. "Hai sahabat .. sejak kapan kamu menjadi alim seperti ini?"

__________

Keesokan harinya, Siwon dan anggota keluarganya sampai di Jakarta pada pukul satu siang. Selanjutnya, mereka langsung menuju rumah sakit tempat Taehyung dirawat.

Tiffany menggenggam tangan kanan Taehyung yang terbaring di ranjang pesakitan. Matanya terlihat sembab karena terkejut melihat keadaan Taehyung saat sampai ke sini tadi siang.

"Seumur-umur, anak-anak Mama enggak pernah sakit sampe harus dibawa ke tempat ini. Palingan kalo sakit juga demam, kalo enggak flu, tapi ini ... apa emang karena baru pertama kali Mama lihat salah satu dari anak Mama kayak gini jadi rasanya sakit banget?" tanya Tiffany mulai terisak.

Siwon yang ada di sampingnya hanya bisa mengusap pundak sang istri. Keenam anaknya hanya diam tak ingin berbicara. Yoongi sendiri memilih menutup mata, merasa lelah seharian ini.

Jimin juga tak banyak bicara sedangkan Jungkook hanya memainkan jari-jarinya. Matanya tak kalah sembap dari Tiffany. Biasanya ia akan banyak bicara atau paling tidak main game cacing, tetapi kali ini tidak. Alasannya adalah ia kena nasihat panjang lebar dari Yoongi untuk yang kedua kalinya tadi malam saat masih di bandara Aceh. Yoongi bilang ia harus berubah, tidak boleh manja berlebihan dan bersikap layaknya anak kecil.

Yoongi juga mengatakan bahwa Taehyung tak baik-baik saja dikarenakan Jungkook. Berlebihan memang, karena sebenarnya bukan Jungkook yang sepenuhnya salah. Yoongi sengaja menekankan agar Jungkook terlihat bersalah. Harus memakai cara apalagi agar Jungkook berubah dan tidak kekanakan.

"Yoongi itu cuma bohongan Dek, jangan di dengerin." Seokjin yang berucap, menenangkan si bungsu.

"Enggak! Kak Seokjin sama Kak Taehyung sama aja, ngomong kalo apa yang Kak Yoon bilang itu bohong. Tapi ini udah kedua kalinya Adek dinasehatin. Berarti emang bener ...." Jungkook sepenuhnya cemberut. "Gimana caranya biar Adek enggak manja lagi?"

Namjoon yang mendengar hanya bisa menghela napas. Jungkook dari kecilnya sudah terlalu dimanja, pasti untuk merubahnya juga butuh waktu yang tidak singkat.

"Waktu pulang tadi, Papa berubah profesi jadi pembalap," ujar Hoseok.

"Ya pasti lah. Orang di mobil Papa ada Mama, Jimin sama Yoongi. Mereka, kan, yang paling khawatir sama Taehyung," timpal Seokjin.

Hoseok terdiam. Ia pun sebenarnya khawatir dengan Taehyung. "Kak, udah ini kita beneran bakal baikan sama Taehyung, 'kan? " tanya Hoseok.

"Yaiyalah, emang mau kita dikasih penyesalan yang lebih berat, hah?! Kalo dipikir-pikir kalian itu jahat sama Taehyung," timpal Namjoon.

Seokjin mendelikkan matanya. "Introspeksi diri, Joon."

"Namjoon enggak jahat, Kak. Waktu itu Namjoon nyuruh Hoseok buat ninggalin Taehyung gegara emang lagi kesel sama Taehyung. Lagian dari dulu juga Namjoon enggak terlalu suka jahilin, tuh. Yang parah itu kalian, Jimin juga sama meskipun dia sekarang udah tobat," jelas Namjoon panjang lebar.

"Ma ... udahan nangisnya, kita perlu denger apa yang mau dokter sampein," ucap Siwon.

"Dokternya suruh aja kesini Pa, jadi kita bisa denger," usul Yoongi, masih dengan mata yang terpejam.

Tiffany mengangguk. "Yoongi bener, Pa. Mama enggak mau ninggalin Taehyung."

Panjang umur, yang tengah diharapkan datang sendiri ke ruang rawat. "Permisi," ucap seorang dokter yang baru saja membuka pintu.

"Eh, dokter. Kebetulan saya mau manggil dokter tadi," ucap Siwon dengan senyum lebarnya.

"Anak bapak saya periksa dulu ya," ucap dokter tersebut yang langsung masuk diikuti satu orang suster di belakangnya.

Tiffany juga Siwon menjauh dari Taehyung, membiarkan dokter leluasa untuk memeriksa anaknya. "P-pa ..., kok alat-alatnya pada aneh sih, Papa tau enggak itu alat-alat buat apa?" bisik Tiffany.

"Mana Papa tahu, Ma. Papa itu anak bisnis, bukan anak kedokteran." Tiffany menatap Siwon seketika membuat yang ditatap keheranan. "Apa sih, Ma?"

"Pede banget ya Papa bilang anak, orang udah bapak-bapak juga," ucap Tiffany sembari mengusap air matanya.

"Ya masa bilangnya gini, 'Papa itu dulunya Papa bisnis', aneh-aneh aja, Mama. Untung cinta."

Keenam putranya yang mendengar hanya diam saja, sudah terlampau biasa dengan kelakuan kedua orang tuanya.

"Pak, boleh minta waktunya sebentar buat bicara? Kita ke ruangan saya," pinta dokter yang sudah selesai dengan pekerjaannya.

"Enggak boleh, Pak. Bolehnya di sini aja. Kalo kita ke ruangan bapak nanti bapak repot harus sediain air minum sama jamu buat kita," ucap Tiffany.

Dokter itu terkekeh pelan. "Baik. Jadi putra ibu-"

"Dia enggak apa-apa, kan, dok?" tanya Siwon.

"Papa diem dulu, jangan ngomong!" protes Tiffany, langsung mendapat bisikan maaf dari sang suami.

"Jadi Nak Taehyung ini lumayan meng-"

"Ya Rabb, sabarkanlah hati hamba ... hamba tidak kuat mendengarnya," Tiffany memejamkan matanya.

"Ma ... belum bilang apa-apa loh dokternya," ucap Siwon. "Dasar enggak ngaca!"

"Eh belum ya, yaudah. Silakan lanjutin Dok."

Dokter itu menghela napas pelan, masih sabar untuk menjelaskan. "Waktu pertama kali sa-"

"Dok, bisa di jelasin dari awal enggak, Dok?"

Sedikit lagi hampir habis kesabaran, sang dokter mencoba tersenyum walau rasanya berat. Padahal tugasnya sekarang hanya menyampaikan kondisi pasien, tetapi kenapa sepasang suami istri ini malah menguji kesabarannya?

"Iya, Pak. Ini saya mau jelasin. Ibu sama bapak tenang dulu, jangan motong ucapan saya."

"Gimana bisa tenang?! Anak saya lho ini! Kok dokter bisa-bisanya bilang tenang sih? Hah?! Enggak tahu ya kalo jadi orang tua itu susah, apalagi kalo liat anaknya sakit, ngertiin dong!" bentak Tiffany.

"Ma! Pa!"

Tiffany dan Siwon kompak menoleh, Seokjin menunjuk ke arah Yoongi yang sudah mengepalkan tangannya. Alhasil keduanya terdiam seketika.

Dokter berdeham pelan. "Pasien masih harus dipantau ke depannya. Buat luka di kepalanya enggak ada yang serius, cuma sobek sedikit dan sudah ditangani dengan jahitan. Terus, anak bapak ini punya masalah sama lambung, ya?"

Tiffany mengangguk. "Iya, anak saya punya masalah sama lambung, Dok. Kenapa?"

"Ini lumayan serius, Bu. Kayaknya anak ibu sering banget kambuh?"

"Sering banget, dok. Tapi itu bukan salah dia, orang keluarganya sendiri yang suka bikin dia kambuh," sahut Yoongi dengan mata yang sudah terbuka.

"Nah, kalo gitu ini peringatan buat yang ada di sini. Esofagitis loh Bu, udah cukup bahaya ini." Tiffany menatap dokterya heran, sedikit tak mengerti. "Peradangan di lapisan kerongkongan. Asam lambungnya udah cukup parah, semacam komplikasi."

Sontak saja yang mendengar penjelasan dokter Choi terkejut. Yoongi pun langsung membuka matanya.

"Untuk itu, tolong jaga pola makan pasien, juga makanan apa aja yang harus diperhatikan, enggak boleh sembarangan."

Semua yang mendengarnya kini terdiam. Mendengar hal itu, cukup membuat mereka benar-benar di hati rasa bersalah.

"Terakhir, kemaren saya periksa kadar oksigen pasien rendah, saya nanya sama dua orang anak yang bawa pasien ke sini, katanya pasien sempet ke kunci di gudang?"

Yoongi yang mendengarnya tersenyum sinis, "Terlalu jujur."

"Saya nggak bakalan kepo buat nanya kenapa anak bapak pake kekunci di gudang segala, yang pengen saya sampein, untung pasien cepet dibawa ke sini. Karena--"

"Udah? Enggak ada lagi, kan?" sela Tiffany dengan nada bergetar. "Jangan dilanjut, Dok. Saya enggak sanggup. Yang penting sekarang anak saya baik-baik aja, kan, karena udah ditangani?"

Tak tega melihat Tiffany yang mulai berkaca-kaca lagi, sang dokter pun menghela napas dan mengangguk. "Alhamdulillah udah baik. Sekarang tinggal nunggu pasien sadar, jangan heran kalo nanti pasien linglung atau enggak inget kejadian yang baru dialami, itu pengaruh anoksia. Jangan heran juga kalo suasana hatinya aneh atau berubah tiba-tiba, kalau begitu saya permisi."

Dokter itu pergi dari ruang rawat Taehyung dengan perasaan yang amat lega, meninggalkan Tiffany yang mulai serius, tidak lagi bercanda. Wanita itu cukup sakit mendengar penjelasan tentang Taehyung.

"Kok tiba-tiba jadi gini, sih?" gumam Tiffany, hampir menangis. Yoongi beranjak dari sofa dan mendekati Tiffany. Pandangnya teralihkan pada Taehyung yang masih menutup mata.

"Kalo Taehyung sadar, ada baiknya kalian minta maaf, enggak usah bahas apa pun lagi. Kalian mungkin enggak tahu kalau sebenernya Taehyung udah cape. Jadi buat kedepannya, lebih baik kita baikan," ucap Yoongi lalu memutuskan untuk meninggalkan ruangan Taehyung.

"Yoon, mau kemana?" tanya Siwon.

"Mau pulang. Yang mau ikut siapa? Kita gantian jaga Taehyung, abis itu kita nginep di sini."

Seokjin berdiri dan menghampiri Tiffany. "Mama sama Papa pulang dulu aja. Bareng sama Yoongi, sekalian bawa Adek, Jimin juga ikut," usul Seokjin.

Tiffany menurut, lalu mengecup kening Taehyung sebelum akhirnya mengikuti Yoongi bersama Siwon dan si bungsu. Setelah itu, Seokjin duduk di kursi samping Taehyung dengan Hoseok juga Namjoon yang hanya memperhatikan.

"Kalo dipikir-pikir, rasanya Kakak yang paling jauh sama kamu, Tae," gumamnya. "Abis ini Kakak enggak bakalan ganggu kamu lagi, Tae. Maaf."

___________

Jam menunjukkan pukul setengah delapan malam. Semua anggota keluarga menginap di ruangan Taehyung. Apakah muat? Tentu saja, ruangan Taehyung itu luas. Karena apa?

Karena Siwon berduit.

Simpel, kan?

Tanpa ada yang menyadari, Taehyung sudah bangun dan menatap satu persatu anggota keluarganya yang ada. Ia pun baru menyadari kalau tempat yang ia huni merupakan ruang rawat rumah sakit.

"Kak Tae ... maafin Adek."

Jungkook sibuk mengulang kata itu, dengan mata terpejam. Tangannya sibuk menggenggam erat tangan Taehyung, terlihat sedikit menyedihkan.

"Dek?" panggil Taehyung, membuat yang lebih muda segera membuka mata.

"K-kak Tae? Kak Tae udah bangun?!" Pekikan Jungkook membuat seluruh atensi keluarganya teralihkan, lekas menghampiri Taehyung.

"Tae sayang ... kamu udah sadar?" Tiffany mengelus kepala Taehyung. "M-maafin Mama ya, maaf buat segala-galanya," ucap Tiffany lalu memeluk Taehyung dan mulai terisak.

"Tae, Kakak tahu ini mungkin udah telat, tapi ... kita semua pengen minta maaf," ucap Seokjin mewakili para saudaranya.

Taehyung mengernyit melihat semua saudaranya berkumpul. Jujur saja ia bingung. Tentang bagaimana bisa ia ada di sini, berakhir terbaring lemas di ranjang rumah sakit. Juga dengan apa yang terjadi pada keluarganya. Mengapa mereka semua minta maaf?

Siwon menyadari jika putranya sedang linglung, yang mana artinya Taehyung memang lupa dengan apa yang terjadi padanya terakhir kali.

"Taehyung kayaknya bingung. Ada baiknya jangan diajak bicara dulu," saran Siwon.

Yang lain pun pasrah, tidak mungkin juga Taehyung langsung bisa diajak bicara. Jimin menghampiri Taehyung.

"Dasar kembaran bego! Pake kekunci di gudang segala!" ucap Jimin, sengaja berbicara seperti itu agar Taehyung ingat.

"Jimin," peringat Hoseok.

"Kenapa? Kalian berencana nyembunyiin kejadian ini? Enggak guna! Nanti juga Taehyung inget dan itu bakal sakitin dia lagi, gue enggak mau bikin Taehyung sakit lagi." Jimin mati-matian berusaha untuk tidak menangis. Apalagi saat melihat kembarannya yang mulai berpikir.

Taehyung sedikit terkejut dengan pernyataan yang dikatakan oleh Jimin. Dirinya? Terkunci di gudang? Taehyung yakin jika ada sesuatu yang ia lewatkan. Akan tetapi, memikirkannya sekarang, mampu membuat kepalanya sakit bukan main.

"Jangan dipikirin Tae, nanti enggak baik buat kondisi kamu," ucap Tiffany.

Taehyung menggeleng pelan. Siapa sangka dengan cepat ia mengingat kejadian yang ia alami. Ia yang terkurung di gudang dan berakhir di sini. Taehyung kesulitan menahan air matanya, hingga menangis tanpa suara.

"Kak Tae, Adek tahu Adek salah. Adek minta maaf." Jungkook yang masih benar-benar merasa bersalah tak berhenti bicara.

"Tae, kita tahu kita salah. Tapi, jangan berubah ya? Tetep jadi Taehyung yang dulu. Mulai sekarang, kita baikan ya?" pinta Jimin.

Taehyung menatap Jungkook sang adik yang terlihat memohon juga saudaranya yang sungguh-sungguh. Ia memejamkan matanya, lalu mencoba menggerakkan tubuhnya untuk mengarah ke samping kanan menghindari tatapan keluarganya.

"Tae."

"Sendiri," pintanya, berhasil membuat yang lain tak bisa berbuat apa-apa. Taehyung mengusap air mata yang kembali keluar, kembali dilanda bingung. Saat ini, ia tidak tahu apa yang tengah dirasa. Apakah itu senang atau sedih? Atau mungkin merasakan kedua-duanya?

[Bersambung]

Publikasi : 28 Juni 2020
Revisi : 30 November 2022

Written by ©ayuusaa
-BE A GOOD FAMILY ?-
Copyright 2020

Continue Reading

You'll Also Like

58.2K 7.1K 31
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
14.1K 1.1K 25
Kisah tentang si bungsu kesayangan keluarga Kim yang akan selalu menjadi bayi di mata kakak-kakaknya.
37.3K 4.8K 32
[ follow sebelum baca] Brothership✓ VMIN✓ Sebuah dinding besar telah terbangun di kehidupannya sejak awal. Bukan tanpa dasar, keberadaannya yang dira...
99.3K 8.2K 31
Hanya bercerita tentang Taehyung yang menjadi bungsu dan semua masalah yang ia lalui semenjak menjadi Idol. Start : 26 Maret 2021 End. : 13 Oktober...