Regret || Levi Ackerman [Comp...

By pkandini

210K 26.8K 9.1K

[anime story kedua] Malam itu mungkin saja menjadi penghilang penat untuk para prajurit pemberani seperti sur... More

BUKAN LEMON
one
two
three
four
five
six
seven
nine
ten
eleven
twelve
thirteen
fourteen
fifteen
info
sixteen
seventeen
eighteen
nineteen
twenty
twenty one
twenty two
twenty Three
twenty four
twenty five
Twenty six | | End
Epilog
REGRET S2

eight

6.8K 977 767
By pkandini

Sebelum mulai gaada salahnya kok buat ninggalin komentar dan vote, yuk pencet ikon bintang nya😁


_______________

-Regret-
Levi Ackerman
...........
By: pkandini

______________________

[Chapter 8]

Thx god, aku lulus masuk poltekkes kebidanan :'))))

Nnti kalo lahiran, main2 kePapua ya biar aku yang tanganin, gratis kok buat para readersku tercintahhh😍

Dan di hari yang sama juga, aku masuk 150 besar untuk lomba cipta Quotes :')))))

-oOo-


Cuaca berganti dengan begitu cepat. Terik matahari yang membakar kulit seakan menyesal dan bersembunyi dibalik tebalnya kapas putih yang kini kian menghitam.

Rintikan hujan menetes bergantian, semakin cepat disetiap ribuan tetesnya, menciptakan bunyi bising genteng yang memekakan telinga.

Tak ada petir dan guntur, tetapi awan menjadi begitu gelap meski waktu baru memasuki pukul 16.20

Waktu makan siang sudah lewat sejak 4 jam 20 menit yang lalu. Meski begitu, para Prajurit scouting legion sepertinya tak memiliki banyak waktu untuk mengisi perut mereka, setidaknya untuk sekarang ini.

Ratusan pasukan berpencar diberbagai sudut Markas, mengais selokan disekitar markas atau juga membersihkan mereka agar tak tersumbat dan menguap disaat hujan deras seperti ini.

Seharusnya mereka melakukannya sebelum hujan datang, atau jauh hari sebelum ini, hanya saja waktu berlalu dengan begitu cepat hingga mereka tak punya waktu untuk sekedar memikirkan (selokan).

"Hei kalian yang dibawah sana! jika sudah selesai bersihkan diri dan pergi keruang makan," Dita nes berteriak kencang. Memastikan agar suaranya sampai ke bawah sana melawan bisingnya hujan yang kian menderas.

(Y/n) dan teman-temannya dari angkatan 104 mengangguk paham dan kembali melanjutkan aktifitas mereka.

"Dingin sekali!" Teriak connie. Jean memukul pantat connie dengan gagang cangkul yang ia pegang, membuat connie meringis dan menggerutu kesal.

Jean tak mengelak perkataan itu, hujan yang mengguyur tubuh berseragam mereka bersamaan dengan air selokan yang luar biasa baunya, sepertinya menjadi mimpi buruk.

Bahkan Reiner yang menurutnya paling macho diantara angkatan mereka hampir muntah ketika turun keselokan.

"(y/n)-san, apa kau melihat Eren?" Mikasa datang mendekati (y/n) yang tengah sibuk menggali lumpur bersama dengan Armin dan berthold.

"Mungkin dengan Squad khusus yang lain. Tadi Gunther-san memanggilnya," jawabnya.

"Ah, jadi Senpai dengan rambut piramida itu namanya Gunther?" Celetuk sasha yang tiba-tiba muncul ditengah-tengah mikasa dan (y/n).

Mendengar ucapan Sasha, Armin dan Berthold yang tadinya hanya menguping hampir saja meledakkan tawa jika saja yang mereka bicarakan bukanlah senior dari Squad Levi yang profesional itu.

"Kau tak perlu khawatir, Eren mungkin sedang berada didalam Markas saat ini," ucap (y/n) sembari menepuk punggung Mikasa. Menenangkan hati gadis berambut pendek itu yang selalu khawatir kepada Eren.

🌚


Prajurit 104 itu telah selesai dengan urusan mereka. Mereka berjalan menuju markas membiarkan seragam kehormatan dibahasi oleh guyuran hujan.

"Bagaimana jika kita mandi bersama?" Tawar Christa tiba-tiba. Meski guyuran hujan nyaris menulikan telinga, ucapan itu dapat dengan cepat didengar oleh kelima pemuda didekat mereka.

Sasha mengangguk setuju, sedangkan Mikasa langsung menengok kearah (y/n) dengan wajah seperti 'bagaimana denganmu?'

Gadis itu tak menjawab. Mereka masih belum akrab, mandi bersama terlalu jauh untuk ia dipikirkan.

"Kudengar mandi bersama dapat mengeratkan pertemanan, mungkin kita bisa saling menggosok punggung," ungkap sasha.

Penuturan Sasha setidaknya dapat meluluhkan hati (y/n). Gadis itu membuang nafas pelan kemudian menagguk sebagai jawaban.

Pembicaraan itu menarik perhatian lima pemuda lainnya. Reiner berdehem sebelum membuka suara.

"Kalau begitu, bagaimana jika kita juga mandi bersama?"

Berbeda respon dengan gadis-gadis tadi, Armin langsung menggeleng cepat, Berthold terbatuk-batuk sedangkan Jean dan connie menatap horor. Ekspresi itu memecahkan tawa Christa dan Sasha, bahkan Sasha sampai tersedak memikirkan betapa lucunya hal itu.

"Lagi pula badan kalian itu besar-besar, apa muat untuk satu bilik kamar mandi?" Ucap (y/n) menambahkan.

Reiner memangku dagu kemudian terkikik dan menggaruk kepalanya, mengetahui bahwa hal yang dikatakan gadis itu memang benar adanya.

"Sebenarnya kita punya pemandian air panas yang luas, sayangnya itu hanya untuk para senior," ungkap (y/n).

"Dimana? Aku tidak pernah melihatnya," ucap connie. Mata kedelapan muda-mudi itu berkeliaran, mencari letak tempat yang dimaksud oleh seniornya meskipun mustahil dapat terlihat oleh mata telanjang.

Melihat gelagat kedelapan juniornya, gadis itu tertawa singkat.

"Dibelakang asrama para Senior," ucapnya.

Mereka yang mendengar ucapan itu lantas membuang nafas kasar. Sepertinya hal yang diucapkan jauh dari ekspetasi yang mereka pikirkan.

Derap langkah yang tak berbalut apa-apa membawa mereka ke lorong panjang, tertutup atap yang tak bisa membawa air hujan untuk kembali membasahi mereka.

Mereka berbincang ringan, saling berbagi opini dan kata-kata ringan sembari mengisi kekosongan waktu, sampai suara derap langkah beserta sosok tinggi kini berpapasan dengan jalan yang mereka ambil.

Komandan Erwin tersenyum dari tempatnya, tak terlihat ramah, tetapi terlihat tegas dan bijaksana meski wajah tampannya terhias senyum tipis.

Sikap hormat diambil oleh kesembilan orang tersebut.

"Bagian kalian sudah selesai?"

Anggukan ia dapat sebagai balasan. Erwin kembali tersenyum dan mulai menatap wajah bawahannya satu persatu dan mencatatnya kedalam memori jeniusnya. Hanya saja tatapan mata biru itu terhenti pada sosok gadis dengan surai (h/c) indah yang kini kembali terikat.

Erwin menyayangkan, tak dapat lagi melihat kibasan rambut indah itu karena kini telah basah oleh air. Meski begitu, hal itu tak mengurangi pesonanya, wajah mungil dan halus bahkan tanpa polesan make up sedikitpun membuat Erwin hilang kendali atas tatapannya.

Erwin menggeleng pelan, berharap jika gerakan itu dapat menghilangkan pemikiran gilanya.

"Bersihkan diri dan langsung keruang makan," ucapnya kemudian berlalu meninggalkan Bawahannya tanpa menunggu jawaban.

🌚

"(Y/n)-san, rambutmu bisa bau jika kau mengikatnya dalam keadaan basah," ucap christa. (Y/n) melihat ketiga rekannya yang lain seperti membenarkan ucapan Gadis cantik tersebut.

Ia membuka ikatan rambutnya dan mencium beda bulat itu. Benar saja, karet berbahan kain itu mengeluarkan bau tak sedap saat dia menghirupnya.

Ia kembali menatap pantulan dirinya di cermin kamar asrama. Baju hitam panjang selutut ia kombinasikan dengan cardigan rajut cokelat buatan neneknya yang ia pakai untuk menutup lengan bajunya yang pendek.

Dan, sendal jepit.

(Y/n) sedang tidak nyaman memakai sepatu, setidaknya untuk saat ini. Terlalu lama memakai sepatu membuat kakinya bau dan berkeriput.

"Dulu (y/n)-san sekamar dengan siapa?" Pertanyaan tiba-tiba itu membuat (y/n) terdiam. Matanya tertuju pada sosok sasha dari pantulan cermin.

"Petra Rall," ucapnya singkat. Sasha menangguk mendengar jawaban itu.

Nama yang ia sebutkan sepertinya memberi reaksi pada Mikasa. Gadis yang sedang membenarkan posisi syalnya itu kemudian ikut masuk kedalam pembicaraan.

"Gadis dari squad khusus yang selalu menempeli si pendek itu?"

(Y/n) lantas berbalik badan dengan cepat. Gadis itu tak bisa berkata-kata dengan hal yang baru saja Mikasa ucapkan.

Mikasa adalah orang ke-dua yang berani menyebut Heichou sadis tersebut dengan panggilan beresiko seperti itu setelah Hanji.

Christa juga ikut terkejut atas apa yang baru saja Mikasa ucapkan.

Bukan tentang sumpah serapah yang Mikasa keluarkan untuk Levi, bahkan ini adalah yang kesekian kalinya Mikasa berkata demikian. Namun keterkejutannya itu lebih tentang bagaimana Mikasa tertarik dengan pembicaraan wanita yang lebih mengarah ke 'gosip'.

Mikasa bukanlah gadis yang akan ikut campur dengan urusan seperti ini.

"Kata Eren, pria itu lumayan populer dikalangan prajurit wanita, bukan hanya Scouting Legion, tetapi gadis-gadis dari 2 divisi lainnya," tambah Mikasa. Sasha memangku dagu dengan telapak tangannya, membiarkan sikutnya menjadi tumpuan.

"Jangan-jangan (y/n)-san juga tertarik pada heichou," tebak sasha asal. (Y/n) gelagapan menanggapinya, tetapi ia cukup hebat untuk menutupi gerak-geriknya yang mencurigakan.

"Aku pikir mustahil jika ada yang tidak mengaguminya," jawabnya. Mikasa lantas memicingkan mata, kemudian memutar bola matanya membuat (y/n) terkikik.

"Yah meskipun Mikasa adalah pengecualian," tambahnya. Gadis itu kembali menunduk, apakah dirinya sendiri juga menjadi pengecualian sekarang?

Christa yang tadinya hanya menyaksikan, kembali ikut dalam pembicaraan "Petra-san, pikir dia gadis termanis diantara senior Survey Corps" Ungkapnya.

Sasha mengangguk sebagai persetujuan, sedangkan Mikasa kembali bergelayut dengan syal di lehernya.

(Y/n) tersenyum dan ikut menangguk. Ia tak mengelak perkataan itu, saat pertama kali bertemu Petra, ia juga ikut terpana pada sosok Petra yang begitu cantik dan manis.

Bahkan mampu membuat Levi-- berhenti, (y/n) tak ingin lagi memikirkan hal itu.

"Mungkin aku bisa menempatkan (y/n)-san pada posisi kedua," Tambah Christa. Sasha mengangguk dengan cepat, dan mengacungkan jempolnya.

Perkataan itu sukses membuat wajah (y/n) memerah.

"Christa, kau tidak pandai bergurau," tepisnya.

🌚

Ruang makan kini diisi oleh para kadet baru. Suasana yang biasanya begitu canggung, kini terasa lebih ramai.

Singkatnya, tak ada senior ataupun atasan dari scouting legion yang ikut bergabung saat ini karena kebetulan, mereka sudah makan disaat prajurit baru tengah sibuk mengais selokan.

"(Y/n)-senpai, tumben makanmu banyak " ucapan itu membuat Sasha, Mikasa, dan Christa mengalihkan pandangan mereka pada asal suara tersebut. Begitupun dengan (y/n), yang tadi disebut namanya.

"Eren, kau tidak makan?" Tanya Mikasa, seperempat detik setelah matanya menemukan pemuda titan tadi.

Eren langsung mendudukkan dirinya disebelah (y/n) namun tak lupa untuk membalas ucapan mikasa tadi.

"Aku sudah makan dengan squad ku," jawabnya. Pemuda itu masih memakai seragam, menandakan bahwa ia tak ikut bertugas dengan kawan seangkatannya. Kenyataan itu membuat Mikasa dapat bernafas lega.

"Senpai, setelah berteman dengan teman-temanku, kau sudah jarang menjahiliku lagi," (y/n) membuang sikunya pada lengan Eren, membuat Pemuda itu meringis, meskipun perlakuan tadi tidak sakit sama sekali.

"Mikasa, lihat pacar mu ini," celetuknya asal. Mikasa menunduk sembari menahan wajahnya agar tidak memerah.

"D-dia keluargaku," balas Mikasa. Melihat reaksi gadis itu membuat Sasha, Christa dan (y/n) saling menatap dan tersenyum maklum.

"Oh ya, setelah ini datanglah ke depan aula pertemuan, kalian akan mendapatkan roti isi dengan gratis..." Ucap Eren kemudian memotong ucapannya. Tetapi perkataan itu sudah terlanjur membuat Sasha menggila. Gadis kentang itu memukul keras mejanya dan menatap Eren dengan intens.

Hal itu sukses membuat mereka menjadi pusat perhatian untuk beberapa detik.

"Ayah Petra senpai menyewa penjual roti terkenal dari Ibu kota," ucap Eren dengan suara pelan.

Sasha dan Christa menjatuhkan rahang mereka, Mikasa sepertinya tidak menanggap hal itu sebagai hal yang mengejutkan, begitu pula dengan (y/n) yang sepertinya sudah lama mengatahui tentang betapa Royal-nya keluarga Rall.

"Aku, Armin, Reiner dan Berthold sedang mengantri, kalian cepatlah sebelum banyak yang datang," Ucap Eren.

🌚

"Senpai--"

"Eren, aku bukan lagi Seniormu," ucapnya, (y/n) kembali menunduk, menatapi sepasang kaki miliknya yang tengah mengambil langkah.

Eren meminta agar Mikasa, Sasha, dan Christa berjalan lebih dulu dan berkata bahwa ada sesuatu yang akan ia bicarakan dengan (y/n). Namun hal itu agaknya membuat (y/n) semakin khawatir.

Gadis itu meremas sweater cokelatnya.

"Mereka mengadakan pertemuan dengan keluarga Rall, sepertinya pertunangan itu didasari oleh ikatan bisnis semata," ungkap Eren sedikit melirik wajah lesu (y/n) yang sedikit tertutupi oleh rambut.

"Heichou mencintai Petra begitupun dengan Petra, bukankah terlalu lancang jika kita menyebut hubungan mereka seperti demikian?" Balasnya, (y/n) mengangkat pandangannya dan menatap Eren, sebelum ia mengalihkannya kembali dan menghembuskan nafas pelan.

"Lagi pula bukankah kau harus menyimpannya untuk dirimu sendiri Eren? Heichou tidak akan mengampunimu jika tau kau menggosipinya," (y/n) tertawa pelan di akhir ucapannya.

"Aku hanya mencoba membuat dirimu kembali, senpai," (Y/n) menghentikan tawanya dan menatap Eren, meminta penjelasan tentang ucapannya barusan.

"Kau kehilangan senyumanmu setelah Petra-senpai memberitahu tentang hubungannya dengan Heichou," gadis itu membelalakkan matanya kemudian mencari objek lain untuk mengalihkan pandangannya.

"Apa mak--"

"Kau menyukai Heichou, aku dapat melihatnya dari matamu, senpai," potong eren sebelum gadis disebelahnya melanjutkan ucapannya.

(Y/n) tak dapat berkata-kata. Ia tak tahu hal apa yang bisa ia gunakan untuk mengelak perkataan Eren barusan.

"Aku mengerti itu karena aku sudah menganggapmu seperti Kakak perempuanku," ucap Eren tulus, tak ada kebohongan yang ia simpan dari perkataan itu.

"Eren, andaikan 'malam itu' tidak terjadi. Mungkin aku masih akan menjadi seseorang yang menyebalkan," Eren menaikkan alisnya.

"Malam itu?"

(Y/n) kembali diam, bahkan untuk waktu yang lama. Eren tak ingin memaksa, bagaimanapun ia begitu menghargai keputusan (y/n) jika gadis itu tak ingin mengatakan banyak hal perihal perubahannya.

(Y/n) pun demikian, ia merasa menyesal sudah memberikan clue pada Eren yang tidak tau apa-apa.

Menceritakan hal buruk yang kita alami setidaknya dapat mengurangi beban yang menekan mental kita.

Tetapi apakah itu berlaku pada kasus yang Gadis ini alami?

Derap langkah terasa sunyi. Bahkan (y/n) tak lagi menemukan pemuda yang tadi berjalan bersamanya. Saat matanya mulai mencari, dia menemukan Eren tengah berjongkok dibelakangnya.

"Yang sampai lebih dulu adalah pemenang,"

(Y/n) tersenyum tulus kemudian mengambil tempat disebelah Eren dengan posisi serupa.

"1,"

(Y/n) mengepalkan tangannya.

"2,"

Ia sudah melewati banyak hal sulit. Ia akan tetap bertahan sampai semuanya selesai.

"3,"

Sampai semua yang ia punya sudah cukup untuk melunasi hutang yang membelenggu masa depannya.

"Siap,"

Pria yang sudah menolongnya saat itu, meskipun kini menjadi seseorang yang telah menghancurkannha...

"Mulai!"

...(Y/n) akan tetap berterima kasih kepadanya, karena sudah membuatnya menjadi lebih kuat.

🌚

"Mikasa, Sasha, Crista!" Armin mengangkat tangannya tinggi-tinggi, berharap jika Mikasa dan dua gadis itu dapat menemukan tubuh Armin yang berdiri diantara pria-pria tinggi.

Sasha tampak menyadari hal itu, dan mengajak serta Mikasa dan Christa untuk ikut mendekat dengan teman pria mereka.

"Cepat pesan. Ada empat rasa, krim keju, cokelat, Strawbery dan abon," ucap Armin antusias.

"Krim keju sangat enak, benar kan, Berthold?" Ungkap Armin tak kalah antusias.

"Kalian harus pesan yang ini," tambah Berthold meyakinkan.

"Connie, Jean masih disana," ucapan Reiner lantas membuat ketiga gadis itu menengok ke arah gerobak besar yang jaraknya beberapa langkah dari tempat mereka.

Pintu ruangan di depan mereka terbuka, bersamaan dengan beberapa atasan dan senior mereka yang keluar dari dalam sana.

Semua yang ada dalam percakapan tadi lantas memberi sikap hormat pada orang-orang yang baru saja keluar dari ruangan pertemuan. Termaksud jean dan connie yang tadinya tengah sibuk menunggu roti yang tadi mereka pesan.

Satu Pria tua asing diantara orang-orang terhormat itu lantas tersenyum ramah dan melambaikan tangannya pada bawahan anak perempuan kesayanganya.

"Sudah ada yang memesan ya, bagaimana rasanya?" Tanyanya ramah.

"Sangat lezat Tuan, terimakasih sudah menyiapkan ini," Ucap Armin sembari menunduk hormat, begitupula dengan teman-temannya.

"Tuan Rall, terimakasih atas kunjungannya, terimakasih juga sudah menyiapkan ini pada prajurit kami," ucap Erwin kembali tersenyum.

"Aku harus memastikan anakku nyaman berada disini. Levi..." Ucapan pria paruh baya itu terpotong.

"Tolong jaga Petra," lanjutnya.

Mendengar perkataan itu membuat hanji lantas menyenggol lengan Petra yang ada disebelahnya. Petra membalas hal itu dengan senyum malu-malu.

"Itu sudah kewajibanku sebagai atasannya, Tuan," jawab Levi.

Petra mengangkat kepalanya. Menatap tubuh levi yang berada membelakanginya. Entah kenapa ia berharap agar Levi tidak menyebut perihal hubungan mereka dengan kata Atasan dan Bawahan.

Tetapi ia memaklumi hal itu, Levi bukanlah pria romantis.

"AKU YANG MENANG!" Teriakan itu mengagetkan semua orang, bersamaan dengan datangnya dua sosok yang tengah berlarian.

Pemuda berambut cokelat yang berteriak tadi nampaknya menyadari keadaan yang tidak bersahabat. Mike berdehem keras dan membuat Eren menunduk sebagai penyesalan.

Gadis yang berlari dibelakangnya juga nampaknya menyadari hal itu. Gadis itu berjalan mendekat dan ikut menunduk pada sekumpulan orang-orang berpengaruh didepannya.

"(Y/n)-san sendalmu putus," Ucapan Christa lalu membuat (y/n) mengecek sendal jepit yang ia pakai.

"Itu (y/n)? kau terlihat sangat berbeda nak," Tuan Rall membuka suara. Dan tersenyum pada (y/n).

Gadis itu tersenyum pada Tuan Rall, kemudian melirik ke arah Petra sebelum ia mengalihkannya lagi karena Petra membuang muka.

"Kudengar kau sudah dikeluarkan dari squad bahkan pangkatmu diturunkan. Kenapa bisa demikian?"

(Y/n) tersenyum kecil. Berusaha tetap mengangkat kepalanya meskipun pertanyaan itu membuat hatinya sakit.

"Ada banyak hal yang terjadi, maka dari itu Heichou dan Danchou mengambil tindakan demikian," ucapnya

"Kau dan Petra jauh berbeda, aku tidak menyangka jika kalian memiliki tipe Pria yang sama," semua mata lantas tertuju pada (y/n).

Erwin yang ada disitu ikut menatap gadis itu yang masih enggan membuang pandangannya dari tuan Rall. Begitupun dengan levi yang sepertinya merasa jika tatapan (y/n) benar-benar berbeda.

Erwin kemudian melirik Levi yang berada disebelahnya.

Kemudian menatap lagi ke arah gadis tadi.

"Tuan Rall, bagaimana bisa anda mengatakan hal yang belum pernah saya katakan," ucap (y/n)

Tuan Rall tertawa pelan.

"Aku hanya bercanda. Tingkatkan kemampuan perangmu, kemampuanmu jauh dibanding Petra, jangan sampai terbunuh dalam ekpsedisi karena kemampuanmu yang payah,"

"Aku berkata seperti ini karena menganggapmu seperti anakku," tambah Tuan Rall.

Gadis itu tersenyum miring. Menyadari jika Tuan Rall kembali mencoba untuk menindasnya didepan banyak orang.

Mikasa juga menyadari hal itu, ia mengepalkan tangan dan menatap tajam pada Ayah dari seniornya, Petra Rall.

"Terimakasih Tuan Rall, sudah memperingatiku dan menganggapku seperti anakmu,"

"Tetapi seharusnya anda tau, jika orang yang hebat akan kalah dengan keberuntungan," tambahnya. Gadis itu menarik nafas, ia tidak akan berdiam diri lagi. Ini bukanlah pertama kalinya Tuan Rall meremehkan dirinya didepan banyak orang.

Oluo, gunther, dan erd bahkan Petra pernah menyaksikan dirinya diremehkan. Tetapi sekali lagi, tak ada yang peduli dengan hal yang terjadi padanya saat itu, Tuan Rall mengungkapkan sebuah fakta, dan tidak akan ada yang berani menolongnya.

Meskipun sekarang tidak ada yang juga membelanya, dia yang akan membela dirinya sendiri.

"Keberuntungan membuat orang tak berguna seperti diriku pulang dengan selamat setiap ekspedisi berakhir," ucapannya menjadi penutup pertemuan itu. Gadis itu membungkuk hormat dan berjalan kembali dari tempat dimana ia datang tadi.

Sasha yang belum mendapatkan rotinya mengikuti arah dimana (y/n) pergi. Tak peduli lagi dengan selera makannya yang sudah hilang mendengar percakapan tadi.

Begitupun dengan Mikasa yang menarik Armin dan Eren untuk ikut bersamanya mengikuti (y/n).

Jangan lupakan Christa, Reiner, Berthold yang juga mengikuti kepergian teman-temannya.

"Baiklah, Petra, ayah akan pulang. Sering-seringlah mengirim surat padaku," sekelompok orang berpengaruh itu kemudian berjalan menuju gerbang untuk mengantar Tuan Rall menuju kepulangannya.

Hanji berusaha mengganti topik pembicaraan agar Tuan Rall dapat melupakan kejadian tidak mengenakkan tadi.

🌚

"(Y/n)-san," teriak Armin. Gadis yang dipanggil membelalakkan matanya ketika melihat teman-teman yang kini seangkatan dengannya mengikutinya dari belakang.

"Apa aku perlu menendang wajahnya untukmu!?" Ucap Reiner kemudian mengangkat lengan bajunya, seakan bersiap untuk memukul.

"Persetan dengan roti lezat, aku tak suka jika temanku di olok-olok seperti itu," amuk sasha dengan gerakan yang sama seperti reiner sebelum Christa kembali menenangkannya.

Mata gadis itu berkaca-kaca, entahlah hatinya sakit dan lega secara bersamaan. Ia tak menyangka jika teman-temannya akan datang kepadanya seperti ini.

Mikasa merangkul pundak (y/n) begitupun dengan eren yang menyapu pundak (y/n) dengan lembut.

(Y/n) menitikkan air matanya, dan itu membuat teman-temannya terkejut.

"Benar-benar akan ku hajar orang tua itu!" Reiner hendak kembali sebelum Berthold dan Christa menahannya.

Namun tawa yang pecah dari gadis yang baru saja menangis itu membuat semua orang tertegun.

"Terimakasih, Terimakasih banyak,"

(Y/n) tersenyum manis dengan air mata yang masih berlinang, membuat teman-temannya tersenyum lega.

"Oh ya, dimana Connie dan Jean?"

🌚

"Ini roti isi krim keju milikmu, selamat menikmati," ucap seseorang dari dalam tempat pembuatan roti itu.

"Wah lezat sekali, Jean mana punyamu?" Jean mengulurkan roti miliknya dan membiarkan pria botak itu menyantap roti miliknya.

Jean membuang lirikan matanya, dan menyadari ada sesuatu yang aneh.

"Connie, dimana semua orang?"

Tbc

Rencananya pengen upload tengah malam, tapi kayaknya kelamaan wkwkwk.

Oiya.

Eremika tetap dihati :)

Christa itu royal blood pasti gabisa masak mie, kan ga bagus kalo malam pertamanya dimasakin mie sama eren. Wkwkwkwkkwwk.

Lopyu gaes, btw gimana chapter ini?

Continue Reading

You'll Also Like

85.8K 9.1K 29
Ceroboh, berisik, menjengkelkan, meresahkan dan hal buruk lainnya. Y/n Miyazono adalah gadis yang sangat menyebalkan menurut Kapten Levi Ackerman man...
15.6K 1.8K 8
"Namickazie Naruto, Kau kukutuk berubah menjadi lelaki macho, kore!" Seharusnya kisah ini hanya terjadi di dongeng yang sering dibacakan ibunya. Tida...
27.8K 2.5K 6
"Ku tidak suka buah ini." "Akan kubuat kau menikmatinya." [Completed] --Himawari Project: Fruits collaboration --Shingeki no Kyojin milik Hajim...
89.9K 10.6K 33
[Modern | Romance] Baca aja dulu... Ranking: #1 levi (15 May 2021) #3 aotfanfiction (15 May 2021) #2 aot (16 May 2021) β€’β€’β€’β€’β€’β€’β€’β€’β€’β€’β€’β€’β€’β€’β€’β€’β€’β€’β€’β€’β€’β€’β€’β€’β€’β€’β€’β€’β€’β€’...