AURORA BOREALIS 2 [ ✓ ]

By Mejikubillu

568K 40.1K 16.5K

[HARAP SIAPKAN HATI DAN PERASAAN UNTUK MEMBACA CERITA INI] BAGIAN 2 AURORA BOREALIS Pernah memiliki sebuah ma... More

01. AB2 • KEBIMBANGAN
02. AB2 • DESIRAN
03. AB2 • IT'S BEGIN
04. AB2 • COMPLICATED
05. AB2 • TANTANGAN TERBUKA
06. AB2 • (BU) KAN ANGEL ALGER
07. AB2 • FAULT
08. AB2 • PEMBALASAN
09. AB2 • TRUTH
10. AB2 • PERGI
11. AB2 • STRONGEST
12. AB2 • MALVIN
13. AB2 • SERPIHAN
14. AB2 • LET GO
15. AB2 • WILL CHANGE?
16. AB2 • BUNGA LOTUS
17. AB2 • DIFFERENT
19. AB2 • LOVELY?
20. AB2 • NOTHING
21. AB2 • ALGER MERINDUKAN ANGELNYA
22. AB2 • KETULUSAN?
23. AB2 • MISUNDERSTANDING
24. AB2 • TENTANG KEHILANGAN
25. AB2 • ANOTHER PERSON
26. AB2 • SEBUAH RASA
27. AB2 • WHO IS IT, THEN?
28. AB2 • KESEMPATAN
29. AB2 • KERTAS LUSUH
30. AB2 • ISAK LUKA
WE BACK

18. AB2 • SEMUA ORANG LICIK

16.6K 1.2K 622
By Mejikubillu

AURORA BOREALIS 2|BAGIAN 18

Now Playing : Shoot Me-Day6

"Cermati, pahami, lalu simpulkan juga ikuti selalu insting dan firasatmu,dan licik sedikit tak masalah bukan?"

****

Dua perempuan tinggi semampai berjalan keluar dari salah satu market place di kota ini. Mereka adalah Sandra dan Jelita.

"Kalo misal ini kelakuan Leon, sumpah dah tuh orang bakal gue jeblosin ke penjara," kesal Jelita sambil meneguk yogurt yang dia beli.

"Iya tuh, nggak habis-habisnya tuh orang ngusik Edeline deh. Apalagi semenjak mereka putus," sahut Sandra, "lagian siapa coba yang mau pacaran sama psychopath kayak dia. Kalo gue jadi Edeline, udah dari awal gue nggak bakal terima si Leon jadi pacar."

"Emang ya, ngeselin banget deh."

Mereka berdua duduk di salah satu bangku di depan market tersebut.

"Borealis juga nih, belum ngasih kabar apa-apa. Sebenernya mereka bisa nggak sih cari Edeline. Kalo nggak bisa kan mending minta bantuan polisi aja," ucap Sandra.

Sandra menatap kendaraan yang berlalu lalang di depannya. Namun tiba-tiba pandangannya terkunci pada sosok di sebrang jalan.

"Jel!"

Jelita yang tengah sibuk pada ponselnya terkejut. "Apaan sih San, ngagetin aja."

"Itu-"

"Apa?"

Sandra menunjuk ke arah seberang jalan, dimana seseorang tengah berdiri mengenakan hoodie hitam.

"Heh! Edeline kan?! Edeline itu!"

Tanpa aba-aba mereka berdua bangkit.

"Edeline!" teriak Sandra.

Sosok tadipun berlari pergi. Sandra dan Jelita ikut berlari mengejarnya.

"Edeline!"

"Woi!"

Mereka kesulitan menyebrang karena jalan yang cukup padat.

"Woi lo Edeline kan!"

"Del!"

"Edeline!"

Terjadilah aksi kejar-kejaran diantara ketiganya.

Namun di persimpangan mereka kehilangan jejak orang tersebut.

Jelita mengatur nafasnya yang memburu. "Itu Edeline bukan sih San?"

"Gue juga nggak tau, tapi gue yakin itu Edeline."

"Tapi kan Edeline lagi gangguan San."

"Iya gue tau, tapi tadi itu mirip Edeline, gue nggak mungkin salah liat."

"Coba sekarang kabarin Rey atau nggak yang lain."

Jelita mencoba menghubungi Borealis, namun nihil-tidak ada jawaban.

"Nggak diangkat."

Sandra berdecak, "dasar mereka."

Mereka berdua berbalik menuju market mengambil kendaraan mereka.

🌈🌠

"Leon!"

"Keluar lo!"

Sesaat kemudian ratusan anggota Dalton keluar dari markas di pimpin oleh Leon di barisan paling depan.

"Wah, wah, cuma berdua nih?" ledek Leon dengan senyum licik menghiasi wajahnya.

"Dimana lo sembunyiin Edeline?!" sarkas Sean.

"Edeline? Bukannya kesayangan gue itu di kurung sama kalian."

"Bangsat! Kita nggak pernah ngurung Edeline ya, kita lagi coba ngobatin dia karena kelakuan bejat lo!"

Leon berdecak, "gue heran deh sama kalian. Gue mau tanya deh, emang gue ngelakuin apa sih ke dia?"

"ANJING!"

Bugh!

Sean menghantam Leon dengan kerasnya, bahkan sampai membuat Leon tersungkur ke tanah.

"Lo apa-apaan sih!" bentak Alister lirih sambil menarik tubuh Sean mundur, "kita bisa mati detik ini juga."

Leon bangkit sambil menyeka darah di sudut bibirnya, "ini lo yang mulai. Jangan salahkan Dalton, kalo nanti lo pulang tinggal nama!"

"NGGAK USAH SOK NGANCEM KAYAK GITU BANCI!"

Dari arah belakang Sean dan Alister, ratusan anggota Kingston datang dengan motor besar dan jaket kebanggaan mereka.

Kini kedua kubu itu saling berhadapan dengan Borealis dan Leon sebagai pimpinannya.

"Ekhm! Apa setelah lo dibuang sama Alger, lo dipungut sama Kingston, Aurora?" sindir Leon-menoleh pada Aurora yang berdiri disisi kiri Borealis.

"Gue bukan sampah yang seenaknya dibuang dan dipungut kayak gitu, dan pada nyatanya asal lo tau bahwa ada yang jauh lebih rendah dari sampah, orang yang udah seenaknya mengambil jabatan sebagai ketua geng. Menurut gue itu jauh lebih menjijikan," sindir balik Aurora yang diakhiri dengan senyum miring dari bibir mungilnya.

"Bangsat lo!"

"Jangan suka merendahkan orang lain Leon, lo nggak tau gimana isi hati orang yang lo rendahkan itu. Mungkin aja dia adalah seorang jelmaan monster yang bisa melenyapkan lo kapan aja."

"Nggak usah banyak basa basi deh. Edeline hilang, pasti ini ada campur tangan dari lo kan?!" sarkas Borealis.

"Gue dengan tindakan gue adalah urusan gue dan lo nggak ada hak untuk mengetahuinya, jadi-"

Bugh!

"BANGSAT LO!"

Sean kembali hilang kendali dan memukul Leon. Dan anggota Dalton yang lainpun akhirnya terpancing emosinya. Terjadilah pertarungan diantara dua geng itu.

"Nggak semudah itu menganggap Aurora adalah sampah Leon Alberto Lewis," ucap Aurora dengan smirk nya.

Dag!

Aurora menendang dada cowok dihadapkannya itu.

"Bangsat!" umpat Leon-terhuyung kebelakang, "lo pikir dengan gampangnya lo bisa menyingkirkan gue Aurora," Leon mengeluarkan pisau dari saku jaketnya dan bersiap melesatkan ke arah Aurora.

Borealis yang melihat itu dengan gesit menarik pinggang Aurora dan alhasil pisau Leon menancap pada salah satu anggota Dalton.

"Shit!"

"Lo terlalu gegabah Ketua Dalton yang baru," sahut Borealis.

"Gue? Atau kalian yang terlalu gegabah?"

Leon menyeringai, sekitar 7 sampai 9 orang anggota Dalton mengepung Aurora dan Borealis.

"Banyak-banyakin deh lo nonton film perang, supaya tau gimana cara melawan musuh tanpa membahayakan diri lo sendiri," ucap Leon.

Aurora dan Borealis saling menatap, seperti mengisyaratkan sesuatu. Setelahnya, Borealis mengangkat pinggang Aurora, dengan gerakan memutar Aurora menendang anggota Dalton yang mengepungnya. Dan dengan seketika merekapun tumbang ke tanah. Tak terkecuali Leon.

"Uhuk! Uhuk! Bangsat lo!" umpat Leon.

"Bos awas!"

Bugh!

Punggung Borealis di hantam oleh balok kayu oleh seorang anggota Dalton.

"Kan udah gue peringatkan tadi wahai Borealis Gareth Alison, sang Ketua Kingston yang tolol," ucap Leon.

"Brengsek lo Leon!" sarkas Aurora, "but, I'm not stupid as you think," dengan gesitnya perempuan itu menendang lekukan lutut anggota Dalton-membuatnya jatuh. Dan Aurora meraih sebuah double stick pisau yang ada di saku celana belakangnya.

"Untuk sesaat mungkin bermain-main dengan senjata kecil nggak apa-apa lah ya," ucap Aurora sambil memainkan double stick pisau itu ditangannya dan berjalan maju mendekati Leon.

"Lo sama sekali nggak mahir dalam bermain senjata Aurora." ucap Leon.

"Tapi nyatanya lo berkeringat dingin Leon," Aurora menyapu pipi Leon perlahan dengan ujung dari pisau itu, "apa gue jadi menakutkan setelah pegang double stick ini?"

Semakin Aurora maju semakin pula Leon berjalan mundur.

"Lo bahkan takut akan benda sekecil ini Leon. Ck! Ck! Ck!"

"Gue nggak takut!"

"Tapi keadaan lo berkata lain."

"Keadaan berkata lain pada lo Aurora Pelangi Cavarson!"

"Not for me!"

Dag!

Aurora menendang dada Leon. Dan dengan lihainya dia melempar salah satu stick kebelakang-tepat pada anggota Dalton yang akan menyerangnya.

"Lo meremehkan seorang dewi jalanan uhm?" Aurora menyunggingkan senyum liciknya.

"BANGSAT!"

Aurora dan Borealis menoleh pada sumber suara itu. Dan ternyata Ganendra tengah di kepung dan siap di hantam dengan sebilah kayu besar.

Borealis mengangguk pada Aurora. Cowok itu mengaitkan kedua tangannya di depan tubuhnya. Dan kemudian Aurora berpijak pada kaitan tangan itu.

Hap!

Dag!

Aurora melompat dan tepat sasaran langsung menendang kepala anggota Dalton yang akan memukul Ganendra.

Sedangkan Borealis meraih kayu itu dan kemudian mengayunkannya pada anggota Dalton yang lainnya.

"Perfect." ucap Borealis lirih pada Aurora.

Keduanya tersenyum. Sungguh indahnya semesta mempertemukan keduanya meskipun tak menyatukannya.

Lagi dan lagi pertarungan ini di menangkan oleh Kingston. Apalagi dengan adanya bantuan Sang Angel Alger.

"Banci lo semua!" teriak George, "di kandang sendiri aja kalah. Dapet salam lo dari orang utan, katanya mau ngakak."

"George, George, emang kapan orang utan titip salamnya? Kan daritadi lo disini." sahut Ganendra.

George mendengus kesal, "tadi nitip lewat jinnya Aladdin."

"Lah jadi kita tadi berantem di bantuin sama jinnya Aladdin, kayak Bandung Bondowoso dong."

"Bukan. Sama makhluk astral."

"Alien maksudnya?"

"Anak buahnya Bapak gue."

"Lah berarti Bapak lo?"

"Jin tomang."

"Eh lo-"

George mengambil rumput dan kemudian menyumpalnya ke mulut Ganendra, "ngomong tuh sama rumput, kesel gue lama-lama. Nggak tau abis tempur apa. Dah mau tempur mulut aja sama gue."

Wlak!

Cueih!

"Pahit anjir nih rumput."

"Pahit kayak muka lo."

Anggota Kingston bersiap mengendarai motornya dan pergi meninggalkan markas Dalton.

"Borealis!"

Semua menoleh dan mendapati Sandra dan Jelita berlari ke arah mereka.

"Apa?"

"Tadi gue liat Edeline," ucap Sandra.

Deg!

Semua tertegun.

"Dimana?"

"Di sebrang market sana."

"Ya udah kita cari."

Sandra dan Jelita masih tak bergeming, membuat Borealis menyernyit. "Kenapa?"

"Aneh. Tadi dia itu kayak fine fine aja."

Borealis meletakan helmnya di tank motornya "maksud lo?"

"Dia kayak orang nggak depresi."

Borealis meneguk salivanya. Dan kemudian menoleh pada Aurora yang tengah bersandar di sebelah motornya.

"Apa?" tanyanya.

"Lo mau mengatakan sesuatu?"


Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 146K 107
[COMPLETED] #1 in Teenfiction (04/12/18) #2 SMA Cover by @ilustrasiindong ⚠Belum direvisi Rayyan Alatas. Cowok galak dan cuek itu harus memecahkan ka...
3.9K 486 11
Jungwon Local Kala hanya seorang laki-laki biasa yang hidupnya penuh tekanan dan keterpaksaan. Saat sedang melakukan studinya, Kala bertemu dengan se...
14.7K 2.5K 59
Awal yang buruk menjadi bagian dari ujian hidup yang begitu berat ia rasakan. Dervin yang dibesarkan disebuah keluarga yang tak sehat, hal itu tak me...