Sew The Heartmade (akan terbi...

By teru_teru_bozu

435K 44.7K 3.1K

JLEB! Kamu beneran yakin nih, akan menjalin hubungan serius dengan pria kayak Berlyn? Bukannya dia orang ane... More

prolog
One: All Hail The Singles!
Two: The Story Behind Us
Three: The Things That You Want To Say
Four: The Silent Question
Five: Bitter Candy
Six: Madame Boss
Eight: Reality Sucks!
Nine: Side Matters in The Bedroom
Ten: Couple Layout Design (a)
Ten: Couple Layout Design (b)
Eleven: Verified Caller ID
Twelve: In The Name of Kindness
Thirteen: Psycho War
Fourteen: Valent
Fifteen: Cold Anger
Sixteen: It's Just That ...
Orin's World
Seventeen: Two Path
Eighteen: Count Me! (a)
Eighteen: Count Me! (b)
Nineteen: Sweet Revenge (a)
sweet revenge (b)
add. Tough Love in Memory
sepik-sepik
OPEN SPECIAL ORDER
Novella : You and I
special part : the reason why

Seven: Unseen Distance

8.4K 1.7K 132
By teru_teru_bozu

Setia adalah hati yang selalu kembali, sejauh apa pun dia telah pergi.

Perusahaan tempat Orin bekerja bergerak di bidang industri EPC –Engineering, procurement, and construction. Menempati lahan seluas empat belas hektar, perkantoran mereka membentuk satu kawasan bisnis mandiri yang memiliki fasilitas cukup lengkap. Selain kantor pusat, gedung-gedung divisi pun dibangun secara terpisah menempati blok-blok yang diklasifikasikan berdasarkan industri yang dihasilkan.

Divisi jalan dan jembatan adalah divisi yang selama ini menjadi legend di perusahaan. Membawahi steel tower yang ahli dalam urusan transmisi listrik hingga menara komunikasi, steel bridge untuk jembatan rangka baja, hingga boarding bridge, yang melambungkan nama perusahaan dengan produk garbarata yang menghiasi berbagai bandara di seluruh Indonesia. Divisi keren idaman setiap karyawan.

Sejak beberapa tahun lalu ada satu divisi bernama power generation yang membawahi industri pembangkit listrik, baik tenaga air maupun tenaga uap. Semula bidang tersebut dibuat secara terpisah dalam bentuk perseroan terbatas sesuai dengan lokasi proyeknya, dan diperlakukan sebagai anak perusahaan. Tetapi sejak beberapa bulan yang lalu, Berlyn yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di Master Civil Engineering and Management di Delft, Belanda, dipanggil oleh direktur utama dan ditunjuk untuk mengurus divisi baru, bisnis energi. Karena memang pria itu, pertama kali Orin bertemu, sudah menduduki posisi project control dalam power plant project.

Orin sendiri akhirnya berada di divisi baru. Disebut divisi hidro, padahal sebenarnya adalah anak perusahaan baru bernama resmi CME –Consulting and Management Engineering. Gudangnya pada engineer yang menyuplai desain untuk masing-masing divisi. Yang salah satu bidang garapannya adalah hidrologi dan hidrolika. Zona paling nyaman tempat Orin menjadi expert di dalamnya.

Siapa bilang bermain dengan data itu membosankan? Tidak sama sekali. Karena Orin lebih suka bekerja dalam ketenangan. Jauh dari hiruk-pikuk meeting yang mengharuskannya beradu argumen. Biarlah peran-peran seperti itu diambil orang lain. Dia cukup puas berada di balik layar.

Selama para bos ke lapangan untuk menginisiasi proyek-proyek baru, Orin kebagian kalang kabut karena harus menyuplai data yang sewaktu-waktu mereka butuhkan. Membuat gadis itu akhirnya harus tegas menagih hasil kerja timnya. Dia pula yang akhirnya menyusun program kerja serta menentukan deadline setiap hari.

"Njar, kamu nih gimana sih? Masa iya penyajian datanya kayak gini?" tegurnya dengan halus pada Anjar. Meskipun cowok itu seusia dengannya, melalui seleksi alam, akhirnya harus bekerja di bawah koordinasinya.

"Ini waktunya mepet, Rin. Kamu kan mintanya cepet," kelit cowok itu.

"Cepet bukan berarti ngawur, Njar. Coba deh kamu jelasin sama aku, kesimpulannya apa? Grafik yang kamu bikin ini bicara apa?"

Anjar diam.

"Gini lho, kamu kalau menyiapkan data yang digunakan untuk bahan presentasi, bikinlah sesuatu yang gimana caranya orang nggak perlu nanya lagi. Saat presentasi, detail angka kadang nggak penting, Njar. Tapi tampilan visual itu jadi poin utama. Misal nih, kamu lihat grafik ini. Kan nggak bicara apa pun? Selain sekumpulan titik yang digabung sama garis-garis semrawut gini. Nggak nunjukin trend curah hujan di wilayah itu gimana. Kapan curah hujan paling tinggi dan berapa lama, dan kapan hari cerah terjadi. Ntar orang-orang yang mau menyusun schedule di lapangan jadi susah untuk mementukan kapan harus mulai clearing, kapan mulai pekerjaan tanah, dan kapan harus nyiapin pergudangan. Data ini penting untuk menentukan start pekerjaan. Hubungannya dengan tender bareng kontraktor, Njar. Kamu pikir buat apa?"

Akhirnya Anjar mengangguk. "Oke deh. Gue betulin lagi."

"Setengah jam kelar ya," kata Orin, masih dengan nada bicaranya yang kalem.

"Setengah jam? Gila lo, Rin!" Anjar terkejut sambil melihat jam di layar komputer Orin. Hiks, sebentar lagi jam istirahat siang.

"Pak Dhani meeting sebelum makan siang soalnya."

Dan Anjar mati kutu mendengar alasan singkat tapi tak terbantah itu. Cowok itu masih bersungut-sungut di belakang layar komputernya saat Orin bersama teman-teman yang lain pergi ramai-ramai ke kantin. Kecuali Mila yang baru ikut nimbrung bersama mereka setelah Orin menyetujui pekerjaan yang baru dia selesaikan.

"Alhamdulillah, Orin nggak komplain. Bisa-bisa gue disetrap kayak Anjar deh, makan siang di meja kerja," kata cewek itu.

"Yang penting kerjaan kamu nggak ngaco mah, aku no problem," sahut Orin yang berjalan bersebelahan dengan Harvin.

"Lo kalau jadi bos, serem juga sih, Rin," gerutu Harvin.

"Ah masa sih? Aku bukan orang penuntut kok!"

"Justru karena lo jarang ngomong itu yang bikin susah dibantah!"

Orin nyengir dan segera mengambil tempat di salah satu meja yang kosong di kantin yang siang itu ramai sekali. Melihat kehadirannya, otomatis si Ibu Kantin segera nyamperin. The power of Berlyn banget ini mah. Dan Orin akhirnya terbiasa dengan hal ini.

"Rin lo berapa kali pacaran sih?" tanya Mila tiba-tiba.

Sumpah deh nih anak, hanya karena Mas Anom pacarnya kerja jadi anak buah Berlyn, merasa mereka berada dalam frekuensi yang sama.

"Ciyee... ibu-ibu dharma wanita divisi energi ini," celetuk Mei yang tiba-tiba nimbrung tanpa diundang. Cewek nyinyir yang selama kepergian bosnya jadi semakin menjadi nyebelinnya ini dengan tak tahu malu duduk di depan Orin.

"Serius nanya nih, Rin. Pak Berlyn pacar lo yang keberapa sih?" Mila tidak mempedulikan Mei dan kukuh pada pertanyaannya.

"Kedua," jawab Orin singkat. Tidak memalingkan wajah dari makan siangnya.

"Kedua setelah Mas Puji?" tanya Mei.

"Enak aja, woy!" bantah Orin kesal. "Aku nggak pernah pacaran tuh, sama Mas Puji. Patah hati aku dicuekin Mas Puji." Bantah Orin. "Pacar pertamaku pas SMP. Jadian dua hari doang. Trus putus gara-gara dia mau nyontek PR tapi nggak aku kasih."

Rombongan cewek-cewek itu tertawa terbahak-bahak. "Receh amat!"

"Dicuekin Mas Puji tapi dapetnya Pak Berlyn mah nggak rugi, Rin," sahut Harvin.

"Eh iya, Orin mah gila. Diam-diam aja, tahu-tahu jadian sama Pak Berlyn."

Nggak diam-diam juga kali! Mereka pasti tidak tahu bagaimana jungkir baliknya perasaan Orin ketika pertama bertemu dulu. Atau kegalauan tak berkesudahan saat pria itu memperpanjang masa tinggalnya di Belanda. Sekarang? Orang juga pasti melihatnya hanya sebatas permukaan. Tentang Orin yang ke mana-mana didampingin Berlyn, saat pria itu sedang memiliki waktu luang. Tanpa mengetahui bagaimana gadis itu harus berjuang menyesuaikan diri dengan popularitas Berlyn. Dan berjuang mengatasi rasa cemburu yang menguras hati, kepada mantan istri dan mantan anak tiri.

Orang lain memang hanya bisa melihat ujungnya saja, saat sudah dianggap sukses. Tanpa mau peduli dengan proses panjang yang harus dilalui. Seta setiap tantangan yang harus dijalani.

"Bagi-bagi pengalaman dong, Rin. Gimana caranya bisa menangkap pria seperti Pak Berlyn itu. Gue juga mau deh dapetin satu aja. Kali aja rezekinya nular," Mei tanpa tahu malu terus mendesak Orin.

"Ah, lo Mei! Mana bisa minta nasib sama tapi usaha beda," bantah Mila.

"Masa?" Mei memandang Orin dengan lebay. "Usaha lo emang apaan, Rin?"

"Yah, aku kan ke lapangan. Kamu kagak," balas Orin. "Di sana aku kenal Pak Berlyn."

Mei sebagai seorang admin memang tidak mungkin dikirim ke lapangan. Makanya dia sengaja mengatakan hal itu agar Mei bungkam. Tapi namanya Mei, mana peka dengan kode dari orang?

"Ah iya, lo harus nekad ke lapangan juga ya," Mei menyeringai nggak mau kalah. "Di lapangan kan isinya kebanyakan cowok ya. Lingkungannya juga horor, di hutan. Gue tahu kenapa Pak Berlyn kepincut sama lo. Pasti di sana lo keliatan paling cakep dan paling bening. Apalagi dibanding orang-orang lapangan yang setiap hari terpanggang matahari."

Sialan! Orin gondok setengah mati.

Setelah berhari-hari bimbang haruskah menghubungi Berlyn yang sedang sibuk di lapangan, akhirnya petang itu Orin menemukan jalan untuk menarik perhatian pria itu. Dua hari terakhir ini gadis itu memang berusaha menyelesaikan satu set cushion cover dan table runner yang rencananya akan dia pasang di ruang tamu Berlyn. Menggunakan sisa bahan Etsuko Furuya, gadis itu menyelesaikan proyek jahitnya hanya dalam waktu dua hari.

Dengan memanfaatkan photo booth yang ada di salah satu sudut kamarnya, dia memotret hasil karyanya dan mengunggahnya untuk status. Dan ... voila! Tak sampai lima menit, Berlyn meneleponnya.

"Rin..."

"Bee..."

"Itu yang kamu upload, buat rumah kita kan?" tanyanya.

Wajah Orin seketika merona. Sialan! Om-om genit ini paling bisa membuatnya kehilangan kata-kata. "Siapa bilang?"

"Motifnya mirip selimutku," katanya sok percaya diri.

"Aku upload di status tuh biasanya bentar lagi akan ada yang nawar, Bee. Kalau harganya cocok, aku lepas lah! Lumayan kan buat beli craft supplies lagi?"

"Harga yang aku kasih kurang mahal gimana sih, Rin? Aku kasih semuanya, jiwa, raga, aset, plus segala utang dan tagihanku, semua buat kamu!"

"Ih, ogah bener kalau tagihan dikasih juga!" bantah Orin yang akhirnya bisa tertawa terbahak-bahak. "Ngomong-ngomong, kabar kamu gimana, Bee? Sehat?"

"Akhirnya ... Jeng Orin nanyain kabar," suara Berlyn terdengar keras karena pria itu mengatakannya sambil tertawa.

Lalu terdengar suara orang lain di belakangnya.

"Siapa tuh, Bee?" tanya Orin tanpa pikir dulu.

"Siapa? Kamu berharap siapa?" goda Berlyn.

"Bee... serius!"

Berlyn lagi-lagi tertawa. "Serius mau nanya? Ini ada Pak Dhani, Pak Irsal, Pak Dirut juga ikut!"

"Waduh, maaf kalau aku ganggu," Orin terkejut. Mungkin mereka, para pria itu sedang rapat atau apa di lapangan. Sesuatu yang dulu sering dijumpai saat masih berdinas di proyek.

"Nggak mengganggu kok. Mereka tuh yang gangguin kita. Tiap hari kamu tuh selalu ditelepon Pak Dhani, kan? Ini yang punya pacar siapa, yang telepon siapa. Nggak jelas banget. Sampai-sampai aku cemburu lho sama HP Pak Dhani. Barang jelek kayak gitu malah lebih sering denger suara kamu dari pada aku."

"Kamu kan sibuk, Bee. Lagian aku ogah telepon kamu."

"Lah, kenapa?"

"Jadi kangen ntar!"

Dan Berlyn yang di ujung sana pasti terbengong-bengon mendengar pengakuan dari makhluk paling jaim yang pernah dikenalnya itu. "Rin, kamu nggak mabok kan?" tanyanya was-was.

Akhirnya Orin yang tertawa puas mendengar pertanyaan absurd dari Berlyn itu.

Di antara kami berdua, semua baik-baik saja kok! Nggak ada masalah apa pun. Orang lain aja yang ribut.

***

Mila heboh banget mengabarkan kalau rombongan para bos kembali dengan penerbangan Jumat pagi. Yang artinya sebelum siang sudah balik di sini.

Orin gondok setengah mati. Iri juga karena Mila lebih update dengan perjalanan Berlyn dari pada dia. Antara Orin dan Berlyn kebanyakan ngobrolin gombal melulu, sampai-sampai hal penting soal jadwa kepulangan terlupa dibahas.

Jadi betapa terkejutnya dia, juga pegawai yang lain, ketika pintu ruangan Pak Dhani terbuka. Berlyn dan Pak Dhani dengan kostum perjalanan mereka melangkah keluar dari sana sambil berbincang ribut sekali.

"Pak Berlyn!" sapa para cewek yang duduk di dekat kedua pria berada.

"Hali, cewek-cewek cantik! Apa kabar?" suara genit Berlyn terdengar nyebelin seperti biasa.

"Pak Berlyn dari lapangan kok jadi item sih? Pak Dhani juga."

"Wah, siapa bilang ini item. Ini namanya eksotis, tahu? Ini tuh item di luar, lembut di dalam. Ya nggak, Pak Dhani?"

Suara tawa Pak Dhani terdengar sengau seperti biasa. Membuat Orin gindok luar biasa. Gadis itu seolah membeku di depan komputernya. Menundukkan kepala tanpa tahu harus berkomentar bagaimana. Duh, susah banget sih bagaimana harus bersikap di situasi seperti ini? Rasa posesifnya muncul tiba-tiba, membuatnya kesal pada barisan cewek-cewek yang ada di ujung lain ruangan itu!

Bee, sialan kamu! Aku harus bagaimana? Pura-pura nggak tahu, dan join saja dengan santai gitu? Tapi aku nggak baik-baik saja Bee!

"Halo, Orin," tahu-tahu pria itu sudah berdiri menjulang di sebelahnya.

Orin mendongakkan kepala, menatap langsung kepadanya. Benar memang, wajah Berlyn menjadi lebih gelap. "Bee..." suaranya terdengar lirih karena tercekat di tenggorokan.

"Kamu serius amat sih kerjanya, Rin? Aku udah datang lho. Kan aku jadi cemburu sama data debit di depanmu itu.

Orin tersenyum lemah. "Aku nggak tahu kalau kamu mampir kantor dulu. Kupikir langsung pulang. Toh juga udah hari Jumat."

"Aku memang pulang, Rin. Pulangku kan ke kamu?"

Dan Orin tergagap dengan wajah merah padam.

Untung tak lama kemudian Berlyn meninggalkannya dengan mengatakan akan menunggunya pulang sambil istirahat di ruangan Pak Dhani. Sampai lima belas menit kemudian Mei keluar sambil ngomel-ngomel.

"Sialan, ruangan gue diinvasi lakinya Orin," katanya sambil cemberut pada Orin.

"Kok bisa?' tanya Orin dengan kikuk. Beberapa pasang mata tertuju kepadanya.

"Pak Dhani dan Pak Berlyn lagi molor tuh di ruangan. Tunggu aja sampai Pak Irsal nongol juga. Dijamin mereka bertiga ngorok berjamaah, kenceng-kencengan!"

Eh? "Berlyn kalau tidur nggak ngorok, kok!" celetuk Orin tanpa sadar.

Lho, Rin?

Noted: stress banget nulis ini. Belum nemu soul-nya gitu. Tapi emang Orin semenyebalkan itu. Yang pernah ngalamin susahnya beradaptasi dengan pasangan, mungkin tahu rasanya.

Betewe, kalau sudah diunggah sekarang, besok aku upload update apa ya?


Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 168K 33
[Sebagian bab di-private. Follow untuk melanjutkan membaca] Titik penentuan dalam permainan bulutangkis. Segala macam tekanan dan harapan bergumul m...
137K 793 66
Beberapa penulis cerita wattpad yang aku suka dan cerita yang menarik untuk dibaca
1.9K 230 9
📚 KUMPULAN CERITA PENDEK 📚 "Keep love in your heart. A life without it is like a sunless garden when the flowers are dead. The consciousness of lov...
529 73 4
Yang orang tahu, Sailo Dewangga menjadi alasan Resyara terus menjomlo selama 7 tahun. Kata lainnya gamon. Sementara skandal salah satu penulis calon...