NERDIOLA ✔

Por billaza

3.4M 119K 4.6K

PROSES PENERBITAN. Alenna Nerdila Putri bener-bener cewek terpopuler disekolah. Tapi tidak, dia bukan terkena... Más

Halo kamu :)
P R O L O G
Author Note
Author Note (lagi)
PLAN I
PLAN J
PLAN K
PLAN L
PLAN M
PLAN N
PLAN O
PLAN P
PLAN Q
PLAN R
PLAN S
PLAN T
PLAN U
PLAN V
PLAN W
PLAN X
PLAN Y
Author Note (lagi)
F I N A L
Note Before Epilogue
Author Note
Ucapan Terima Kasih
Sequel is Posted!
EXTRA PLAN
Tolong Dibaca
Pengumuman Penerbitan
Perubahan dalam Versi Novel Cetak
Ganti Penerbit

E P I L O G

113K 3.6K 55
Por billaza

Seluruh anak kelas Dua Belas telah selesai melaksanakan Ujian Nasional dan Ujian Sekolah. Memang, semuanya berlalu teramat cepat. Waktu bergulir sangat cepat, dan banyak hal yang sudah berubah. Hubungan Lenna dan Miki, misalnya. Mereka memang tidak menjalin hubungan 'lebih' lagi, tetapi kini mereka berdua sangat dekat. Malah, mereka berdua terlihat lebih dekat daripada orang-orang pacaran pada umumnya.

Lupakan soal itu, lusa dalah malam Prom Night. Band Miki, Rico, Daniel dan Minzy akan tampil malam itu, dan mereka berempat pun sudah sembilan puluh persen siap. Dress-code untuk acara itu adalah putih, jadi band Miki memutuskan untuk memakai baju hitam agar terlihat berbeda. Sementara Miki diribetkan oleh masalah band, Lenna sibuk memilih universitas yang akan ia tuju. Seperempat waktunya di rumah, dipenuhi oleh buku, buku dan buku. Mulai dari buku referensi universitas, buku berisi tes-tes ujian masuk universitas yang populer, bahkan buku sastra nasional. Bukan, dia bukan mau masuk jurusan Sastra, tapi dia pikir, sepertinya kurang bagus jika membaca novel terus, padahal sastra asli Indonesia tak kalah bagusnya daripada novel yang sering Lenna baca, yang biasanya ber-genre sosial dan roman.

Seperti hari ini, Lenna sedang duduk di kursi belajarnya, membolak-balikkan buku soal yang sedari tadi ia isi. Rambutnya dicepol asal, kacamatanya sedikit merosot ke ujung hidung, matanya juga sudah kuyu, mungkin mengantuk. Sementara itu, di sebelahnya masih ada semangkuk lasagna yang masih setengah utuh. Dan kalau kalian ingin tahu, itu buatan Lenna sendiri.

Drrt. Drrt. Drrt.

Menyuapkan sesendok lasagna ke mulutnya lagi, Lenna pun mengambil ponselnya sambil mengunyah. Dengan malas, ia membuka notifikasi di ponselnya dan mendapati kalau Miki mengirim chat untuknya.

Michael: Hei. Lagi apa?

Alenna: Belajar. Kamu?

Michael: Di rumah Rico, nih. Kayaknya nginep. Kamu belajar terus, nggak pusing? Istirahat dulu.

Alenna: Nggak kok, nggak pusing. Baik-baik di rumahnya Rico ya, jangan bikin malu.

Michael: Iya sayang. Udah malem nih, kamu tidur gih.

Alenna: Sayang mata lo peyang.

Miki: Mataku nggak peyang :(

Lenna tersenyum tipis, lalu meletakkan ponselnya di meja dan mulai melahap lasagna-nya lagi. Mungkin Miki benar, dia sudah harus istirahat sekarang. Baru saja mau pergi ke kamar mandi untuk menggosok giginya, Launa meneleponnya.

Oke, pasti cewek itu akan ribet pangkat seratus soal Prom Night nanti. Dan Lenna harus siap jadi korbannya.

"Ha-"

"Lenna! Besok gue dateng jam lima, oke?"

Benar, 'kan?

=====

"Laper apa doyan?" ejek Rico ketika melihat Daniel tengah makan nasi goreng kesukaannya seperti orang kesetanan.

"Dua-duanya," sahut Daniel asal sambil melahap suapan terakhir nasi gorengnya. "Gue laper, tau. Sirik aja lo."

Rico hanya memutar bola matanya, lalu mengisyaratkan Daniel untuk melihat tingkah Miki yang kelewat aneh. Cowok itu tengah memainkan ponselnya sambil sesekali senyam-senyum horor, lalu mengetikkan sesuatu di layar ponselnya lagi, dan kemudian senyam-senyum lagi, dan seterusnya. Rico menautkan alis, sementara Daniel terlihat tak peduli karena sudah tahu alasannya.

"Palingan juga Lenna," celetuk Daniel akhirnya, karena Miki tak kunjung selesai dengan 'kegiatan'-nya itu. Sambil menyendokkan tiga centong nasi goreng ke piringnya lagi, Daniel berdeham agak kencang, agar Miki kembali fokus ke dunia nyata-nya.

Miki mendongak, lalu menatap kedua temannya bingung. "Kenapa?"

"Gapapa, tadi ada kucing manjat pohon di luar," Rico menyahut ngaco, lalu meminum es jeruknya. "Eh, katanya tadi mau latihan? Kenapa jadi makan-makan rakus gini?-Heh, Daniel, lo udah makan nasi berapa centong?"

Miki menggeleng-geleng menatap kedua temannya itu, lalu memasukkan ponselnya ke saku dan berjalan mengikuti Rico ke studio setelah meletakkan piring kotornya ke bak piring kotor yang nanti akan dicuci pembantu rumah tangga di rumah Rico. Karena Minzy harus menjaga suaranya yang akan dipakai untuk tampil lusa, jadi cewek itu tidak datang untuk latihan. Jadi, Miki, Rico dan Daniel berlatih menggunakan tape yang berisikan suara Minzy. Namun, kemarin Minzy sendiri mengusulkan kalau Miki akan ikut bernyayi di hari H. Awalnya Miki menolak, namun akhirnya setuju karena sebuah ide-atau mungkin dua-terlintas dalam benaknya.

"Beneran fix, nih, gue main drum?" tanya Rico setelah mereka bertiga masuk di studio musik rumah Rico.

Miki mengangguk singkat, "Gue bass. Daniel keyboard. Minzy kan cuma vocal dan sesekali mainin gitar. Ya 'kan?"

Daniel ikut mengangguk. "Tapi gue nggak begitu ahli. Kenapa nggak gue aja yang drum, trus Rico mainin keyboard?"

"Oke," angguk Miki lagi. Ia pun berjalan menuju posisi-nya dan Rico pun menyetel tape milik Minzy. "Oh ya," tambah Miki tiba-tiba.

Daniel mendongak dari drum-nya. "Apaan lagi?"

"Nggak, ini soal lagu yang mau gue nyanyiin di Prom Night," ucap Miki.

Rico mendengus. "Lagu apaan? Jangan yang menjijikan, ya."

Miki berdecak kesal, lalu mengeluarkan ponselnya lagi dari dalam saku. Mengirim sebuah chat pada Lenna, cowok itu pun tersenyum miring. "Besok gue kasih tau."

=====

"Ya ampun, Tan, enak banget pudding-nya!" jerit Launa norak sambil meletakkan piring kecilnya di meja dan mulai meletakkan sepotong pudding lagi ke piringnya. "Minta resepnya, dong?"

"Wah, makasih lho," Siska terkekeh, lalu ikut melahap pudding buatannya sendiri, "Ini sih Tante liat di internet. Nanti Tante kasih ya. Seneng deh, kalo Launa suka."

"Suka banget, Tan!"

Lenna menghela napas panjang sambil mengeringkan rambutnya dengan hair dryer. Meskipun jarak ruang makan dan kamar Lenna agak jauh, namun teriakan Launa seolah-olah berada tepat di gendang telinganya. Lenna meringis. Temannya itu memang kelewat heboh.

Setelah yakin kalau rambutnya sudah agak kering, Lenna pun mematikkan alat elektronik tersebut dan segera berjalan menuju lemari pakaian-nya. Tangannya bergerak pelan mencari gaun yang baru dibelinya minggu lalu, tentunya bersama Launa. Lenna tersenyum puas ketika menemukan gaun tersebut. Menarik perlahan gaun itu dari lemari, Lenna pun segera menggantungkan gaun tersebut di dekat meja rias.

Sebetulnya, gaun tersebut bukanlah gaun, melainkan semacam dress berbahan jatuh yang sangat simpel. Cewek itu memang tak suka ribet memakai gaun ketat (atau gaun panjang) dan high heels, jadi rencananya ia akan tampil semi-formal malam ini. Toh, ini bukan acara kawinan juga, 'kan? Yah, memang sih, ada sesi dansa. Tapi, kalau tak ada partner, lebih baik diam. Mengingat soal partner, Lenna jadi ingat kalau Miki harus tampil full semalaman hari ini. Lenna mendengus kecewa.

Meletakkan kotak make-up Launa di meja riasnya, cewek itu pun beralih ke arah pintu dan memanggil Launa untuk segera 'melancarkan aksinya' karena jam sudah menunjukkan waktu tepat pukul setengah enam. Dengan semangat, Launa melejit masuk ke dalam kamar Lenna setelah menghabiskan pudding-nya.

"Oke. Duduk," titah Launa sambil mengobrak-abrik tas make-up-nya. "Gue bikin simpel aja, ya."

Lenna mengangguk pelan, lalu memejamkan matanya ketika Launa mulai memoles sesuatu ke wajahnya. Entah itu bedak, atau apapun itu, yang jelas Lenna berharap wajahnya tak akan jadi seperti badut.

"Percaya aja sama gue, elah," rutuk Launa kesal. Lenna pun tertawa.

Tak sampai satu jam setelahnya, Lenna dan Launa sudah siap dan tengah duduk cantik di ruang tamu bersama Siska. Lenna dengan dress -nya yang berwarna putih itu, dan dengan sebuah cardigan tipis panjang putih yang mampu menutupi bagian belakang pahanya dan sebagian bagian depan pahanya, serta Launa dengan dress putih kelap-kelip yang pendek dengan lengan yang sepanjang siku. Sementara Lenna memakai converse model wedges-nya, Launa dengan berani memakai high heels delapan centimeter-nya yang katanya lumayan bikin pegal.

Dan sebetulnya kurang penting juga membahas pakaian apa yang mereka pakai. Jadi, sesuai dress-code, mereka pakai baju putih.

"Miki belom sampe?" tanya Siska ketika melihat Lenna mematikkan sambungan teleponnya dengan Miki.

Lenna menghela napas pelan, "Katanya dikit lagi nyampe."

Siska manggut-manggut. "Kamu jangan minum bir, ya?"

"Nggaklah, Ma," Lenna nyengir. "Yang minum palingan si Launa."

"Enak aja! Nggak bakal!"

Siska geleng-geleng kepala, tepat pada saat sebuah klakson mobil dibunyikan. Launa langsung berdiri, merapikan rambutnya, lalu mengetuk-etukkan ujung high heels-nya ke lantai.

"Gue nervous," gumam Launa ketika Lenna juga ikut berdiri bersama Siska.

Siska tersenyum hangat, "Kamu cantik kok, Launa. Tante aja iri sama kamu."

Akhirnya, setelah pamit, mereka berdua pun segera keluar dari rumah Lenna dan menghampiri mobil Miki yang sudah parkir ganteng di depan pagar rumah Lenna. Launa pun masuk duluan, lalu disusul Lenna. Ternyata Daniel juga ikut, duduk di depan di sebelah Miki. Untung Lenna nggak ke-pede-an buka pintu penumpang depan. Kalo iya, mau ditaruh di mana mukanya?

"Cie, cantik cie," goda Daniel sambil melirik Lenna dan Launa lewat kaca spion. Miki langsung menoyor Daniel.

"Gausah nge-flirt cewek gue," ketus Miki.

Daniel nyengir. "Cewek lo siapa, Mik? Perasaan lo masih jomblo, deh."

Miki langsung diam. Pipinya memerah lucu. Iya ya, sejak kapan Lenna jadi pacarnya lagi? Dia 'kan belum nembak Lenna; meskipun keduanya sudah mengakui perasaan masing-masing. Miki hanya merasa ... waktunya belum tepat.

Sontak, Launa dan Daniel tertawa, sementara Miki salah tingkah dan Lenna pura-pura nggak dengar.

=====

Ruang aula sudah dihias sedimikian rupa untuk acara setahun-sekali ini-atau lebih tepatnya, acara prom night ini. Lenna mengedarkan pandangannya, menyadari kalau sebagian besar perempuan memakai baju simpel sepertinya, walaupun ada juga beberapa yang dandan habis-habisan seperti Launa. Kalau cowok-cowoknya ... well, seperti biasanya, memakai tux dan kemeja, atau mungkin jas. Atau seperti Miki; cowok itu hanya memakai kemeja hitam dengan lengan yang digulung karena katanya di panggung bakalan gerah. Tapi, menurut Lenna, Miki tetap ganteng, malahan lebih ganteng dari biasanya hari ini.

Launa menepuk pundak Lenna pelan. "Gue ambil minum bentar,"

Setelah melihat anggukan dari Lenna, Launa pun buru-buru berlalu ke arah stan minuman sementara Lenna masih berdiri patung di dekat pintu masuk. Tak ada yang dia kenal, kecuali Launa yang sudah hilang ke arah stan minuman. Yah, sebetulnya ia juga mengenal Cyntia dan Clarissa, sih. Tapi masa' sih, dia mau menyapa kedua orang sadis tersebut? Ralat, maksudnya seorang sadis dan satu bawahannya. Eh.

Lenna pun memutuskan berjalan menuju stan minuman untuk mencari Launa. Sialnya, cewek itu sudah menghilang dari peredaran. Jadi, Lenna pun mengambil sebuah minuman sari jeruk dan mencari kursi kosong yang terletak di pojok ruangan.

"Sendirian aja?" tanya seseorang ketika Lenna baru saja duduk di kursi tadi. "Boleh duduk di sini?"

Lenna mengangguk ketika menyadari kalau itu adalah teman Miki-Minzy. Minzy memakai pakaian berwarna hitam, namun rambutnya dikuncir kuda, tak seperti Lenna yang digerai. "Bukannya lo tampil, ya?" tanya Lenna akhirnya.

Minzy mengangguk. "Iya, baru selesai check sound. Acaranya belom mulai, jadi gue muter-muter dulu, hehe."

Lenna manggut-manggut. "Yang lain mana?"

"Rico, Daniel sama Miki, maksud lo?" Minzy menaikkan sebelah alisnya. "Atau cuma Miki-nya aja?"

Lenna mengulum bibirnya, lalu meminum minumannya salah tingkah. "Menurut lo aja."

Minzy tertawa lepas. Cewek itu pun menepuk-nepuk pundak Lenna, "Akhirnya jujur juga, lo. Miki ada di backstage. Mau ikut? Gue mau ke sana juga nih, soalnya."

Lenna terdiam sejenak, sebelum akhirnya mengangguk pelan. "Yaudah. Nggak ada yang gue kenal juga di sini."

"Lo segitu kuper-nya, kah? Katanya Miki, lo waktu SMP populer banget?"

Lenna terbatuk pelan, "Udah lama, gausah diungkit lagi."

Mengerti, Minzy pun cepat-cepat mengalihkan pembicaraan. "By the way, nanti si Miki juga nyanyi."

"Bukannya biasanya juga begitu?" tanya Lenna bingung dengan alis agak berkerut. Sementara Minzy hanya mengangguk, tak kunjung menjawab karena mereka sudah sampai di belakang panggung. Miki tak terlihat, sementara Rico sedang menunduk, memasang earphone di kedua telinganya yang entah dilalui suara musik atau tidak. Daniel juga melakukan hal yang sama, namun kadang dia bergumam-gumam kecil yang berarti dia tengah mendengarkan musik.

Dan juga, apakah ini penting untuk menjelaskan kegiatan mereka bertiga-berdua?

Minzy berdeham kecil. "Dan, Daniel!"

Daniel mendongak, kemudian mengernyit. "Ganggu aja lo. Apaan sih?"

"Miki mana?" Minzy bertanya lagi. Sementara Lenna hanya diam patung di belakang Minzy, tersenyum pada Daniel yang tadi juga tersenyum singkat padanya sebagai tanda sapaan.

"Di Jonggol," Daniel menjawab asal, kemudian mengambil ponselnya dari meja untuk memperbesar volume suara lagunya.

"Ish, gue nanya serius, kali!" ujar Minzy geregetan, lalu mencopot earphone Daniel secara paksa. "Dimana? Gue nanya-nya serius."

Daniel memutar bola matanya, terlihat kesal sekaligus terganggu. Memasang kedua earphone-nya ke telinga lagi, dia pun menatap dua cewek di hadapannya dengan datar, lalu menepuk-nepuk sofa di sebelahnya. "Mendingan kalian berdua duduk dulu deh, acara mau dimulai, oke? Dan kalo lo mau nanya lagi tentang keberadaan Miki, dia lagi ke toilet."

Dan Daniel tersenyum puas melihat keduanya-maksudnya hanya Minzy-kini terdiam tanpa bertanya-tanya lagi. Lenna sedari tadi memang diam, jadi tak masuk hitungan Daniel.

"Selamat malam semuanya! Malam ini, seperti yang sudah kalian semua ketahui, adalah prom night! Dan saya, Clarissa, akan menjadi MC malam ini," suara yang menurut Lenna menjijikan terdengar. Siapa lagi kalau bukan Clarissa yang itu? "Pertama-tama, sebagai pembuka acara ini, akan tampil seorang pianis amatiran. Yah, kita sambut saja, Rico!"

Rico seakan tersedak di sebelah Daniel. Cowok itu menatap Daniel dan Minzy kaget. "Kok bisa gue? Dan, kenapa itu orang pake ngasih embel-embel 'amatiran'?"

"Almira halangan. Udah lo aja sana, maju doang ribet amat," ketus Daniel yang masih kesal akibat Minzy. "Dan lo 'kan emang masih amatiran, bukan profesional kayak-"

Minzy berdecak nggak sabaran. "Ada kertas contekannya kok, santai aja Rik."

"Gosah manggil gue Rik, bisa?" Kali ini, Rico yang menyahut ketus. Wajar sih, dia lagi galau, jadi ketus. Biasalah, abis diputusin sang pac-mantan pacar. Namun akhirnya, cowok itu maju juga setelah Clarissa memanggil namanya sekali lagi di panggung.

Resmi, prom night hari ini dimulai.

=====

Miki bosan. Dia tengah mendengarkan beberapa lagu dari playlist ponselnya untuk mencari lagu yang cocok untuk dia nyanyikan hari ini. Memang, dia janji pada Rico untuk memberitahukannya kemarin, namun kenyataannya dia mengganti lagi tersebut dan masih bingung lagu apa yang fix akan ia nyanyikan hingga detik ini. Sialan karena lagu-lagu tersebut tak dapat melukiskan apa yang ingin ia utarakan pada Lenna. Sialan lagi, harusnya ia menciptakan lagu lebih awal. Nah, tunggu ... memang Miki bisa menciptakan lagu? Bisa, lah!

Berdecak, cowok itu pun kembali mencari sebuah lagu diantara ribuan lagu dalam ponselnya. Yah, yang jelas bikin mata kita keriting kalau menge-scroll-nya cepat-cepat.

"Nggak usah yang mewakilkan perasaan lo, nggak papa kali, Mik," tukas Minzy nggak sabaran sambil mengetuk-etukan sepatunya di lantai. Cewek itu baru datang lima menit yang lalu, dan karena Miki tak ada perubahan gerakan sama sekali, jadi Minzy kesal dan buru-buru mengambil ponsel Miki. "Kenapa nggak Maps-nya Maroon 5?"

"Nggak," bantah Miki cepat. "Sabar kenapa sih?"

"A Sky Full of Stars-nya Coldplay?" tawar Minzy lagi, jenuh melihat Miki yang diam terus tanpa membuahkan hasil apa-apa.

Miki menjentikkan jari. "Bentar. Gue liat dulu."

Bosan, Minzy pun keluar dari ruangan tersebut, meninggalkan Miki sendirian. Cowok itu malah senang, karena dia jadi tenang seperti beberapa menit yang lalu, sebelum Minzy datang dan merecoki kegiatan produktif-nya. Eh.

Memainkannya sebentar dengan gitar, Miki kemudian manggut-manggut sendiri dan segera keluar dari ruangan tersebut seperti Minzy. Suara piano langsung menusuk-nusuk indera pendengaran Miki. Ia mengerang kecil, memakai sebelah earphone-nya, lalu berjalan menuju backstage untuk mencari Rico. Wajahnya mengernyit ketika melihat Rico tengah memainkan piano di panggung yang baru ia kewati barusan.

Menemukan Daniel, Miki buru-buru memanggil cowok itu. "Udah siap gue. Abis Rico, kita maju 'kan?"

"Lo tau Rico main piano?" tanya Daniel sambil tetap fokus pada ponselnya. Main Get Rich di waktu senggang ada bagusnya juga, menurut Daniel.

"Barusan ngeliat," jawab Miki cuek lalu kembali memutar lagu yang Minzy rekomendasikan tadi dan menyodorkan sebelah earphone-nya pada Daniel. "Eh, lagu ini bisa nggak?"

Daniel pun memasang earphone tersebut di telinga kanannya dan mendengarkan dengan seksama. "Bisa sih, cuman ... seriously? Lo mau nyanyi lagu ginian?"

"Gue sering kali nyanyiin lagu ginian," tukas Miki, kemudian mereka berdua terkekeh bersamaan. Daniel pun menepuk-nepuk pundak Miki setelah Rico turun dari panggung. Miki menatap Rico dengan pandangan bertanya, karena cowok itu terlihat ingin menyampaikan sesuatu.

"Clarissa bakalan manggil kita setelah lagu Break Free selesai diputer," jelas Rico singkat lalu duduk di sebelah Miki. "Udah lama banget gue nggak main piano. Jelek ya?"

"Buset, kayak gitu dibilang jelek," komentar Daniel heboh. "Keren banget tau, njing."

"Gausah anjing juga, njing,"

"Udah napa ih," peringat Minzy, menatap tajam ketiga cowok itu. Miki mengangkat kedua tangannya, merasa keberatan karena ia juga disalahkan. "Lo juga salah, Mik. Lerai mereka, kek, gitu. Nggak intelek banget jadi orang lo pada. Udahlah, diem bisa nggak sih? Gue mau tenang."

Miki berdecak. Kayaknya hari ini Minzy sensi-an banget sama dia. Padahal tadi, saat baru sampai di backstage sebelum acara dimulai, Minzy ramah kayak biasanya. Masa bodoh sih, cuma Miki takut aja entar Minzy marah-marah di atas panggung kayak ...

Oke. Miki bakalan tutup mulut kalo dipelototin gitu sama Minzy. Mungkin Minzy demam panggung. Nervous. Jadinya emosi-an.

Bodolah. Minzy melototin lagi. Emangnya pikiran Miki kedengeran sampe luar, ya? Duh.

=====

Mencari Launa seakan sia-sia di kerumunan orang-orang berpakaian putih ini. Apalagi, Lenna jadi susah membedakan dia-siapa-dia-siapa karena semuanya pakai baju putih. Sialan dengan dress-code, dan kini Lenna sudah pasrah dan duduk lemes di salah satu bangku sebuah bar. Nggak bermaksud meminum apapun, cewek itu menolak setiap ada bartender yang menawarkannya minuman. Memang sih, bar itu hanya bar sementara, alias hanya untuk acara ini. Cewek itu juga sedikit ngeri melihat orang-orang berpakaian putih. Kayak sekumpulan kuntilanak. Eh.

Seseorang pun duduk di sebelah Lenna, membuat Lenna mau tak mau menoleh. Dan karena tak mengenal orang itu, Lenna hanya bertopang dagu cuek, menatap ke arah panggung yang kini tengah kosong. Sebagai gantinya, lagu Break Free diputar dengan beberapa bagian di-remix oleh seorang DJ yang tak lain adalah murid sekolah Lenna juga.

Beberapa menit kemudian, lagu Break Free selesai diputar. Dan kali ini, band Miki naik ke atas panggung. Tapi tunggu ... kok, kayaknya ada yang kurang, ya? Ah, gini nih, kalau di tengah-tengah orang banyak. Penglihatan Lenna suka kabur. Yang jelas, hanya ada tiga orang di panggung. Siapa yang nggak ada?

"Malam semuanya! Malam ini, band kita akan nampilin dua lagu, atau mungkin tiga, dan untuk yang pertama ini adalah untuk sesi dansa," suara Minzy menggema di dalam aula besar tersebut. "Yang nggak mau dansa nggak papa, tapi di tengah ruangan adalah dance floor-nya."

Rico menekan beberapa tuts di keyboard-nya, sebelum akhirnya Minzy mulai bernyanyi. Sementara Lenna tetap duduk diam karena tak tahu ingin dansa dengan siapa.

Sementara lagu Runaway masih dinyanyikan Minzy, cowok yang tadi duduk di sebelah Lenna tiba-tiba menggenggam tangan Lenna dan menarik cewek itu ke lantai dansa. Lenna gelagapan, cewek itu bahkan tak tahu cara berdansa.

Baru saja akan bersuara, seseorang menarik tangan Lenna dari genggaman cowok asing tadi.

"Dia sama gue," tekan orang yang menarik Lenna barusan. Mata Lenna membulat. Kenapa Miki bisa ada di sini?

Si-cowok-asing menatap Miki dengan alis bertaut, namun kemudian cowok itu terbahak tanpa alasan sambil menarik lengan Lenna yang satunya lagi. Lenna mengernyit. Memangnya dia tali yang digunakan untuk permainan tarik tambang?

"Tapi sayangnya, gue udah ngambil dia duluan," balas si-orang-asing, membuat Miki melotot dan akhirnya mendorongnya dengan kekuatan penuh. Entah karena mabuk atau memang kekuatannya yang lemah, namun orang itu langsung menabrak salah satu stan dan menimbulkan kegaduhan. Gelas-gelas berserakkan dan pecah, begitu pula sebuah mangkuk beling besar berisi es buah segar. Semuanya berhamburan di lantai.

Lenna mengernyit lagi. Diliriknya Miki yang tengah menjambak rambutnya frustasi. Dan dengan terburu-buru, Miki pun menggenggam tangan kiri Lenna dan menarik cewek itu untuk keluar dari ballroom tersebut. Yang ditarik hanya menurut, toh ia sendiri muak dengan suasana acara ini.

Beberapa orang memanggil Miki selagi Lenna dan Miki berlari keluar. Ada yang memanggil bertanya 'ada apa?', ada juga yang meminta Miki untuk jangan pengecut dan bertanggungjawab karena sudah membuat Arya-ya, cowok asing tadi-terjatuh dan menubruk stan. Pundak Arya memang sedikit tergores pecahan beling, namun Miki bersikap masa bodoh dan tetap menarik Lenna. Menurut Miki, itu adalah salah Arya, jadi menurutnya, Arya harus menerima konsekuensinya. Yah, walau Lenna tak sepenuhnya setuju, karena Miki memakai cara fisik yang menurutnya nggak banget. Padahal, Arya sendiri tak memakai cara fisik, 'kan? Oke, Lenna akui, Miki salah juga.

"Kenapa?" tanya Miki ketika menyadari Lenna tengah menatapnya dengan mata yang disipitkan.

"Nggak usah pake fisik 'kan, bisa," Lenna berkata setelah ia dan Miki duduk di salah satu bangku taman. Taman di luar aula itu cukup luas. Lentera warna-warni digantung di mana-mana. Cantik. Lenna tersenyum tipis melihatnya.

Miki menghela nafas. "Aku udah coba buat nahan, Len. Cuma 'kan ... kamu tahu, lah. Aku gampang emosi. Apalagi dia megang-megang tangan kamu gitu, 'kan jadi sebel."

Mau tak mau, Lenna terkekeh menatap wajah lucu Miki. Bersandar pada sandaran bangku yang tengah ia duduki itu, ia pun menghembuskan nafasnya.

Miki menoleh, menatap Lenna bingung. Tadi baru ketawa, eh sekarang malah kayak orang sedih. Miki memutuskan untuk mengabaikan hal tersebut dan ikut bersender di sebelah Lenna. Rasa nyaman sontak menyergap keduanya.

Lenna tersenyum, kemudian memejamkan matanya. Miki menatap lekat wajah cewek itu, meyakinkan apakah Lenna betul-betul tidur atau cuma iseng. Miki pun menoel pipi Lenna, mencoba memancing cewek itu untuk membuka matanya. Tapi Lenna hanya bergumam kecil seolah mengigau. Membuat Miki tersenyum hangat dan mengecup keningnya. Digesernya kepala Lenna agar bersandar pada bahunya. Dagunya diletakkan di puncak kepala Lenna.

Benar-benar posisi yang sangat nyaman. Lenna tersenyum dalam tidurnya.

Sementara lagu Runaway masih dinyanyikan Minzy-dan sesi dansa masih berlangsung-Miki ikut memejamkan matanya. Ia tak peduli dengan siapa pun. Tak peduli akan apa pun. Yang penting ada Lenna di sampingnya, ia merasa lengkap.

"Cause you're a sky full of stars," nyanyi Miki pelan sambil mengaitkan tangannya dengan tangan Lenna, "I will give you my heart."

Dan setetes air mata lolos dari mata Lenna. Entah sejak kapan ia terbangun. Menyadari Miki tak bergerak semenjak berkata begitu, Lenna menggeser tubuhnya agar dapat menatap wajah cowok itu.

Cowok yang telah mencuri hatinya.

Mengubur semua ketakutannya.

Dan juga, cowok yang telah mencintainya tulus, sepenuh hati.

Lenna harap, ia dan Miki akan selamanya bahagia begini. Ia tak peduli siapa pun dan apa pun. Yang penting ada Miki di sebelahnya, ia merasa lengkap.

"Aku cinta kamu," gumam Miki, membuat Lenna terisak dan memeluk Miki erat.

"Aku tahu. Dan aku juga."

--- ∞ ---

BACA YA! AUTHOR NOTE TERAKHIR NERDIOLA NIHH :')

a.n

firstly, aku minta maaf. karena aku ngibul dan php soal pengen apde kemarin-kemarin malem. but well, aku seriusan nggak pede post epilog ini. aaaa, sumpah deh, rasanya cheesy dan jelek banget. huft.

finally, nerdiola selesai juga! yay! seneng deh, tapi sedih juga. tapi gapapa deh, 'kan ada kanissico. wuqwuq. by the way, makasih like makasih banget buat yang udah baca ini. makasih juga buat semua dukungan, votes dan comment-nya. jujur, rasanya kesel sendiri karena belom bisa memberikan cerita yang baik buat kalian semua. liat aja tuh, masa epilog freak gitu? bodo lah ya, bawa happy aja.

Hashtag, billa-ga-peduli.

Hashtag, baca-kanissico-jangan-lupa.

Hashtag, apakah-buku-ini-harus-diedit?

Hashtag, kebanyakan-hasthtag.

aku bakalan ngerevisi ulang buku ini dan ngedit-ngedit bagian aneh-nya. dan selagi aku melakukan kegiatan tersebut(?), aku sangat menerima kritik DAN saran. aku benci kritik tanpa saran. you know, aku orangnya gampang sakit hati. hueks. hahaa.

aku juga akan sangat amat seneng kalo kalian ngirim sesuatu yang unyu ... seperti misalnya cover buku, atau mungkin ... yah, apa kek gitu? hehe, aku gak minta banyak, aku cuma pengen aja gitu. bukan minta, cuma pengen. ehehe. beberapa chapter juga masih kosong dedicate, jadi aku bakal milih beberapa orang beruntung buat aku dedicate di tiap chapternya.

SAMPAI KETEMU DI KANISSICO DAN BUKU-KU YANG LAINNYA!

@billaza.

271214 --- @04:50

Seguir leyendo

También te gustarán

362K 2.7K 8
Selalu ingat! Follow dulu sebelum baca biar sama-sama enak, okey?! Cover inspirasi by pinterest💛 Sekadar peringatan! Versi lengkap bisa dilihat di a...
Roomate [End] Por asta

Novela Juvenil

669K 45.2K 40
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
Buronan Por 𝐒𝐚𝐫𝐢

Misterio / Suspenso

2K 38 2
"Apa hal terburuk yang bisa terjadi kalo lo pacarin salah satu dari kami?" "That would be sad. Rencana gue runtuh, dong." "?" "Gue nggak akan bisa ke...
3.6M 302K 74
(PART TIDAK DIHAPUS ) Gimana sih rasanya jadi cewek kaya mendadak? Bisa jalan-jalan ke luar negeri, punya bodyguard, bisa beli apa pun yang kamu mau...