me or her? [END]

By Nahizs

5.8K 657 31

atifa gita hermansyah, gadis yang selalu saja tersakiti. gadis yang mempunyai hati sangat lembut, dan sudah p... More

{1} perkenalan
{2} hari pertama
{3} bertemu
{4} sifat aneh karel
{5} canggung
{6} tahap awal
{7} hancurnya karel
{8} tidak disangka
{9} jadi?
{10} kapten basket
{11} damai?
{12} terungkap
{13} resmi broken home
{14} tanding basket
{15} dilema
{16} me or her?
{17} ternyata..
{18} tolakan
{19} sudah tau
{20} move on
{21} move on 2
{22} pertama kali
{23} hari terakhir
{24} libur
{25} lagi.
{26} hmm
{27} gatau..
{28} jadian
{29} feeling bad
{30} baru tahu
{31} niat jahat nevan
{32} persiapan
{33} anak pungut?
{34} adu domba
{35} berangkat!!!
{36} sampai
{37} dimana?
{38} misterius
{39} hujatan
{40} tak kunjung henti
{41} keajaiban
{42} menyesal
{43} setengah terbongkar
{44} posesif bestfriend
{45} clbk?
{46} yes!!!
{47} 2 sejoli kembali bersemi
{48} terbongkar.
{49} 2 tahun kemudian
{50} hilang?
{51} ungkap isi hati
{52} lupakan?
{53} mereka pindah?
{54} part aca!!
{55} tauk dah
{56} nikah?
{57} akhirnya..
{58} berharap keajaiban
{59} sebuah pengorbanan
{61} ending.
{62} extra part!

{60} pendapat masing-masing

58 10 0
By Nahizs

"ma, kayaknya orvin batalin pernikahan orvin." ucap orvin dengan mengacak-ngacak rambutnya frustasi.

"loh? ada apa ini vin?" fitri memang orangnya tidak bisa tenang, jadi kini ia sedikit menaikkan nadanya.

"orvin yakin kalau tifa itu memang masih sayang sama karel. orvin juga gamau egois ma, ini bukan masalah apa-apa, tapi masalah seumur hidup, kalau tifa gak bahagia, untuk apa sama orvin?" orvin menjelaskan dengan sangat tenang.

fitri adalah seorang ibu, ia bisa merasakan apa yang dirasakan oleh anaknya.

tetapi memang ada benarnya juga dengan apa yang diucapkan oleh orvin.

ya kali ini fitri sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi, ia memilih untuk mengikuti pilihan orvin.

"mama cuman bisa kasih support aja vin, semuanya ada ditanganmu." balas fitri seraya mengusap puncak kepala orvin dengan sangat halus.

orvin langsung bangkit memilih untuk menuju kamarnya. hatinya sangat sangat terluka.

sekarang, orvin harus bisa bertemu dengan gadis yang sudah memberikan goresan untuk hatinya.

ia sangat berharap agar ia kuat saat didepan tifa nanti.

stresnya bukan main, tapi memang hal yang seperti ini sangat dibenci oleh orvin. bahkan mungkin semua orang.

walaupun wanita diluar sana masih banyak yang ingin bersama orvin, tetapi sangat sulit untuk membuka  hati yang baru.

"tif, gue udah gatau mau ngomong apa lagi, gue gatau, kenapa gue dipertemukan sama lo yang gapunya hati?" gumam orvin yang mengepalkan kedua tangannya.

-----------------------------------------------------------

"assalamualaikum mama." ucap tifa dengan wajah yang riang.

"tifa, mama mau ngomong." balas vivi dengan ketus.

melihat sikap vivi, jantungnya langsung berdebar sangat cepat. tak biasanya vivi seperti ini.

"kenapa ma?" tanya tifa sedikit ragu.

vivi langsung menarik tangan tifa menuju kamar tifa begitu  saja.

"mama tau kamu udah besar, tapi mama masih punya hak untuk ceramahin kamu." ucapnya. "selama ini mama kira kamu emang bener-bener lupa sama karel, ya kalau pun masih ada rasa, itu gak banyak. dan mama kira kamu emang beneran bakal serius sama orvin. walaupun waktu itu mama bilang seperti itu, mama fikir kamu bakal berubah. satu hal lagi, hati orvin juga sama kayak hatimu nak, kalau memang kamu gayakin, dari awal jangan nerima. malu-maluin keluarga!" tutur vivi dengan sangat kesal dan langsung meninggalkan tifa yang masih berdiri mematung.

"malu-maluin keluarga?" tanya tifa mengernyit. "maaf ma." lanjutnya dengan tatapan merasa bersalah.

ia kini membaringkan tubuhnya keatas kasur yang sudah dua puluh tiga tahun ia gunakan.

menatap langit-langit kamar adalah kebiasaan tifa saat sedih atau ingin tertidur.

air matanya pun perlahan menetes kembali. lagi dan lagi ia membiarkannya begitu saja.

"ya allah, sebenarnya engkau menyuruh tifa hidup untuk apa?? apakah hanya untuk menangis terus menerus?" 

"tifa juga ingin bahagia ya allah. tetapi sampai kapan akan seperti ini terus?" 

tifa terus bergumam meratapi nasibnya. bahkan dia sadar bahwa dirinya telah menyakiti hati banyak orang hanya demi seorang karel.

ia juga sadar bahwa dirinya sangat jahat, tapi memang ini semua tidak bisa ia hindari.

sekarang, ia hanya ingin tidur, tidur, dan tidur. tifa ingin melupakan masalahnya sejenak untuk tidur.

"semoga saja tifa bangun langsung dapat jawaban, aamiin." gumamnya yang langsung mematikan seluruh lampu dan menyisakan lampu tidurnya.

sangat jarang sekali untuk tifa tidur jam segini, karena memang pekerjaannya sangat padat.

perlahan matanya menutup dan ia meninggalkan dunia hanya sekejap.

vivi

vivi benar-benar tidak habis pikir dengan anak gadis tunggalnya. kalau saja ia tidak bisa menahan emosinya, tifa bisa saja kabur dari rumah.

ia sangat benci dengan yang namanya sakit hati. vivi tau bila dari dulu tifa selalu tersakiti, tetapi seenggaknya vivi mengajarkan agar tidak menyakiti hati seseorang.

sampai saat ini pun vivi masih ingat dengan kata-kata yang pernah dilontarkan tifa kepadanya.

"tifa gaakan nyakitin hati seseorang ma, karena tifa tau itu sakit." 

kata-kata tersebut sangat terngiang-ngiang dikepala vivi.  ia merasa gagal menjadi ibu untuk tifa.  

"kenapa ma?" tanya hermansyah tiba-tiba.

"anak gadismu itu benar-benar buat aku bingung." protes vivi seraya duduk diatas kasurnya.

"kenapa?" tanya hermansyah kembali.

vivi mulai menjelaskan satu per satu masalah mengenai tifa dan juga orvin.

hermansyah terbilang sangat sabar dan bahkan sangat jarang untuk marah. tetapi sekalinya marah, semua barang bisa ia banting begitu saja.

"dia udah besar ma, jangan sering diikuti campur, walaupun ini menyakiti hati, tapi kita udah gabisa ikut campur seperti dulu." kini hermansyah mulai menasehati vivi yang selalu saja suka ikut campur dengan urusan anaknya.

"mas, muka ku mau ditaroh mana mas? malu aku sama keluarga orvin." protes vivi.

"ma! dia anakmu juga lo, gimana pun sifat dia, dia tetep anak kandungmu!" hermansyah sangat marah bila vivi berkata seperti itu.

seakan-akan vivi sangat menyesal mempunyai anak seperti tifa. itu sangat dibenci oleh hermansyah.

"sejelek-jeleknya dia, gaada yang namanya mantan anak."  lanjut hermansyah.

vivi sadar bahwa dirinya memang sangat amat egois. ia tak memikirkan hati anaknya yang lebih sakit karena mendengar ucapan vivi.

tanpa memikirkan apapun, vivi lamgsung beranjak menuju kamar tifa. ternyata anak gadisnya begitu cepat untuk tertidur.

ini semua karena ulah vivi yang tak bisa menjaga ucapannya.

"maaf nak." gumamnya dari ambang pintu lalu menutupnya kembali.

ia menuruni tangga dengan hati yang suntuk. ternyata tak semudah itu untuk sabar menghadapi anak.

hari sudah mulai sore, matahari pun juga sudah terlihat akan tenggelam. kini vivi memilih untuk menuju kamar dan niat untuk tidur sebentar saja.

-----------------------------------------------------------

karel yang sedari tadi terjebak macet hanya bisa melamun memikirkan tifa.  entahlah, mungkin ini yang dinamakan cinta setengah mati.

jadi terasa bahwa sakit hati itu seperti antara hidup dan mati.

kali ini, ia berusaha untuk menghilangkan pikirannya tentang tifa yang sebentar lagi akan menjadi istri orang.

hatinya tak sekuat baja, wajar saja bila ia menangis karena merasakan sakit.

"gue ikhlas tif, gue ikhlas asal lo bahagia." gumam karel seraya memukul mukul setir mobil.

sekarang, ia harus fokus untuk melanjutkan sekolahnya terlebih dahulu, baru ia akan mencari calon istri.

macetnya kota tersebut benar-benar membuat karel semakin suntuk. karena ia ingin segara sampai rumah dan menceritakan semuanya kepada adel.

sudah lama sekali ia tak merasakan bercerita tentang kesehariannya.

jujur, karel sangat merindukan semuanya. merindukan momen dimana ia sangat bahagia bersama kedua wanita yang sangat ia cintai.

"AAGGHHHH!!!! TAPI SEMUANYA TERLAMBAT TIFF!!!" teriak karel mengacak-ngacak rambutnya frustasi.

1 jam kemudian...

karel memasuki rumah dengan wajah yang paksakan untuk tersenyum.

terlihat adel dan bara yang tengah duduk santai di ruang keluarga sembari menonton televisi.

"eh rel, gimana tadi sama tifa?" tanya bara yang melihat karel sudah pulang.

karel meletakkan sepatunya terlebih dahulu dan memposisikan dirinya agar jauh lebih nyaman.

"karel telat pa." hanya itu yang keluar dari mulut karel.

setelah mengucapkan kata tersebut, ia langsung berjalan meninggalkan mereka berdua yang masih tak mengerti maksud karel.

adel kesal karena karel pergi yang hanya meninggalkan teka-teki tanpa memberikan jawaban yang sesungguhnya.

kedua orang tua karel hanya bisa saling menatap lalu menghembuskan nafasnya dengan besar.








MAAF BANGETT YAA PUBLISHNYA TELAT, SOALNYA TADI MALEM MASIH ADA KENDALA, DAN AKU ADA ACARAA.

SEMOGA SUKAA YAA❤

Continue Reading

You'll Also Like

420K 38.5K 90
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.
119K 5.5K 29
Aurel Fransiska Nichol, berasal dari keluarga Nichol. Cewek yang begitu cuek, dingin, jarang senyum, berperilaku tidak selayaknya seorang cewe yang s...
510K 2.9K 3
" Antara aku,kamu, dan kembaranku " Naura gadis remaja sama seperti gadis umumnya yang memiliki wajah cantik dan manis. Tapi siapa sangka percintaan...
246K 26.9K 91
Ini Hanya karya imajinasi author sendiri, ini adalah cerita tentang bagaimana kerandoman keluarga TNF saat sedang gabut atau saat sedang serius, and...