Cindy & Claudya (Republish)

Par zerofourbee

19K 2.4K 658

Cindy, seorang dokter di salah satu rumah sakit terkenal di Jakarta. Bersama adik kembarnya-Claudya-sejak kec... Plus

Prolog
1. Kenapa?
2. Tentang Mereka.
3. Second Meet With dr. B
4. Doctor B, Makes Chan jealous.
5. Chan's Feeling
6. Pengakuan dan Rahasia
7. Claudya
8. Kabar Bahagia
9. Pelajaran hidup
10. Keluarga
11. Persaingan
12. Kisah Mariposa
13. Like (Not) Mariposa
14. Pasta and Strawberry Drink
15. I am not fine
16. Bali
17. She
18. Kalandra Hospital
19. Coming Home
20. Perjanjian
21. Jangan Takut, Ada Aku.
22. Diagnosa
23. You Are a Butterfly
25. Liburan. Aku dan kamu.
26. Last Holiday
27. I Want You To Be My Lady
28. Love Song
29. Pulang
30. something Bad
31. Aa' Bisma
32. Kiss
33. Singapore
34. Terungkap
35. Pengakuan Dokter Bisma.
36. Pencarian
37. New face
5 Bab Akhir

24. kejutan

294 45 16
Par zerofourbee

Suara sambungan telepon terus terdengar tanpa ada niat sang pemilik untuk menyambutnya. Cindy terus menghubungi Claudya, sejak pagi tadi tidak satu pun pesannya dibalas olehnya. Sementara telepon darinya selalu berakhir tidak ada jawaban.

Cindy masih menghubungi nomor yang sama, sampai suara sahutan operator terdengar berulang-ulang.

Nomor yang anda tuju tidak dapat menerima panggilan

"Kemana sih lo, Cla! Dari tadi gue nelepon operator terus yang jawab," gumam Cindy yang masih terus melakukan panggilan.

Bunda, Ya. Bunda. Seketika kepala Cindy ide menghubungi bunda. Cindy bisa menanyakan ke mana Claudya sampai tak bisa dihubungi.

Cindy mencari nama kontak bunda pada ponselnya. Pada di dering ke tiga, suara lembut bunda menyapa.

"Assalamualaikum, Kak Cindy."

"Walaikumsalam, Bun," balas Cindy. "Bunda lagi apa, Bun? Bunda sehat, kan?"

Terdengar suara kekehan bunda di ujung sana. "Alhamdulillah bunda sehat, Nak. Kak Cindy gimana?"

"Cindy juga sehat, Bun, Alhamdulillah. Oh, ya, Bun. Cla mana? Dari tadi Cindy coba telepon nggak bisa."

"Hmm ... Cla ya? I-itu Cla tadi izin sama bunda, ke luar sebentar sama Chan."

"Bunda nggak sedang berbohong sama Cindy, kan? Cla baik-baik aja, kan?"

"Nggak dong, Sayang. Masa bunda bohongi anak bunda yang cantik ini, sih."

"Bun, Cindy kangen sama Bunda," ucap Cindy lirih.

"Bunda sama keluarga di sini juga kangen Cindy. Baik-baik di sana ya, Nak. Bunda selalu doakan Kak Cindy."

"Iya, Bun. Makasih ya, Bun. Oh, iya, kalo gitu Cindy tutup dulu ya, Bun. Nanti kalo Cla udah pulang, bilang suruh hubungi Cindy."

"Iya, nanti bunda sampaikan."

Sambungan telepon sudah Cindy matikan beberapa menit lalu. Cindy masih memikirkan Claudya.

Suara getaran dari ponsel menyentak lamunannya, Cindy mengalihkan perhatian pada layar handphone yang menyala, berharap pesan dari Claudya, tapi ... pesan dari dokter Bisma yang muncul.

dr. Bisma Kalandra :
Hari Sabtu yang cerah, sepertinya menyenangkan dihabiskan di luar. Mau jalan bersama saya?

Cindy terkekeh sesaat membaca pesan dari dokter Bisma. Sejak bertugas di Bali. Cindy dan dokter Bisma semakin dekat. Dekat dalam artian, jika di rumah sakit mereka rekan kerja, tapi jika di luar mereka dekat sebagai teman. Dokter Bisma banyak membantunya, dia juga seperti kakak yang menjaga adik perempuannya.

Me :
Bukannya dokter ada di Jakarta?

Balasan pesan yang Cindy kirim ke dokter Bisma.

Setahu Cindy, dua hari lalu dokter Bisma ke Jakarta karena waktunya jadwal rutin Claudya. Dan biasanya dokter Bisma akan tinggal dua atau tiga hari di Jakarta sebelum akhirnya kembali ke Bali.

dr. Bisma Kalandra :
Saya sudah di Bali, tadi malam. Mau nggak nih, weekend di luar sama saya?

Me:
iya, Dok. Mau. Aku siap-siap dulu.

dr. Bisma Kalandra :
Oke, setengah jam lagi saya jemput.

Setengah jam? Astaga, aku mesti berdandan cepat. Eh, tunggu. Berdandan? Emang ini mau kencan? Kan cuma jalan biasa. Bukan pertama kali juga kan, weekend di luar sama dokter Bisma.

Cindy meringis sendiri dengan pikirannya.

***

Cindy sudah siap, tinggal menunggu instruksi selanjutnya dari dokter Bisma.

Ponselnya bergetar, ada pesan masuk.

dr. Bisma Kalandra :
Saya sudah di bawah.

Tidak berniat membalasnya, Cindy segera meraih sling bag yang ia letakkan di atas meja rias, bergegas menemui dokter Bisma.

Cindy sudah ke basemen asrama, matanya nanar mencari keberadaan dokter Bisma. Sampai Akhirnya  menemukan sosok pria berdiri bersandar di pintu mobilnya. Dokter Bisma dengan kemeja salur dan dalaman tsirt kecokelatan.

Cindy masih memperhatikannya dari jarak yang cukup jauh, Cindy memperhatikan dokter Bisma yang terlihat seperti lelah.

Cindy mengayunkan tungkainya ke arah keberadaan dokter Bisma, tidak sopan rasanya membuat orang menunggu lama.

"Ekhem ...." Cindy berdeham, membuat dokter Bisma yang semula menunduk fokus pada layar ponselnya kini mendongak.

"Sudah selesai? Ayo, masuk," ajaknya.

Tanpa suara, Cindy menuruti ucapannya. Mereka sudah berada di dalam mobil dokter Bisma, Cindy penasaran akan dibawa ke mana.

"Dok, kita mau ke mana?"

"Taman Soekasada," jawabnya singkat, sembari tersenyum.

Cindy mengerenyitkan dahi. "Taman Soekasada Ujung? Itu, kan lumayan jauh, Dok?"

"Sekali-sekali mainnya agak jauhan dong, jangan di asmara terus."

"Dokter nyindir aku?" Cindy merenggut tidak terima dengan ucapan dokter Bisma.

Dokter Bisma tergelak, tangan kirinya yang bebas dari kemudi mengacak poni Cindy. "Gemes banget, sih. Kalo sudah seperti ini."

Cindy sudah terbiasa dengan tingkah dokter Bisma yang ini. Sejak kepergok dokter Jian bulan lalu—like a butterfly. Dokter Bisma seolah tidak canggung untuk skinship dengan Cindy.

Jangan salah sangka dulu, skinship yang dilakukan dokter Bisma hanya sebatas mengusap puncak kepala, atau lebih tepatnya mengacak rambut dan poni Cindy. Dan yang paling sering ia lakukan, mencubit hidung atau pipi Cindy. Persis seperti yang sering dilakukan Bang Cakka.

Tak terasa mereka sudah sampai di Taman Soekasada, tempat wisata yang sangat indah. Dengan taman yang bertingkat, pemandangan gunung, dan laut sangat indah.

Cindy berdecak kagum pada tempat ini. "Wah indahnya," gumam Cindy tanpa ia sadari terdengar oleh dokter Bisma.

"Indah, kan? Suka nggak?" tanyanya.

Cindy mengangguk antusias. "Suka banget, Dok."

Dokter Bisma menarik garis senyum sebelum berkata, "Saya diberi tahu Claudya, katanya kamu sangat menyukai taman. Makanya saya bawa ke sini."

Sedekat apa sih Cla dengan dokter Bisma, sampai-sampai bercerita sudah sejauh ini.

Dokter Bisma sudah memegang kamera pocket kesayangannya. Dan sibuk memotret dengan benda itu. Cindy menikmati pemandangan yang sangat indah ini. Ada rasa sesal di hati Cindy, kenapa kesempatan selama tinggal di sini tidak ia manfaatkan untuk mengeksplor tempat wisata indah yang ada di Bali.

Mencium wanginya bunga, aroma segar dari dedaunan adalah hal yang sangat Cindy sukai. Cindy berjongkok di antara bunga yang tumbuh, menyentuh kelopak-kelopak bunga dengan warna-warni yang sangat cantik. Dia terus menyusuri taman, tanpa terasa langkahnya sudah berada jauh dari dokter Bisma.

Cindy berdiri pada pagar pembatas, menikmati keindahan taman dari tingkat lebih tinggi. Entah sejak kapan, dokter Bisma sudah berada dekat Cindy lagi.

"Dokter Cindy." Rungu Cindy menangkap suara berat dokter Bisma memanggil namanya.

Saat dia menoleh ke sumber suara, dokter Bisma sudah mengarahkan kameranya ke arah Cindy. Mengambil satu fotonya.

Cindy berlari kecil menghampiri dokter Bisma. "Bagus? Boleh lihat hasilnya."

Dokter Bisma menunjukkan hasil jepretannya. "Cantik, kan?" ucapnya.

Cindy hanya tersenyum. Cindy terus memperhatikan foto-foto yang ada di dalam kamera pocket dokter Bisma, mata Cindy membesar saat mendapati foto dirinya di antara taman bunga di bawah tadi. Foto candid-nya, terlihat sangat bagus seperti tangkapan kamera dari fotografer profesional.

Dokter Bisma berbakat mengambil foto.

***

Sudah puas berkeliling di Taman Soekasada Ujung. Sangat menyenangkan, Cindy bahagia sekali rasanya.

"Lapar?" Tiba-tiba suara berat dokter Bisma menyapa gendang telinga.

Cindy melirik jam tangannya, sudah menunjukkan pukul 13.19 WITA. Saking asiknya menikmati keindahan taman, sampai lupa belum makan siang.

"Dokter lapar?" tanyanya polos.

"Iya. banget," jawabnya dokter Bisma.

Cindy merasa bersalah, dokter Bisma menahan lapar hanya demi menunggunya, sampai dia benar-benar puas menikmati keindahan taman.

"Maaf ya, Dok," lirihnya.

"Kok? Malah minta maaf, bukannya minta makan? Emangnya nggak lapar?"

"Ya lapar. T-tapi Dokter Bisma harus menahan lapar hanya karena nggak mau mengganggu aku menikmati keindahan taman. Maaf."

Dokter Bisma tersenyum simpul. "Yaudah nggak apa-apa. Ayo, kita cari makan siang. Sudah lapar juga, kan?"

"Iya, Dok," gumam Cindy.

Cindy dan dokter Bisma sudah berada di salah satu kafe terkenal di Bali, ramai pengunjung wisatawan asing. Dengan duduk saling berhadapan Cindy bisa melihat dokter Bisma yang masih sibuk dengan ponselnya. Seperti sedang berbalas pesan dengan seseorang.

Cindy melipat kedua tangannya, membawanya ke atas meja, masih memperhatikan gerak-gerik dokter Bisma.

Dokter Bisma meletakkan ponselnya, meraih kamera pocket-nya di sisi kanan. Dia tersenyum, tanpa Cindy sadari Cindy pun ikut mengembangkan senyum.

"Cantik," gumamnya.

Eh? dokter Bisma mengambil fotoku.

"Dokter Bisma memotretku lagi?" dokter Bisma hanya tersenyum simpul.

"Mana lihat hasilnya," pinta Cindy.

Dia mengangsurkan kameranya pada Cindy. "Dok, boleh aku minta fotonya?" tanya Cindy.

"Boleh, tapi ada syaratnya. Kamu boleh ambil fotonya tapi kamu harus mau menemani saya jalan-jalan lagi," ungkapnya.

Cindy mengerenyitkan dahi. "Sekarang?"

"No, next time," tandasnya.

Cindy masih memperhatikan fotonya, Cindy menyukai hasil jepretan dokter Bisma. Saking sukanya, Cindy menjadikannya wallpaper pada ponselnya.

"Dilihatin terus fotonya, sampai nggak sadar kita sudah sampai," sindir dokter Bisma menginterupsi.

Cindy menoleh ke kursi kemudi sebelah kanan. "Habisnya hasil fotonya bagus," jawab Cindy.

Dari sepanjang perjalanan, sampai mereka sudah berada di basemen asrama. Cindy masih saja tanpa bosan menatap layar ponsel.

Cindy sudah turun dari mobil dokter Bisma, dokter Bisma pun turut turun.

"Ayo," ajaknya.

"Dokter nggak langsung pulang?" tanya Cindy, karena biasanya pun begitu. Setiap kali dokter Bisma mengajak Cindy ke luar ia akan sampai basemen saja.

"Saya antar sampai depan pintu kamar," ucapnya.

Dahi Cindy berkerut, bingung. "Tapi, Dok. Ini, kan asrama perempuan. Laki-laki nggak boleh masuk," terangnya.

"Kamu lupa siapa saya?"

"Ya. Nggak lupa, sih. Tapi—"

Belum selesai ucapannya, dokter Bisma sudah berjalan meninggalkan Cindy. Dengan berat hati Cindy mengikuti langkahnya.

Semoga saja, rekan lain tidak ada yang melihatnya. Bisa mati gue. Apa kata mereka nanti.

"Dok, aku sudah di depan kamar, nih. Dokter silakan pulang," cicit Cindy.

"Saya akan pulang, jika kamu sudah masuk," tuntutnya.

Cindy meraih kunci kamar dari dalam Sling bag. "Eh, kok? Nggak terkunci?" gumamnya.

"Lupa kali," sambung dokter Bisma, membuat Cindy terlonjak kaget.

"Di kunci kok, Dok. Aku ingat!"

"Mungkin ada penyusup masuk! Kan, untung masih ada saya, gimana kalau yang nyusup itu adalah orang jahat," bisiknya, membuat Cindy takut.

"Dok ... jangan nakuti, dong."

Dokter Bisma memberi kode dengan gerakan dagunya. "Buka coba pintunya. Nggak apa-apa ada saya."

Meski ragu Cindy menuruti saran dokter Bisma. Cindy memutar handle pintu, mendorong pelan daun pintu.

"KEJUTAN ...."
.
.
.
.
To be continued
Tanjung Enim, 16 Juni 2020
Revisi : 15 Desember 2020

Hai, Sehat semua hari ini?
Bantu sentil 🌟 ya gengs.

Hayo, kira-kira siapa yang nyusup ke kamar Cindy.?

Ada yang mau disampaikan sama dokter Bisma dan dokter Cindy? Ayo silahkan coment di foto

Salam
RinBee 🐝

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

327K 21.8K 38
Sepanjang hidupnya Fiona tidak pernah mendapat pelatih vokal segalak Aldenio Baravi Serge. Seorang tunanetra yang dianugerahi sejuta ketampanan. Namu...
3.8K 553 31
Ryan adalah lelaki dengan gangguan skizofrenia. Dia melanjutkan studinya di kampus setelah cuti selama empat semester. Di sana, dia dipertemukan deng...
GAYATRI Par Anastasia

Mystère / Thriller

8.1K 1.2K 29
Kematian keluarganya membuat Gayatri ingin menuntut balas. Kasus penyerangan yang berujung pada kematian sang ayah AKBP Adji Sulaiman, istri, dan ana...
46.1K 6.7K 35
[Jung Jaehyun ㅡ End] ❝ Apa kamu bisa mengajariku caranya mandi? Aku sudah lupa.❞ (Ha Jun, sang malaikat maut) Ha Jun, adalah seorang malaikat maut ya...