Dersik

By khanifahda

757K 94.4K 6.6K

Hutan, senjata, spionase, dan kawannya adalah hal mutlak yang akan selalu melingkupi hidupku. Namun tidak se... More

Peta
Khatulistiwa
Proyeksi
Kontur
Skala
Topografi
Distorsi
Spasial
Meridian
Citra
Evaporasi
Kondensasi
Adveksi
Presipitasi
Infiltrasi
Limpasan
Perkolasi
Ablasi
Akuifer
Intersepsi
Dendritik
Radial Sentrifugal
Radial Sentripetal
Annular
Trellis
Pinnate
Konsekuen
Resekuen
Subsekuen
Obsekuen
Insekuen
Superposed
Anteseden
Symmetric Fold
Asymmetric Fold
Isoclinal Fold
Overturned Fold
Overthrust
Drag fold
En enchelon fold
Culmination
Synclinorium
Anticlinorium
Antiklin
Sinklin
Limb
Axial Plane
Axial Surface
Crest
Through
Delta
Meander
Braided Stream
Oxbow Lake
Bar Deposit
Alluvial Fan
Backswamp
Natural Levee
Flood Plain
Horst
"Graben"

Rektangular

10.2K 1.4K 105
By khanifahda

Rectangular, Pola aliran rectangular adalah pola aliran sungai yang dikendalikan oleh struktur geologi, seperti struktur kekar (rekahan) dan sesar (patahan). Sungai rectangular dicirikan oleh saluran-saluran air yang mengikuti pola dari struktur kekar dan patahan.
.
.

"Minum dulu Ya." Meta membuatkan Gayatri teh hangat sesaat Gayatri datang ke rumah yang ditempati Meta.

"Ya?" Gayatri tersentak dari melamunnya. Wajahnya masih terdapat lebam yang belum di kompres. Gadis itu terlihat pucat dan lelah. "Gue kompres dulu ya lukanya? muka lo udah nggak berbentuk lagi tuh." Tawar Meta. Namun hanya gelengan kepala Gayatri yang ada, "makasih Met, gue nggak papa kok." Lirihnya.

Lalu Meta menatap jam dinding karena sayup-sayup terdengar suara tarhim dari masjid yang berada di sekitaran sana. Ternyata sudah menunjukkan pukul 4 subuh.

Gayatri lalu meminum teh hangat yang di buatkan Meta. "Lo istirahat dulu nggak apa-apa. Tidur Ya. Gue tahu lo nggak tidur beberapa hari ini."

Tiba-tiba gawai Gayatri berdering. Sebuah panggilan dari abangnya membuat Gayatri tak mengangkat telepon tersebut. Ini adalah kesekian kalinya sang abang menghubunginya setelah kejadian tadi. Ada rasa ragu dan takut yang amat besar kini menghantui dirinya.

Meta tak mau bertanya lebih. Gayatri perlu ruang untuk menenangkan dirinya. Sesuatu yang besar pasti telah terjadi. Tak pernah Meta melihat Gayatri serapuh ini. Gayatri yang kuat tiba-tiba menjelma menjadi Gayatri yang lemah dan kuyu layaknya sekarang.

"Kalau lo mau tidur, tidur aja. Jam 6 atau jam 7 nanti gue bangunin elo. Badan lo perlu istirahat juga Ya."

Gayatri yang hanya terdiam lalu mengangguk. Rasanya juga sangat lelah hari ini. Beberapa hari tak tidur membuat Gayatri seperti melayang di udara. Ditambah lagi beban moral yang harus di tanggungnya itu.

Gayatri lalu merebahkan dirinya ke kasur Meta. Meta tak tega melihat sahabatnya itu seperti mayat hidup. Meta ingat tadi Gayatri yang datang dengan wajah lebam dan bekas air mata yang mengering di pelupuk matanya. Gayatri datang dengan keadaan yang tak baik-baik saja. Tetapi gadis itu masih menyempatkan untuk tersenyum pada Meta. Sebuah senyuman yang sarat atas kepasrahan hidup yang menimpanya.

Rasanya seperti baru memejamkan matanya, tetapi Gayatri sudah tertidur pulas. Meta semakin yakin jika Gayatri benar-benar kekurangan tidurnya sehingga langsung tertidur ketika matanya baru saja dipejamkan.

Meta menghembuskan nafasnya pelan ketika melihat Gayatri tertidur dengan wajah yang masih menanggung beban. Wajah lelah dan sakit itu kian nampak ketika sang empunya tidur.

"Entah beban seperti apa yang lo pikul Ya. Tapi lo hebat. Lo orang tergigih yang pernah gue temuin. Semoga Tuhan selalu melindung dan memberkati setiap langkah yang lo tuju." Gumam Meta kemudian. Lalu gadis itu memilih mengambil air hangat untuk mengompres sedikit demi sedikit luka yang berada di wajah Gayatri.

Setelah itu, Meta memilih duduk di ruang tamu dan menyalakan televisi. Biasanya kalau ia sempat, Meta lebih sering menonton berita dan ternyata headline pertama pagi ini seputar kasus penangkapan mafia narkoba Internasional Jumlah pelaku utama disebutkan ada 4 orang dengan satu pelaku perempuan.

"Akhirnya gembong narkoba internasional telah diringkus oleh tim gabungan Kepolisian. Rusdi Gustoro alias Rugus alias Mr. R, berhasil diringkus oleh Kepolisian. R juga dilaporkan tewas di tempat karena melakukan perlawanan yang membahayakan Kepolisian. Selain itu 3 pelaku lainnya sudah di amankan di Polda Metro Jaya untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Ditemukan sejumlah barang bukti seperti uang, ATM, dan bukti transaksi di luar narkoba. Salah satu pelaku  perempuan berinisial L terlibat jaringan perdagangan manusia yang dinaungi bisnis haram R. Itulah sekilas informasi yang berhasil di dapat. perkembangan selanjutnya masih menunggu keterangan pihak terkait."

Ditempatnya, Meta terdiam tak berkutik. Pantas saja Gayatri seperti mayat hidup setelah berbulan-bulan menanggung beban yang begitu berat. Bayangan kejahatan skala Internasional yang terus menghantui ditambah lagi keterlibatan orang terdekatnya membuat Meta tahu bahwa Gayatri juga sama hancurnya sekarang. Gayatri berada di posisi serba salah.

Meta lalu memilih mematikan televisinya dan memilih beranjak ke kamarnya lagi.

"Loh udah bangun Ya?"

Gayatri tersenyum tipis, "gue harus ke kantor lagi Met. Masih ada beberapa urusan disana." Ujarnya sambil terduduk di atas kasur Meta.

Meta mengerutkan dahinya. "Gila ya lo! belum ada 2 jam lo tidur udah main cabut aja. Noh muka lo hancur. Mandi dulu sana, udah mirip gembel."
Dalam hati sebenarnya Meta sangat tak tega. Untuk itu, ia balik mengatai Gayatri daripada terlarut dalam sedih menatap nasib sang sahabat.

"Hmm, gue pinjem baju lo ya Ta. Makasih tumpangannya."

"Anjay lo! kayak siapa sih gue sampai lo harus sungkan sama gue." Gayatri terkekeh kecil. Metanya yang galak dan judes kembali. Gadis itu pasti sudah tahu masalahnya sehingga untuk menghalau jiwa melankolisnya, Meta mengarahkan ke mode galaknya.

Lalu Gayatri langsung mandi dan bersiap untuk pergi Polda. "Kalau urusannya udah kelar, cepet balik ke kontrakan loh. Langsung istirahat. Gue lihat lo udah pengen tak hihh bawaannya."

"Iya bawel!" sahut Gayatri cepat.

Kemudian Gayatri di antar sampai depan oleh Meta. "Jangan lupa makan. Awas kalau lo sampai kena maag!" ancam Meta kembali. Lama-lama Meta sudah seperti mama galak yang selalu mengingatkan sang anak untuk ini itu. Namun, Gayatri justru senang, setidaknya ada orang yang sangat baik dan perhatian dengan dirinya, walaupun mereka tak terikat darah.

Gayatri hanya bergumam, lalu menyalakan sepeda motornya untuk pergi ke Polda. Sebenarnya ia perlu istirahat karena merasakan badannya sudah mulai oleng. Namun karena tuntutan pekerjaan, Gayatri harus bekerja keras dan mengesampingkan tubuhnya yang juga butuh istirahat dan itu tidak mudah.

*****

"Apa benar tersangka L adalah kakak kamu?"

"Siap,"

"Apa benar kamu sudah mengetahui kalau kakak kamu terlibat dengan kasus ini?"

Gayatri terdiam lalu menjawab dengan tegas, "siap,"

"Apa benar kamu menerima sejumlah uang dari tersangka L?"

"Siap, izin saya memberi penjelasan, ndan." Polisi dengan dua melati di pundaknya itu mengangguk, mempersilahkan Gayatri untuk memberikan keterangan.

Lalu Gayatri menarik nafasnya dalam. "Saya memang menerima transfer sejumlah 5 juta, tetapi tidak tahu jika uang tersebut adalah uang hasil perdagangan manusia yang melibatkan kakak saya. Saya masih menyimpannya baik, ndan. Saya tidak menggunakan uangnya sepeserpun." Ucap Gayatri tegas, tanpa pikir panjang. Ia takut jika berpikir lama, justru rasa menyesal-lah yang ada di benaknya.

Sebelumnya ia kira di panggil ke Polda karena hendak melakukan evaluasi operasi yang sudah dijalani namun justru ia dipanggil secara khusus oleh komandannya karena keterangan Latika  yang mencatut namanya. Namun Gayatri sudah menduga hal itu pasti jan terjadi, tetapi tidak secepat yang ia bayangin.

AKBP Syahrul nampak menghembus nafasnya panjang. "Saya awalnya tidak percaya dengan keterangan tersangka, tetapi setelah mendengarkan kamu, saya lebih paham lagi. Untuk itu, hukum akan tetap berlaku. Uang kemarin tolong jadikan barang bukti."

"Siap, ndan!"

"Maaf," ucap Gayatri pelan antara malu dan menyesal. Malu karena dirinya tak bisa menghindarkan keluarganya dari bisnis haram itu. Menyesal karena semua tak ada yang bisa ia selamatkan. Semua di atas ketidakberdayaanya. Semua juga seperti orang yang mengejar layangan putus, dikejar berkali-kali tetapi tetap saja sia-sia.

AKBP Syahrul menggelengkan kepalanya, "ini bukan salah kamu. Instansi Kepolisian akan bersikap profesional. Ini urusan A akan tetap A jika tidak melibatkan B. Saya yakin kamu anggota yang jujur dan amanah. Saya awalnya juga tidak percaya kamu kuat menahan diri setelah tahu kakak kamu sendiri yang terlibat."

"Istirahatlah, kamu terlihat lelah." Ucapan itu tak ubahnya di ucapkan oleh AKBP Syahrul setelah melihat wajah Gayatri yang mengalami lebam. Wajah gadis ayu itu kentara terlihat habis di pukul oleh sesuatu. Namun Gayatri tetap bersikap profesional, menganggap bahwa semuanya baik-baik saja.

"Siap, ndan."

"Izin mendahului."

Lalu Gayatri bangkit dan memberikan hormat pada atasannya itu sebelum keluar dari ruangan tersebut. Sejenak Gayatri ingin menangis setelah di interogasi oleh atasannya. Bukannya takut atau apa, Gayatri hanya tak kuasa dengan mengatakan kebenaran yang justru semakin memberatkan Latika. Walaupun hubungan mereka tak seperti layaknya hubungan keluarga harmonis, tetapi darah mereka sama, sebenci apapun itu, Gayatri tetap tak tega melihat Latika harus meringkuk di dinginnya hotel Prodeo.

Gayatri lalu menatap gawainya yang sudah mati. Ia belum siap untuk semuanya. Ia belum siap mendengar respon ayah dan abangnya. Ia serba salah dan bingung dengan langkah yang hendak ia pijak.

Laku Gayatri memilih keluar kantor dengan langkah pelan. Ia memutuskan untuk kembali ke kontrakannya dan tidur. Sungguh badannya terasa remuk sekarang.

Ia memakai topi dan masker untuk menghindari tatapan orang-orang mengenai wajahnya yang bisa di bilang terdapat banyak lebam. Ia tak mungkin menunjukkan ke orang-orang mengenai wajahnya.

*****

Gayatri terbangun dari tidurnya setelah gawainya berbunyi nyaring. Ternyata hanyalah suara alarm yang sudah ia setting sebelum tidur. Tangannya meraba mencari gawainya yang sengaja ia letakkan di samping bantal. Matanya menyipit melihat jam yang berada di ponselnya.

Gayatri lalu memilih bangkit dan pergi ke kamar mandi. Setelah itu, Gayatri menyalakan data seluler yang sempat ia matikan. Ia ingin fokus tidur dengan mematikan data seluler dan memode pesawat ponselnya.

Deretan panggilan kini memenuhi gawainya. Yang paling banyak adalah dari Lesmana. Gayatri mengusap wajahnya pelan, lalu memilih memanggil kembali Lesmana. Mana mungkin ia bersembunyi terus dari kenyataan yang ada.

"Assalamu'alaikum bang,"

"Wa'alaikumussalam. Kamu dimana? kamu nggak tau kalau Latika kena operasi Kepolisian? Abang udah telepon berkali-kali tapi kamu nggak jawab? tolong dek, sesibuk apapun kamu, kamu tetap harus memikirkan keluarga."

"Maaf Bang," terlalu banyak kata yang ia simpan, namun hanya itu yang mampu Gayatri ucapkan.

"Maaf doang? kamu nggak mikirin ayah yang udah setres nggak bisa ketemu Tika? kamu gimana sih dek?"

"Aya harus gimana Bang?" Tanya Gayatri cepat. Ia juga kesal karena orang-orang tak pernah mau memahami dirinya. Ia lelah. Ia di posisi yang serba salah.

"Kamu cepat datang kesini."

"Kemana Bang?"

"Astaga Aya! katanya kamu anggota, kenapa apatis sekali!" Gayatri memejamkan matanya lalu menunduk. "Maaf,"

"Pulang ke rumah! persetan dengan tugasmu itu!!" ucap Lesmana dengan nada tinggi.

Lalu sambungan telepon terputus. Ditempatnya Gayatri hanya bisa terdiam. Tak pernah terbesit sedikitpun tentang rasa sakit yang tiba-tiba menyerangnya. Mereka tak tahu bagaimana ia berjuang dan tetap berdiri kokoh di saat fondasinya perlahan mengikis. Pilar-pilar tak peduli itu perlahan juga membuat Gayatri ingin rubuh saja. Ia seakan tak ada harga di mata mereka.

Lalu tangan Gayatri menscrol lagi riwayat panggilan lain. Beberapa panggilan dari teman Kepolisian dan lainnya juga turut ada disana. Tetapi tujuan Gayatri bukan itu. Lalu gadis muda itu  memilih mencari kontak Meta. Meta adalah satu-satunya orang yang bisa memahami dirinya. Walaupun Meta kadang mengatai dirinya dan galaknya juga tak main-main.

Lalu Gayatri mengetikkan sesuatu yang sudah lama ia pendam sendiri. Ia butuh tempat, ia tak setegar karang di lautan, ia tak sekokoh itu. Tiga kata yang lama ia rasakan sendiri. Tak pernah mau berbagi dengan orang lain. Namun, kali ini ia butuh seseorang untuk tetap berdiri di sampingnya. Gayatri butuh tempat untuk pulang, walau itu tak mungkin bisa ia lakukan kepada mereka yang terikat darah.

"Meta, aku lelah."

Sebuah kalimat sederhana yang muncul dari hati paling dalam. Dari perasaan paling rapuh dan hancur. Dari orang yang tersisih dan terabaikan. Tak ubahnya seperti besi yang korosif. Perlahan terkikis dan rubuh.

.
.
.

Continue Reading

You'll Also Like

90 86 27
"Dunia punya ceritanya sendiri, tugas kita hanyalah ikuti alur cerita." - Tender Relationship - 𝐈𝐧𝐬𝐭𝐚𝐠𝐫𝐚𝐦 : fifafirah 𝐂𝐨𝐩𝐲𝐫𝐢𝐠𝐡𝐭©𝟐�...
2.3M 247K 31
Ayudia Sasikirana tidak menduga jika seseorang yang pernah menolak dijodohkan dengannya justru menjadi direktur di Media Cahaya Hati (MCH), tempatnya...
113K 6.7K 23
yang namanya prioritas ya pasti cuma satu , tapi dia lain , dia seorang yang kusebut suami mempunyai dua prioritas yang kerap kali membuat dia lantas...
STRANGER By yanjah

General Fiction

279K 31.7K 36
Terendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak t...