Bismillahirrohmanirrohim.
Siang untuk kalian yang setia menanti upnya cerita DETAK ERLANDO.
Sebelumnya mimin mau minta maaf nih soalnya mimin udah 2 hari gak up karena kehabisan kuota wkwkw.
Tapi insallah hari ini mimin up nya double yah sepesial untuk kalian♥
Oh iya. Siapa tau ada yang berbaik hati mau ngasih mimin kuota tolong gak usah banyak-banyak yah. Cukup 5GB aja gpp kok. Wkwkw
Gausah banyak cingcing lagi lah yuk langsung cek and ricek⇩
HAPPY READING♥
♡♡♡
Tok… tok… tok…
El mengumpat saat pintu kamarnya di ketok. Dengan kasar El menghapus air mata.
"Jika ingin mengganggu jangan sekarang." fikir El yang mengtok pintu adalah ibunya.
Tok … tok… tok…
Pintu kamar kembali di ketok. Dengan malas El membuka pintu.
"Kenapa?" tanya El menunduk.
"Tadi lo yang suruh gue kesini. Dan apa ini, Lo nanya kenapa? Seharusnya gue yang nanya lo kenapa?" jawabnya datar.
El mendongak, "Rara."
"Kenapa?"
"Ko bisa_"
"Bisa apa?"
"Ada di sini?" lanjut El
"Punya kaki," ketus Rara
"Maksudnya_"
"Jangan banyak tanya. Pegel nih gue berdiri mulu," sindir Rara
"Terus?" canda El.
Rara menatap El tak percaya. "Lo-…"
Rara mengepalkan tangan dan di angkat ke wajah El, "pulang nih gue."
El menarik tangan Rara, "eits, mau kemana? Belum jiga masuk." kekeh El.
Rara berjalan mengikuti El masuk ke dalam kamar. Ia lihat kamar El cukup rapih untuk seorang laki-laki.
El mengajak Rara duduk di sofa kamar.
"Lo habis nangis?" tanya Rara.
El membuang muka dan menyandarkan punggung ke penyangga sofa, "pasti kamu mau bilang aku cengeng?"
"Yah, udah ketebak."
El terkekeh, "kamu gak bakal tau Ra sakitnya jadi aku."
"Gak tau dan gak mau tau juga sih."
"Udah aku duga," lirih El. "Oh iya kamu kesini sama siapa?"
"Sendiri. Eumm tadi yang di bawah ibu lo?" tanya Rara ragu.
"Mingkin."
Rara menaikan sebelah alisnya. Mungkin? Apa ia tak salah dengar.
El melihat kebingungan Rara. "Kamu gak bakal ngerti Ra," ucap El seraya mengacak rambut Rara gemas.
Rara terdiam. Sebenarnya ada masalah apa El dengan ibunya?
"Ra, laper." rengek El.
"Makan."
"Lemes Ra." Rara menatap El menunggu kelanjutan ucapan El. Klao udah merengek pasti ada maunya.
"Suapin." kekeh El.
"Mau di suapin apa? Baigon, obat rumput apa obat tikus?" sindir Rara.
"Yah tapi aku maunya bubur gimana dong?" cengir El.
"Tunggu." Rara keluar kamar El dan berjalan ke arah dapur. Mungkin saja di sana ada makanan manusia yang layak di konsumsi.
Di dapur. Rara menemukan Linda yang sedang memasak. "Eh Ra ko turun?"
"eh itu tan, katanya El laper." canggung Rara.
"Oh, kebetulan ini tante lagi buatin El bubur soalnya dari kemarin El kayanya belum makan deh makanya dia sakit." ucap Linda ramah.
Rara diam. Ia bingung harus menjawab apa ke Linda masalah El. Yang ia tahu El kemarin pulang tanpa berpamitan. Kalo soal makan atau tidaknya itu bukan urusan Rara.
Linda menyodorkan mangkok ke arah Rara.
"Yaudah nih tolong bawain yah Ra ke kamar El, kalo tante yang bawa pasti El gak mau makan buburnya."
"Oh iya tan, makasih."
"Harusnya tante yang makasih. Berkat kamu El jadi mau makan." Linda mengelus bahu Rara.
"Kalo gitu Rara pamit ke kamar El lagi yah tan."
"Iya Ra, silahkan."
Rara bingung. Linda itu orangnya baik tapi kenapa El kaya nggak suka sama ibunya?
Padahal pas Rara datang ke rumah El aja linda mnyambutnya dengan hangat. Tapi pas Rara menanyakan tentang Linda ke El, sepertinya El eggan untuk menjawab. Sungguh membingungkan.
Apa ini salah satu alasan yang di omongkan Adit perihal sebenarnya El itu tidak setegar yang Rara lihat?
flashback on
Benalu♧
"Bisa ke rumah gak?"
"Sarry gue lagi kumpul bareng anak Lion."
Setelah membalas pesan El, Rara kembali memasukan ponsel kedalam jaket.
Ya saat ini Rara tengah berkumpul dengan anak Lion di bascamp. Sebenarnya sih tidak ada hal yang penting untuk di diskusikan cuma yah inilah kebiasaan mereka yang selalu berkumpul setelah pulang sekolah hanya untuk melepas lelah.
"Siapa?" tanya Rangga yang duduk bersama feby.
pasangan itu memang seperti perangko dimana ada Rangga di situ pasti ada Feby. Membosankan.
"Hah, eh itu. Apa tuh El nanyain gue lagi di mana?" jawab Rara kikuk.
Rangga mengangguk. Adit menatap Rara sisnis, "bukannya El lagi sakit yah? Lo gak ada niatan mau jenguk dia?"
Begitupun dengan Rara. Ia menatap Adit tak suka, "ini gue juga mau ke rumahnya. Bay the way bukannya lo juga sahabat El yah, gak ada niatan buat jenguk juga?" sindir Rara.
"Oh tentu, tapi gue nanti paling ke rumah dia sekalian nginep."
Rara melihat Adit sinis, lalu bermatian kepada anak Lion yang lain untuk undur diri terlebih dahulu. Kalo udah gini ceritanya mau gak mau Rara harus ke rumah El.
Setelah menghabiskan waktu 15 menit. Rara tiba di rumah El. Ia memarkirkan motor dan memencet bel.
Pintu terbuka. Rara tersenyum saat yang membukakan pintu ternyata mamah El.
"Siang tan, Elnya ada?"
"Siang. Oh temennya El yah?"
Rara tersenyum kikuk.
"Oh masuk aja. Kenalin tante Linda mamahnya El."
"Salam kenal tan, aku Rara temen sekolah sekaligus temen kelasnya El." Rara mencium tangan Linda.
"Oh yaudah kayanya El nya masih di dalem kamar deh, kamu ke atas aja yah."
"Gapapa nih tan?" tanya Rara
"Gapapa Ra."
Flashback off
Rara berjalan ke arah kamar El. Ia membawa bubur yang tadi di pasak oleh Linda. Rara membuka pintu kamar El perlahan, di lihatnya El sedang memejamkan mata di atas soffa.
Rara duduk di samping El. "Katanya mau makan. Taunya malah molor."
El membuka matanya, "cuma merem Ra, gak sampe molor," kilah El.
"Nih bubur loh"
"Kamu gak liat akau lagi sakit?"
"Lihat."
"Kenapa kamu kasih bubur itu ke aku?"
"Kata lo tadi laper." sisis Rara.
Ya gininih kalo punya pacar gak ada peka-pekanya.
"Suapin sayang." jengah El.
Seketika pipi Rara merona. Dengan cepat Rara menyuapi El tanpa menjawab ucapan El.
"Permisi numpang berak." ucap Adit di ambang pintu.
Hancur sudah momen romantis yang El rancang dengan sedemikian rupa, hanya karena ada orang yang numpang berak. Kenapa sih lu Dit gak pending aja tuh peses lu?
Next to part?
Or
Stay in part?
Jangan lupa vote, komen, abd follow agar kalian tidak ketinggalan dari cerita pak presiden sad boy♥