Truth | Doyoung

hujan_pulang

6K 1.1K 441

(complete) Еще

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11

Chapter 8

318 59 7
hujan_pulang

Katanya susah lupa menandakan kalau sesuatu itu bermakna.

Gerimis, setetes demi setetes air kini tengah mengecupi permukaan bumi. Beberapa orang mulai meneduhkan diri agar tidak terkena air yang turun dari langit mendung ini tapi tidak dengan gadis berkaos baby pink dengan setelan jeans dan sepatu putih bersihnya yang sekarang sedikit terkena lumpur jalanan karena becek.

Gadis itu memilih untuk menatap langit mendung diatasnya dengan senyuman mengembang, dia menikmati hujan. Gadis itu memejamkan matanya, merasakan kulit wajahnya yang putih bersih seperti bayi itu dikecupi hujan.

"Yaya suka hujan. Ara suka hujan ga?" Dua gadis mungil berseragam merah putih itu tengah tersenyum satu sama lain sambil merasakan sentuhan dingin air hujan yang jatuh dari atap bangunan sekolah, mereka sedang berteduh untuk menunggu jemputan.

"Hm Ara ga suka hujan, kata mama hujan bikin orang-orang suka sakit" Gadis mungil berkuncir kuda itu menatap Yaya dengan mata polosnya.

"Tapi selain bikin sakit. Hujan juga bisa bikin kita bahagia. Mau coba?"

Ara menatap Yaya ragu namun gadis berbando pink itu meyakinkan temannya melalui sorot mata dan senyuman. Pada akhirnya Yaya menarik keluar Ara dari tempat berteduh mereka, dua gadis mungil itu sudah basah kuyup namun keduanya tersenyum.

"Yaya, aku ga tau kalo hujan-hujanan kayak gini beneran bisa bikin kita bahagia"

"Udah aku bilang. Aku ga pernah bohong soal apapun."

Seseorang menarik paksa gadis yang sedang menengadah kelangit sambil tersenyum, menyadarkan gadis itu dari bayangan masa lalunya. Danu menyapirkan jaketnya ketubuh basah Nayara, demi apapun pria ini tidak terlihat baik-baik saja, dia diam tanpa ekspresi lalu menatap gadis itu dalam. Nayara kedinginan, dia terlalu lama berdiri di sana, terlalu lama menyelami masa lalunya.

"Kak Danu kenapa disini?" Nayara memaksakan senyumannya, giginya mulai mengeluarkan suara. Dia kedinginan.

Danu diam saja, tidak menjawab apapun. Masih menatap gadis itu dalam diam. Nayara rasanya ingin menangis, dia tidak tahu kenapa setiap Danu diam seperti ini, dia takut. Dia tidak suka jika Danu diam, pria itu memang jarang berbicara namun jarang sekali tidak menjawab saat ditanya.

Alasan satu-satunya pria itu bersikap seperti ini adalah karena dia sedang marah. Itu saja. Nayara juga bingung kenapa Danu harus marah jadi Nayara hanya menunduk, mengeratkan jaket Danu ketubuhnya, mereka sedang berada di koridor kampus yang sangat sepi karena ini sudah sangat sore.

"Jangan hujan-hujanan lagi" Satu suara itu membungkam Nayara, gadis itu masih menunduk sambil memainkan ujung jaket Danu yang dikenakannya sekarang.

"Tapi Nay suka hujan"

"Kamu ga suka" Lagi Nayara terdiam. Tidak tahu harus menjawab apa. Setetes air mata jatuh ke permukaan sepatu putihnya yang terkena sedikit lumpur.

Pria itu menangkup kedua pipi gadis yang sedang menangis di hadapannya. Sedikit menunduk menatap gadis itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Maaf" Setelah mengatakan satu kata tersebut Danu meraih pinggang gadis itu, merengkuhnya dalam sebuah pelukan nyaman.

Danu menenggelamkan wajahnya di bahu Nayara yang basah, menghirup sisa-sisa wangi tubuh gadis itu.

"Saya kangen, jangan menghindar lagi."

Ini adalah pertemuan pertama mereka setelah insiden Danu mengikari janjinya untuk pulang bareng. Semudah itu, dan Nayara melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa pria itu sedang membawa Sejeong di dalam Honda Jazz biru mudanya.

Nayara masih sedikit kesal. Ingat cuma sedikit, tidak sekesal waktu itu. Lagian apa susahnya untuk mengirimkan pesan singkat bahwa acara pulang bareng itu batal, setidaknya Nayara tidak akan menunggu pria itu seperti kambing conge untuk sekedar mendapatkan pria itu sedang bersama gadis lain.

Nayara sudah tidak sekesal waktu itu karena penjelasan Danu dari voice note yang dikirimkannya. Nayara sama sekali tidak mengangkat panggilan masuk darinya bahkan beberapa kali menolak panggilannya, Danu seharusnya bersyukur gadis itu tidak memblokir kontaknya.

Danu menjelaskan bahwa waktu itu ibunya Sejeong kumat lagi, jadi dia harus segera mengantarkan gadis itu ke rumah sakit jiwa tempat ibunya dirawat. Danu telah meminta izin sebelumnya kepada Sejeong untuk menjelaskan semuanya kepada Nayara dan Sejeong setuju.

"Eh Nay, kita satu kelompok kan?" Gadis berambut sebahu dengan senyuman bulan sabitnya menyenggol lengan gadis di sampingnya.

"Hah kelompok apa Yu?"

"Astaga nih bocah gue tonjok juga ya lama-lama, kenapa sih dari tadi ga fokus terus. Padahal yang ngajar tadi pak Tatang loh, wajahnya itu mengalihkan duniaku"

Ryu Hanindika akrabnya sih dipanggil Yu lebih mudah untuk di sebutkan dan sesuai di lidah, selain itu semua orang berharap kalau wajahnya yang ayu ini akan mengikuti sifatnya yang sedikit bar-bar. Dia ini penyandang sabuk hitam karate, jadi wajar saja kalau agak macho.

Gadis itu dalam beberapa minggu ini selalu duduk di samping Nayara setiap ada kesempatan. Biasanya sih Abim, tapi pria itu sepertinya sedang mencari mangsa jadi dia tidak ingin dekat-dekat Nayara dulu, yang ada malah mangsanya akan kabur.

"Yaudah ngerjain essaynya di rumah gue ya. Sekalian kenalan sama mama gue, kitakan temen"

"Iyain aja deh, perasaan tugasnya ga perkelompok deh Yu tadi"

"Emang engga, hehe gue bohong. Passion baru gue harus diasah Nay biar handal" Gadis itu menggaruk leher belakangnya sebentar sambil terkekeh geli. "Lagian Nay gue kan masuk jurusan ini bukan karena passion kayak lo, gue terpaksa aja. Jadi Nay yang cantik mau ya bantuin Ryu yang manis" Gadis itu mengerjapkan matanya seperti anak kucing. Astaga ternyata masih ada makhluk penjilat seperti ini.

"Selain bodoh lo tuh laknat juga ya ternyata"

"Uwah sip mantap ah untung lo peka, pinter lagi. Yang kayak gini cocoknya dijadiin pacar aja jangan temen"

"Ck udah gila" Nayara merapihkan barang-barangnya lalu memasukannya ke dalam goodybag Mickey Mouse nya.

***

Mark's

Gue ga pernah sarapan dirumah, selain takut telat ke kampus karena gue bukan orang pagi, sekarang ada alasan lain. Gue juga ga tau kenapa jatuh cinta itu cuma butuh waktu sesingkat ini. Menurut artikel yang gue baca, BBC Scince, penelitian menemukan bahwa cuma butuh 90 detik sampai 4 menit rata-rata untuk membuat seseorang jatuh cinta pada orang yang baru ditemuinya pertama kali, gue sampe hapal kalimatnya karena tiap malem gue buka untuk memastikan . Jadi gue ga menganggap diri gue sendiri aneh, ga sama sekali.

Gadis yang memakai sweater navy sedang fokus memakan sandwichnya sesekali tersenyum dengan tontonan yang sedang dilihatnya. Gadis itu seperti berada dalam ruangannya sendiri, hanya dia. Gue mulai tertarik sejak saat itu, sejak lihat senyumnya. I am totally addicted with her smile.

Setiap hari gue udah mendeklarasikan untuk selalu sarapan di kantin kampus, cuma merhatiin dari samping. Demi lihat senyumanya. Anggep aja gue lebay gapapa, tapi kayaknya ini pdkt terlemot gue, biasanya gue kalo suka langsung pepet terus dapet deh. Gatau kenapa, I just think that she is really special.

Hampir dua minggu gue selalu kayak gitu, sampe gue hapal kalo yang selalu ditontonnya setiap pagi itu adalah song triplets, yup tiga anak kembar yang juga sering ditonton sama Nayara, jadi gue tau.

Sampai suatu hari gue memutuskan untuk kenalan duluan. Berusaha menjadi gentleman. Gue emang gentle sih jadi mau gimana lagi. Kalo ga gerak-gerak ga bakalan dapet juga kan.

"Hey, boleh duduk disini? Soalnya gue ga suka sarapan sendirian"

Dia menghentikan sebentar video yang sedang ditontonnya, mengernyit bingung tapi setelahnya mengangguk lalu tersenyum. Demi apapun senyuman itu buat gue, bukan buat anak-anak kecil yang ditontonnya tadi, pokoknya ini punya gue. Mau gue simpen baik-baik di memori otak detik-detik dia senyum itu, something for me.

Gue duduk, masih menatap dia yang kembali fokus dengan video di handphonenya. Geez mau gimanapun juga gue ini good looking, masa dianggurin. Tapi bisa deket aja gue udah seneng. Jadi gapapa.

Sampe gue tau kalo cara komunikasi kita beda, dia pake buku dan pena dan gue pake mulut. I've guess that she is special and I always though her that I am falling for her.

So, we end up like this. I am as her boyfriend and she is as my girlfriend.

Kayaknya emang udah saatnya mengakhiri masa fuck boy gue, hehe. Oh iya sampe lupa, namanya Yeji Leteshia Gianina, iya dia pemilik senyum yang bikin gue candu. Udah ah kalo Yeji tau pasti dia bakalan nulis kata bucin lagi di bukunya.

***

"Agam! Lo tuh udah gila ya!"

Pria yang berada di sebelah Jeni hanya tersenyum simpul sambil menyimpan tangannya di saku celana.

"Gam bisa ga sih lo jangan ngikutin gue. Gue risih" Jeni menatap Agam dengan sorot mata tajam. Sedangakan yang ditatap masih menebar senyumannya yang sukses membikin hati para kaum hawa melayang.

"Apaan, gue ga ngikutin lo kok Jen. Kebetulan aja"

"Kebetulan kok bisa tiap saat. Hah aneh!"

"Ga aneh ah, biasa aja. Lagian gue seneng kok deket-deket sama lo. Bikin semangat soalnya"

"Semangat apa ih. Denger ya Gam. We've broke up"

"Broke up doang. Emangnya mantan ga boleh jadi temen hm?"

Jeni sudah lelah berbicara dengan Agam. Dia sudah hampir melupakan pria itu, itu sudah berlalu. Agam meminta putus karena sibuk, dia bilang dia tidak bisa melanjutkan hubungan itu. Jeni hanya bisa menerima, dia mengerti Agam sesibuk itu, yang Jeni tidak mengerti adalah kenapa Agam tidak mengerti bahwa Jeni bisa mengerti keadaannya, kenapa harus putus.

"Terserah lo aja. Jangan ikutin gue lagi, gue risih!"

Agam hanya tersenyum melihat punggung Jeni yang semakin menjauh lalu terkekeh pelan. "Masih galak, syukurlah lo baik-baik aja"

"Bang Juna pulang? Astaga Ryu kangen banget" Ryu langsung masuk kedalam pelukan hangat kakaknya.

Nayara kenal pria itu, dia temanya Jefri yang punya channel Youtube puisi. Nayara sudah men-subscribe dan sudah menonton semua videonya. Nayara kalau nge-fans tidak pernah setengah-setengah dia seniat itu. Bertemu idola secara langsung adalah suatu nikmat yang tidak bisa didefinisikan dengan kata-kata.

"Nay?" Akhirnya Juna menyadari kehadiran gadis itu. Kalau melihat idola saja sudah senang apalagi ter-notice idola.

"Bang Juna hehe"

"Kalian temenan? Satu prodi ya?"

Ryu menyahut semangat tanda mengiyakan. Masih berada dalam pelukan kakaknya.

Nayara miris melihatnya alih-alih memeluk kakaknya seperti itu Nayara lebih sering adu mulut dan adu otot dengan kakaknya.

***

Haloo....

Apakah sudah terjawab?
Udah dong ya tapi belum semua.
Masih banyak teka-teki yang belum terpecahkan. Udah kayak cerita detektif aja, hehe.

Makasih banget yang udah baca cerita ini, aku semangat nulis karena kalian. Dibaca aja udah seneng apalagi di vote dan comment. Lengkaplah sudah kebahagiaan ini. Apasih lebay!

See yaa...

Visual:

Ryu Hanindika - Communications

Yeji Leteshia Gianina - Law

Nayara Agnimaya Basupati - Communications

Продолжить чтение

Вам также понравится

ALAVIA (TERBIT) naraa

Любовные романы

13.2M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...
Adopted Child k

Фанфик

206K 31.5K 57
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
69.1K 8.1K 36
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...