Better With You [VENAL]

By Velova95

44.4K 4.4K 1.3K

18+ Akan ku penuhi seluruh sarafmu dengan kenikmatan hingga kita menegang dan terbakar hangus.. Kita akan ter... More

#1
2. FIGHT
3. GAME
4. MY FIRST KISS
5. SIAPA DI HATIMU?
6. THE PERFECT BASTARD
7. TIDUR BARENG
8. LOVE ME YA
9. DILUAR NALAR
10. DIMENSI LAIN
11. CREEPYPASTA
12. TESTPACK
13. SEBUJUR BANGKAI
14. SECRET ADMIRER
15. MELAMAR?
17. BAD LIAR
18. WANITA PILIHAN
19. LOSING MY MIND
20.
21. KAMU DAN KAMU

16. DRAMA QUEEN

745 166 50
By Velova95

Dibalik rimbunan pohon agak tersembunyi, diantara dua batang pohon jati yang selalu mengadahkan wajahnya ke langit. Burung kolibri sedang berkicau.

Sementara itu di depan sana. Sepasang latak berwarna hijau, kulit lembab atau berlendir, mulut dower, dan bibir pecah—pecah tengah berenang mengitari blumbang, tempat air menggenang. Ikan—ikan menari—nari di kolam kecil depan rumah.

Malam ini Veranda duduk santai, sembari mencelupkan kedua kakinya ke dalam kolam. Setelah dirasa cukup, dia pun berdiri dan mulai melangkah. Namun naas, kakinya yang licin malah tergelincir pada langkah pertama.

Tubuh Veranda terhuyung kebelakang. Dia merasakan dinginnya air kolam renang menusuk kulit. Veranda terhempas ke dasar kolam yang dalam itu. Dia mencoba meminta tolong, namun malah menelan banyak air kolam.

Veranda sekilas melihat bayangan seseorang di di depannya. Dia mengingat jelas wajah laki—laki yang sangat disayanginya sebagai seorang Adik. Keynal, ya, laki—laki itu adalah Keynal.

Sedangkan dari arah barat, Keynal yang baru pulang sekolah, tak sengaja mendengar riak air yang cukup besar merambat ke telinganya. Persis di tempat jatuhnya Veranda.

Dia tersentak lantas membanting ranselnya ke lantai. Keynal segera berlari menghampiri Veranda. Kak Ve! pekiknya ketakutan.

Keynal, tolongin gue! teriak Veranda gelagapan.

Veranda melambai—lambaikan tangannya ke arah Keynal. Kepalanya timbul—tenggelam berusaha bertahan, agar tidak merosot ke dalam air kolam yang dalam.

Hati Keynal seperti diremas. Jujur dia tidak bisa berenang. Tapi... Pikiran akan kehilangan Veranda membuatnya gelap mata. Dengan seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya, Keynal menceburkan diri ke kolam.

Seolah tak memperdulikan keselamatannya sendiri.  Keynal yang tidak bisa berenang, dibuat kepayahan. Kakinya yang panjang belum mampu menyentuh lantai kolam.

Keynal tak sanggup menyelamatkan Veranda, dia mulai kebingungan. Air dirasakannya terus masuk ke dalam tubuh, tanpa bisa dia hentikan.

Sementara di seberang sana, Veranda justru tertawa. Gadis itu sebenarnya hanya pura—pura tenggelam. Veranda hanya ingin melihat, apakah Keynal khawatir atau tidak.

Akan tetapi, Veranda menjadi panik sendiri melihat Keynal melambai—lambaikan tangannya. Kepalanya muncul lalu tenggelam di atas permukaan air kolam. Sama persis yang dilakukannya tadi untuk mengelabuhi Keynal.

Otak Veranda segera bereaksi. Jantungnya mencelos, Veranda baru ingat, Keynal tidak bisa berenang! Dia mendadak gugup setengah mati.

Keynaaal! jeritnya. Tanpa berpikir apapun lagi, Veranda langsung berenang mendekati Keynal yang mulai tenggelam.

Veranda terus menyelam. Hingga akhirnya dia melihat Keynal yang mengapung, bergerak menuju ke dasar kolam. Veranda terus berenang, dan mencapai tangan Keynal. Sebelum Veranda berhasil menyelamatkannya, kesadaran Keynal telah terenggut.

Saat Veranda berhasil mendapatkan tubuh Keynal. Dia menepuk—nepuk pipi si adik. Mata adiknya tetap terpejam erat. Veranda segera menarik tangan Keynal dan membawa pemuda itu ke permukaan.

Dia lalu memanggil Mbok Pat, sembari terus berenang menuju bibir kolam. Tak lama kemudian, Mbok Pat muncul dan terperangah menyaksikan kepayahan Veranda.

Resflek sempurna, Mbok Pat membantu Veranda menarik tubuh Keynal, dan membaringkan pemuda itu tepian kolam. 

Duhhh.. Non Ve, Den Keynal kenapa? Veranda bungkam. Dia segera naik dan duduk di sisi kiri Keynal.

Keynal, bangun! Veranda mendekatkan telinganya ke dada Keynal. Mendengarkan apakah masih ada detak jantung di sana.

Dan benar saja! Detak jantung Keynal masih berdegap, namun denyut jantungnya perlahan semakin menurun.

Spontan Veranda segera memberikan pertolongan pertama dengan memompa dada Keynal. Dia melakukannya dengan sangat hati—hati dan penuh kekhawatiran.

Mulutnya komat—kamit, dalam hati meminta Keynal segera sadar. Keynal! Bangun! Ayo! Bangun! Jangan bikin aku takut! Veranda tampak berkaca—kaca, sepertinya Keynal tak bisa mendengar permintaannya.

Keynal, please bangunnn! teriak Veranda dalam keputusasaan.

Air yang menetes dari rambutnya, membuat pandangan Veranda mulai memburam. Bersamaan dengan pelupuk yang telah memberat, Veranda menahan perasaan sesak dan panas di matanya, tetapi bulir air telah mengenai pipi.

Dia sangat takut jika Keynal akan tak kembali melihat dunia. Mbok, tolong ambilkan handuk!

Baik, Non! Mbok Pat masuk ke dalam dan menjalankan perintah.

Veranda kembali menekan dada Keynal, agar air yang tertelan keluar. Setelah empat kali Veranda mencoba, akhirnya dia berhasil.

Uhuk! Uhuk! Uhuk! Air yang sempat masuk ke tubuh Keynal keluar bersamaan dengan batuk itu. Keynal terduduk lunglai. Napasnya berpacu kencang, seperti baru saja berlari marathon.

Mbok Pat kemudian datang membawa dua handuk. Satu ia serahkan untuk Veranda dan satu lagi untuk Keynal. Mbok Pat turut lega, melihat Keynal kembali siuman.

Keynal mengerjap—ngerjap menatap langit. Kemudian beralih memandang Veranda yang duduk di sebelahnya dengan raut gelisah.

Lo, nggak papa? Pertanyaan Keynal membuat hati Veranda teriris tipis. Satu helaan napas, dia mengangguk pelan. Tanpa berkata apapun lagi, dia berhambur memeluk Keynal.

Bahkan, pertanyaan pertama Keynal, membuat hati Veranda mendesir perih sekaligus merasa senang diwaktu yang bersamaan. Bodoh! Kenapa lo nyebur, udah tau gak bisa renang?

Veranda menangis dalam pelukan itu. Keynal melepas pelukan Veranda, dia menipiskan bibir. Oniks hitamnya terpaut malas pada mata Veranda yang masih menuntut jawaban main—main.

Gue, gak mau jadi orang jahat, ngebiarin lo, mati konyol kayak tadi.” Keynal perlahan beranjak bangkit. Dia berjalan menuju kamarnya dan berganti pakaian.

○●○●

Udara panas menyelimuti rumah mewah bernuasa klasik. Matahari yang bersembunyi di balik awan putih tebal, kini mulai menampakkan diri. Sekelompok awan putih mengintip malu, dibalik gunung yang tinggi menjulang langit.

Titik—titik air berkilau di permukaan. Daun yang biasa menjadi pemandangan indah kini tampak layu. Suara serangga menghilang seiring terik matahari merambati bumi.

Gadis bersurai hitam kecoklatan itu, tiada henti tersenyum. Ketika mendengarkan lagu berlirik sederhana. Matanya terpejam meresapi setiap baris kata yang dia dengar, dengan sepenuh hati.

Bulu matanya yang lebat itu tampak melengkung alami. Perpaduan hidung mancung dan bibir mungil merah, tampak begitu sempurna.

Bak porselen rapuh, wajahnya bersinar saat seberkas cahaya yang bersumber dari jendela kamar, menerpa kulitnya yang putih.

Menikah dan hidup bahagia dengan pria yang sangat mencintainya. Begitu sederhana dan rasanya akan menakjubkan, apabila Veranda dapat mewujudkannya dengan...

Kyaa Keynaaal!

Veranda memekik keras, saat Keynal dengan iseng melemparkan gantungan kunci motornya. Berbentuk karakter Mario Bross yang sangat Veranda takuti.

Gerimis turun memulai bulan Mei. Lilis membuka jendela ruang tamu. Ia tak bisa melihat jalan di depan rumah, lantaran tertutupi kabut yang semakin lama semakin menebal. Datang dari arah bukit di sisi barat pantai.

Udara dingin terasa benar—benar menusuk hingga ke sumsum. Itu kenapa, pagi ini Lilis sengaja membuatkan seteko wedang jahe untuk Keynal. Sebelum putranya itu berangkat sekolah.

○●○●

Rabu pagi, di dalam kelas XII IPA—1.

Shania duduk dengan cemas, tangannya mengisi jawaban dengan asal. Tak lama lonceng masuk berbunyi, dengan ragu Shania mengumpulkan PR—nya ke depan.

Lebih baik, kurang. Daripada tidak sama sekali, pikir Shania.

Shania Junianatha, sini kamu!

Ebby menepuk—nepuk pundak Shania. Seakan—akan ia turut bersedih, karena Shania dipanggil ke depan oleh guru Fisika.

Sudah pasti! Shania akan mendapatkan hukuman, dikarenakan tidak menyelesaikan PR—nya.

Betapa bahagianya Ebby. Dia ingin sekali berterima kasih kepada wali kelas mereka, telah menempatkannya duduk di sebelah Shania.

Jam pelajaran Fisika tengah berlangsung, Ebby melirik kursi kosong di sebelahnya. Pemilik kursi tersebut sedang membersihkan kamar mandi sekolah.

Kamu jahat, By! Suara Shania memenuhi pikiran Ebby. Membayangkan wajah Shania yang memerah karena kesal, membuat Ebby senyum—senyum sendiri.

Pak! Ebby mengangkat tangannya.

Guru Fisika yang sedang menjabarkan Gaya Gravitasi, berhenti menulis. Kemudian beralih melihat Ebby.

Ya, ada apa Ebby?

Saya izin ke toilet sebentar.”

Ohhh, silakan!

Aaarrrgghh!! Aku jadi kena hukuman lagi!

Di dalam kamar mandi pria, Shania tengah mengosok—gosok kasar lantai kamar mandi itu dengan sikat panjang. Persetan jika sikat itu patah! Shania tidak peduli.

Gosok—gosok terus Neng, sampe kinclong! Sebuah suara mengagetkannya.

Shania menoleh dan mendapati Keynal yang berdiri di ambang pintu, lengkap dengan seringaian anehnya.

Sini, gue bantu!

Shania beralih pandang, menatap tajam sosok Ebyy yang mengekor di belakang Keynal. Ebby menyerobot masuk dan langsung mengantikan perannya.

Cieee, so sweet banget sih kalian berdua. Gue tinggal ya, hati—hati ada jin lewat. Jangan lupa kunci pintunya biar gak aman, oke! Keynal mengerling nakal sembari mengedipkan sebelah matanya, maksud hati menggoda Shania dan Ebby.

Brugk!

Sebuah sikat berwarna hitam mendarat mulus di bokong Keynal. Membentuk gambar abstrak. Keynal menoleh dan mendapati Shania yang siap untuk menerkamnya.

Keynal melesat keluar dengan memegangi bokongnya yang rada nyilu. Dia menghampiri rekan—rekannya yang tengah beristirahat, di sayap kiri koridor sekolah. Sebuah lorong panjang menuju ruang guru.

Tak lama seorang guru cantik keluar dari kelas dan diikuti teriakan membahana dari para murid. Maul terpaku beberapa detik. Setiap kali dia berhadapan dengan Bu Melody, jantungnya selalu berdebar—debar melegakan.

Mendadak lidahnya menjadi kelu. Pipinya akan memerah dan memanas acap kali Melody menyebut namanya. Tubuhnya langsung mematung, lebih tepatnya salah tingkah.

Seketika itu semua teman—temannya, mulai menyudutkan Maul ke dalam lubang besar, bernama kegugupan. Nabil dengan iseng berceloteh, Buk, teman saya ada yang naksir ibu, katanya!

Melody yang awalnya cuek, kini memilih berbalik dan menatap wajah sahabat Keynal satu—persatu. Siapa? Kamu, Nal?

Melody menunjuk lubang hidung Keynal, membuat sang kedua genk kelabakan. “Ah, nggak, bukan saya buk!”

Terus siapa, kamu Vin? Vino yang tengah makan cilok jadi keselek.

Dengan sigap Keynal menyorongkan es cincaunya untuk Vino minum. Sesudah itu, Vino dengan takut mengelurkan suara pelan. Maaf buk, saya udah punya Shani.”

Melody mendengkus dalam. Terakhir pandangannya jatuh pada mata Maul yang masih mematung di tempatnya.

Maul segera memalingkan mukanya. Gu—gue ke kelas dulu, bye! Maul segera berlari ke belakang. Tapi Melody justru mengikutinya, atas saran Keynal.

Sial, kenapa juga Melody mengejarnya?

Jantung Maul kan jadi tidak sehat. Memangnya, Melody mau tanggung jawab. Jika Maul terkena serangan jantung mendadak?

○●○●

Seusai pulang sekolah...

Dughhh!

Riki menjatuhkan tubuhnya. Sontak, kedua lututnya membentur aspal panas. Pemuda itu bersimpuh di hadapan Naomi.

Naomi, kamu mau kan, jadi pacar gua?

Naomi berdiri di depan gerbang sekolah yang terbuka. Gadis itu mulai terpojok, dua orang teman Riki juga mengelilinginya.

Naomi perlahan berjalan mundur, namun sepatunya tak sengaja membentur pagar sekolah dengan cukup keras. Gadis itu menyandarkan punggung di tembok pembatas.

Jujur Naomi merasa gugup dan merasa trauma, sebab adik Riki pernah menamparnya.

Taruhan yuk, bossque, pasti ditolak dalam satu menit! Ari bergumam pada Anton.

Nggak mungkin. Paling, lima detik! sahut Anton tak kalah horor.

Kuping Riki memanas, dia memelototi Ari dan Anton. Tinjunya mengepal di sisi tubuh, mulutnya berkerut. Gue bunuh kalian berdua! ucapnya tanpa suara.

Tatapan Riki membuat kedua temannya bergidik ngeri. Anton dan Ari langsung beralih topik pura—pura tidak terjadi sesuatu.

Riki menggetarkan rahangnya keras. Tentu saja, ia tidak terima ditertawakan demikian oleh sahabat sendiri. Lihat saja, setelah ini pasti Riki akan meremukkan tulang mereka satu—persatu.

Begitu fokus pada gadis di depannya. Membuat Riki tidak sadar Naomi yang telah maju selangkah ke arahnya. Riki tersenyum menatap Naomi dengan binar—binar kebahagiaan. Gimana, kamu mau kan jadi pacarku?

Riki menebalkan muka. Masih dalam posisi berlutut, dia mempersembahkan sebuah buket bunga merah segar ke hadapan Naomi. Berharap kali ini, Naomi sudi membalas cintanya.

Sementara tak jauh di depan sana. Riko saudara kembar Riki, menunggu di dalam mobil dengan tatapan jengah ke arah mereka. Entah sudah berapa kali, Riki mengutarakan perasaannya, tapi jawaban Naomi selalu membuatnya muak.

Kalo kamu mau, tolong, terima bunga ini!
Jujur, Naomi merasa tersanjung. Baru kali ini, ada laki—laki yang memperlakukannya sedemikian manis. Sebuah antologi rasa yang tak pernah Naomi dapatkan dari seorang Keynal.

Tapi kok, gue kurang yakin ya, kalo Naomi masih perawan? Kalimat itu memenuhi otak Anton.

Iya, juga ya! Liat aja dadanya montok berisi gitu,” bisik Ari di telinga Anton. Naomi yang mendengar itu sedikit tersinggung, dia beberapa kali menahan napas.

Sementara Riki benar—benar meradang. Hatinya sedikit berkecamuk, memikirkan obrolan kedua temannya. Kali ini Riki tidak akan pernah mau memaafkan mereka berdua.

Naomi maju selangkah, bersiap menyalin bunga itu dari tangan Riki. Namun Keynal ujug—ujug datang dan mengacaukan semuanya.

Bro, Keynal bro!

Ari menepuk pundak Riki, sementara Anton dengan tanggap menarik Riki untuk menjauh. Cabut, cabut! Ketiganya lantas lari tunggang—langgang, meninggalkan Naomi seorang diri.

Keynal kini berdiri di hadapan Naomi. Omi, kita perlu bicara.”

Naomi melengos, rasa—rasanya dia enggan menatap Keynal. Gak perlu Nal, sikap kamu kemarin bukti kuat, kalo kamu gak gak serius sama hubungan kita.” Rupanya Naomi masih kecewa berat, sebab Keynal membatalkan niatnya kemarin lusa untuk melamarnya.

Riki, tungguuu! Naomi kemudian berlari, menyusul Riki yang hendak masuk ke dalam mobilnya. Rik, kamu bisa kan, anterin aku pulang?!

Laki—laki 18 tahun itu, menganguk segan. Dengan canggung ia melirik Keynal. Riki membukakan pintu dan mempersilakan Naomi untuk masuk ke dalam mobilnya.

Semenit kemudian mobil itu melesat kencang, meninggalkan pelataran sekolah.

Keynal berlari menstarter motornya. Dia memasang helm full facenya yang bercorak kepala tengkorak warna hijau stabillo dan bertuliskan, ‘CAPTAIN’, pada bagian belakangnya

Tanpa membuang waktu, Keynal segera menunggangi motornya untuk mengejar Naomi.

🎬 16 Juni 2020

Continue Reading

You'll Also Like

GEOGRA By Ice

Teen Fiction

1.5M 61.9K 56
Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat hidup Zeyra menjadi semakin rumit. Berha...
211K 9K 39
Christy yang kaya raya di jodohkan dengan chika Si Christy yang super dingin gimana nanti nya? liat aja dulu gxg
2M 108K 53
"Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan dengan saudara sendiri...
11.9M 740K 55
Sejak orang tuanya meninggal, Asya hanya tinggal berdua bersama Alga, kakak tirinya. Asya selalu di manja sejak kecil, Asya harus mendapat pelukan se...