The Last Sorcerer and The Wit...

By veronica_Wawu

5.1K 701 14

Para penyihir telah musnah dari dunia karena pembantaian sukses yang dilakukan oleh para pemburu penyihir sel... More

Karakter
Chapter 1 (Penyihir terakhir dan Si pemburu Penyihir)
Chapter 2 (Time Turner)
Chapter 3 (Pergi ke masa lalu 1998)
Author Announcement
Chapter 5 (Kesalahan dan rencana baru)
Chapter 6 (Perubahan rencana)
Chapter 7 (Hogwarts)
Chapter 8 (Pensieve dan Motif)
Chapter 9 (Pemabuk dan bantuan yang kacau)
Side story (1)
Side story (2)
Chapter 10 (Investigasi Longbottom)
Side story (3)
Chapter 11 (Terbongkarnya kebohongan)
Chapter 12 (Firasat buruk)
Side story (4)
Chapter 13 (Pemabuk di aula besar)
Side story (5)
Chapter 14 (Dukungan dari orang lain)
Chapter 15 (Segalanya mulai jelas)
Chapter 16 (Pencarian dimulai)
Chapter 17 (Kejadian di Karibia)
Chapter 18 (Pertarungan dimulai)
Chapter 19 (Akhir Kisah)
Epilog

Chapter 4 (Kerja sama dan kebohongan)

176 31 0
By veronica_Wawu

🕷🕸🕷

Harry kembali membuka matanya, kali ini dengan normal. Tubuhnya sudah bisa digerakan dan lukanya sudah membaik. Mencoba memikirkan sesuatu, harry mengernyitkan keningnya. Seperti ada sesuatu yang salah...

Ada yang salah!!---

"Aku masih hidup!" Pekiknya.

'Dia mengganti perbanku dan... mengganti bajuku?!' Batin Harry dengan panik.

Tubuhnya terasa segar dan harum, ia tidak ingat pernah mandi.

Saat harry menelisik sekitarnya, ada keranjang berisi apel dan jeruk penuh. Disampingnya juga ada roti baguette dan selai kacang. Aromanya yang harum membuat perut harry lapar dan mulai berbunyi. Tanpa memikirkan apapun, harry mengambil roti dan langsung memakannya dengan lahap. Terasa sangat lezat, bukan karena dia sedang kelaparan saat ini namun karena roti itu memang enak. Saat ia sibuk dengan makanan dimulutnya, matanya menelusuri ruangan untuk mencari gadis hunter itu.

'Tidak ada'

  Apa yang sebenarnya dilakukan gadis itu dengan tempatnya? Kamarnya terlihat... lebih rapi dari sebelumnya. Wanita itu sudah menjelajahi tempatnya. Harry penasaran apakah hunter itu juga masuk ke perpustakaan? Ah, tidak. Dia selalu mengunci tempat itu dengan mantra. Namun, gadis itu adalah seorang witch hunter. Bagaimana kalau dia menghancurkan pintunya dan membakar semua buku-buku penting yang berada dalam ruangan yang paling dijaganya itu? Pikiran Harry menjadi kalut dan ia cemas akan kemungkinan-kemungkinan yang belum tentu terjadi.

Tak lama setelah dia menghabiskan dua buah roti, gadis itu muncul sambil menenteng beberapa kantung belanjaan yang bisa harry tebak adalah pakaian. Pakaian yang sangat banyak! Harry memandang gadis itu dengan heran.  Dari mana dia mendapatkan uang??

Emily berjalan santai ke arah lemari pakaiannya dan memasukan pakaian-pakaian barunya ke dalam lemari harry. Wajah gadis itu tampak senang.

Harry bersyukur, melihat dari ekspresi dan kondisi wanita itu, sepertinya dia belum menghancurkan apapun.

"Kau cepat sekali beradaptasi..." ujar harry berusaha memulai percakapan dengan nada santai sekaligus menyindir.

Emily mengacuhkannya dan masih sibuk mengurusi pakaiannya.

Mendapat respon yang dingin, harry memutuskan untuk bangkit berdiri. Tubuhnya terasa pegal dan kaku, seperti sudah lama berbaring di tempat tidur. Aneh, tapi itu mungkin karena efek kekurangan darah. Saat ia akan melangkahkan kakinya, wanita itu kembali menodongkan pistolnya kepada Harry tanpa memandang kearah harry.

"Berani melangkah, akan kutembak kedua tendonmu..." ujar wanita itu dengan nada berat dan dingin. Ekspresinya cepat berubah. Seperti siap menerkam Harry dan itu memang benar. 

Harry menatap wanita itu dengan waspada kemudian kembali duduk di ranjangnya dengan kaku.

"Telan ini... keduanya..." ujar Emily datar sambil menyodorkan beberapa butir obat kepada harry dengan malas. Harry hendak berpikir lama untuk menerima sogokan itu, namun gadis itu seperti akan menghancurkan kepalanya jika ia tidak menerima nya. Maka dari itu, Harry pun langsung menerimanya tanpa bertanya lagi. Setelah itu gadis itu mengambil sebuah apel kemudian menggigitnya dan kembali menyelesaikan hal yang tadi.

Harry menatap gadis dangkal itu dengan waspada. Entah mengapa, namun ia sudah terbiasa dengan pukulan dan hujatan. Bukan diabaikan seperti ini. Lebih baik dipukul daripada didiami. Karena sangat tidak enak saat berada dengan orang lain dan kalian saling menyimpan rahasia dan dendam.  Harry merasakannya saat berada dengan wanita tersebut. Hal yang tidak pernah dia lihat di mata orang lain sebelumnya.

Kebencian yang sangat gelap, bukan membara.

Wanita itu adalah orang berbahaya yang tidak biasa. Dalam sehari gadis itu berubah menjadi sebaik ini. Itu tidak benar. Harry juga yakin kalau yang menjahit lukanya juga adalah hunter gigih itu. Darimana ia belajar menjahit luka? Apa obat ditangannya adalah racun? Pikir harry sambil memandang tangannya dengan curiga. Itu semua membuatnya semakin takut terhadap kepribadian wanita itu. Apa yang hunter itu rencanakan? Apa setelah menyelamatkannya, Wanita itu akan membunuhnya?

"Itu bukan racun dan cepat telan itu... ada hal yang harus kita bicarakan..." ujar hunter muda itu kemudian menggeser kursi dan duduk disamping ranjang Harry. Melihat itu, harry pun segera menelan obat-obat itu kemudian mengernyit aneh. Rasanya pahit. Ya, Dia tidak pernah meminum obat-obat muggle sebelumnya. Pertama, karena dia adalah seorang penyihir dan kedua, karena Harry tidak pernah sakit.

"Memangnya kau anak kecil..." Ejek hunter muda itu sambil menyodorkan sebotol air mineral dan langsung disambut baik oleh harry. Penyihir itu meneguk air tersebut dengan rakus. Wanita itu terkekeh melihatnya-- Terkekeh mengejek.

"Sudah?..." tanya wanita itu masih dengan nada mengejek namun kali ini suara gadis itu merendah. Harry mengangguk dan memandang gadis itu.

"Kalau begitu kita bisa memulai perbincangan kita. Ehem... jadi, sebelumnya kita bermusuhan. Kau seorang penyihir dan aku seorang witch hunter. Kita berseteru dan kini kau menggunakan liontin aneh ini untuk pergi ke masa lalu dan membuatku terjebak disini bersamamu---"

"Sebenarnya aku terpaksa, kau---"

"Sela aku lagi dan akan kubuat kau babak belur..." ancam Emily yang langsung membungkam mulut harry. Penyihir itu pun menyerah dan menghela nafas. Wanita itu sangat temperamental.

"Kau membuatku terjebak disini bersamamu! Dan yang bisa menggunakan liontin  ini hanyalah dirimu, si penyihir culun dan satu-satunya di dunia yang sangat sulit kutangkap. Kau bersikeras untuk tinggal, Hal itu membuatku terpaksa harus mengikuti keinginannmu sampai itu tercapai. Tapi bukan berarti aku adalah tahananmu sekarang. Sekarang aku berubah dari pemburumu menjadi rekanmu. Dan kau buruanku, kini menjadi rekan. Hanya sampai apapun tujuanmu tercapai." Tutur Emily sambil berujar dengan ramah.

Itu aneh, kenapa wanita gila yang memburunya selama 4 bulan sebegitu mudahnya menanggalkan egonya dengan alasan terpaksa mengikuti keinginan Harry? Harry tahu, wanita itu adalah tipe yang pantang menyerah dan akan melakukan apapun demi tujuannya tercapai. 

"Kenapa kau ingin membantuku? Kau pemburu penyihir."

"Telingamu tidak berfungsi?? Ingin kubantu melubanginya lebih dalam?..."

"Tidak, aku tidak ingin tuli Nona Hunter. Aku tidak percaya kau mau membantuku. Baiklah, aku mengerti."

Harry memandang wajah gadis itu secara lamat-lamat. Jika diperhatikan lebih jelas lagi, ia merasa tidak asing dengan wajah itu. 

"Kau harus mengatakan apa yang akan kau lakukan disini..." Emily sebenarnya sudah tahu tujuan penyihir itu. Ia adalah gadis yang cepat tanggap dan blak-blakan, namun saat ini ia ingin mengkonfirmasi dugaannya langsung dari mulut penyihir itu. 

Mungkin hanya perasaannya saja, wanita itu mengejarnya selama 4 bulan tanpa henti. Harry mungkin merasa familiar karena itu.

"Dunia sihir... aku ingin mengembalikannya..."

Emily terdiam dengan ekspresi yang jarang Harry lihat---Tidak, Ekspresi itu baru kali ini dilihatnya. Apa ucapannya membuatnya syok? Ya, dia pasti syok. Dia adalah salah satu manusia yang membenci kaum penyihir. 

"Kau tahu, sebagian jiwa pemburuku mengatakan untuk menghentikanmu namun, kau beruntung saat ini aku bergantung padamu. Jadi aku akan membiarkannya." Ujar Emily sambil menatap mata harry kemudian mengeluarkan selembar foto. Wanita itu memandang foto itu dengan sendu. Sikap yang tidak dimengerti Harry.

"Lagipula aku tidak terlalu peduli dengan masalah kalian dan membantumu tidak ada ruginya bagiku. Memburu penyihir memang menyenangkan, namun hidup di  zaman adanya penyihir lebih keren. Kupikir." Lanjut Emily sambil memandang foto keluarga itu. Harry mengenal foto itu, itu foto miliknya. Gadis itu tampaknya memang sudah menelusuri mansion kopernya. Dan kini gadis itu tampak lebih baik dari sebelumnya.

"Foto yang aneh---maksudku bukan keluargamu, tapi fotonya bergerak seperti video. Itu aneh karena gambarnya bergerak di kertas foto. Semua foto yang terpajang didinding juga begitu." Ujar Emily dengan salah tingkah sambil menyodorkan foto tersebut. Harry tercengang, entah mengapa. Situasi ini... Ucapan itu... barusan terasa seperti Deja-Vu. Harry menerimanya sambil tersenyum kecil. Ia memandang kembali wajah wanita itu, dan kali ini ekspresinya sangat tulus. Seperti ia sudah mengenal lama Harry dan mengerti dirinya. Kemudian ia melihat wanita itu yang tidak menolak tatapannya dan malahan menarik sedikit sudut bibirnya dan menunduk. Sekarang harry merasa sangat bersalah. Karena telah membohonginya dan melupakan bahwa orang disampingnya juga adalah seorang wanita. 

"Aku ingin memeriksa ruangan-ruangan diatas namun semua pintunya terkunci." Ujar Emily sekedar basa basi.

"Dimantrai, agar tidak sembarang orang yang masuk." Harry memperhatikan gadis itu yang kini asik mendengarkan musik dengan earphone-nya. Teringat akan sesuatu, Emily menarik earphone-nya dan memandang harry dengan penasaran.

"Bagaimana kau akan melakukannya?..."

"Melakukan apa?"

"Hal menyelamatkan dunia sihir." Ujar Emily ketus.

"Ada banyak hal yang tidak boleh kita lakukan di masa ini. Dan rencanaku adalah memberitahu kementrian sihir mengenai musibah yang akan menimpa dunia sihir. Kita tidak bisa mengungkapkan jati diri kita disini karena itu aku berpikir akan menyamar menjadi salah satu anggota dewan kementrian dan memberitahu mereka. Hal pertama yang harus ku lakukan adalah mencari bahan untuk membuat ramuan pollyjus..."

"Apa itu? Terdengar menarik."

"Ramuan Polijus adalah ramuan yang bisa memungkinkanku mengambil wujud orang lain. Itu adalah ramuan yang sangat rumit, menantang, dan memakan waktu yang bahkan para penyihir dewasa pun kesulitan untuk membuatnya dengan benar.  Setelah pembuatannya selesai, ramuan tersebut harus direbus selama sebulan sebelum digunakan." Ujar harry, ia berpikir untuk membeli bahan-bahannya di Diagon Alley. Itu satu-satunya tempat yang ia ketahui untuk berbelanja barang-barang sihir dari buku sejarah milik ayahnya. Ia ingat ayahnya menyimpan galleon yang banyak di lemari penyimpanan. Mungkin itu cukup untuk biaya setahun.

"Jadi, kau bisa berubah menjadi siapapun yang kau inginkan. Huh, itu membuatku ingin menjadi penyihir." Gumam Emily.

'Sayangnya kau bukan penyihir...' Batin Harry mengejek wanita itu.

"Aku akan pergi besok. Untuk membeli bahan-bahannya. Kau sebaiknya tunggu disini. Aku tidak bisa membawa seorang muggle biasa ke Diagon Alley---"

"Kau mengejekku?!" Bentak Emily sambil bersiap dengan tinjunya.

"No! Muggle adalah sebutan penyihir bagi yang tidak memiliki  sihir." Jelas Harry dengan panik.

"Aku tidak akan tinggal disini sedangkan kau bersenang-senang diluar. Apapun itu aku tetap ikut!" Ujar Emily bersikukuh kemudian langsung menyumpal telinganya dengan earphone dan berjalan menjauh dari harry. Ia memutuskan untuk bermain game di ponselnya dan meninggalkan harry. Beruntung rumah koper ini memiliki colokan dan ia bisa membeli sebuah charge untuk ponselnya. ia mendapatkan barang-barang antik di rumah koper ini, dan saat ia menjualnya harganya sangat fantastis. Lihat saja, pakaian-pakaian barunya yang mahal. Setara dengan harga lahan perkebunan anggur milik kakeknya.

"Oh, aku lupa memberitahumu. Sudah lewat 6 hari semenjak kau tidak sadarkan diri. Dan aku menjual beberapa barang disini." Ujar Emily kemudian melanjutkan permainannya.

Harry melongo mendengar ucapan gadis itu, dia menjual apa?---

Apa dia baru saja menyebut 6 hari?

"Oh, aku salah. Sepertinya kau pingsan terlalu lama dan ini sudah 12 hari berlalu." Ucap Emily kelewat santai kemudian memutuskan untuk tidur. Ia harus tampil memukau didepan penyihir-penyihir besok.

"Apa?! Apa yang sebenarnya telah kau lakukan??"

"Aku mengobatimu, merawatmu, membeli pakaian baru, makanan, dan aku menyewa apartemen kecil dengan uang dari hasil menjual barangmu. Cukup mudah untuk beradaptasi jika kau memiliki uang. " Ujar emily dengan santai sambil menggoyang-goyangkan ujung kakinya yang terangkat di tangan sofa.

Harry memandang gadis itu dengan kesal. Ia berharap gadis itu tidak menjual buku atau alat-alat sihirnya yang berharga. Setiap bagian dan isi dari rumah itu adalah berharga bagi Harry. Dia menyayangkan barang yang dijual oleh Emily, namun jika Emily tidak menjual barang tersebut dia pasti tidak akan selamat.

"Hey! Jika tidak ada aku, kau pasti sudah mati. Bersyukurlah... benda-benda itu tidak bisa dibandingkan dengan nyawamu."

🕷🕸🕷

   Keesokan harinya Harry telah bersiap dan menyiutkan  koper ajaibnya kemudian memasukannya ke dalam sakunya. Disampingnya Emily berdandan seperti gadis desa biasa ia menggunakan baju terusan bermotif bunga milik ibu harry, harry menyuruhnya agar tidak berpenampilan mencolok. Sedangkan harry menggunakan kemeja putih dilapisi dengan sweater Kuning miliknya, dan celana kain coklat  dan coat hitam milik ayahnya. Dan kini mereka tampak formal dan seperti sepasang suami istri penyihir biasa yang bahagia. Namun Emily tidak bahagia, Harry menghancurkan rencananya untuk mengenakan baju cashmere hijau-nya dan celana panjang jins-nya. Padahal itu akan sangat menarik dan membuatnya memukau. Emily jarang memperlihatkan kaki jenjangnya, namun memamerkan bagian atas tubuhnya yang memiliki kulit tan yang indah.

"Ingat yang ku katakan tadi, jangan memperhatikan apa-apa, jangan tersenyum, jangan bicara apapun, dan selalu berada didekatku..." ujar harry memperingatkan. Gadis itu tetap bersikeras untuk ikut walaupun ia sudah menjelaskan konsekuensinya.

  Emily merotasikan matanya dengan malas dan menunjukkan jari tengahnya kepada harry. Harry menghela nafasnya dengan pasrah dan memutuskan untuk fokus. Mereka masuk ke sebuah kedai tua yang berada di pinggir jalanan london. Harry sudah menjelaskannya kepada Emily untuk tidak melakukan apapun dan mengikutinya berjalan saja namun gadis itu hanya...

"Kau sangat berlebihan! Just do your magic. Lame!"

Mereka pun tiba di Diagon Alley.

Emily seketika ternganga melihat tempat itu. Banyak kios-kios aneh  dan banyak penyihir bertopi runcing ataupun tidak memenuhi jalanan. Mereka berada di London kan? Tempat itu tampak ramai dengan remaja-remaja seumuran mereka, dan anak-anak penyihir yang beragam usia. Mereka mengenakan jubah yang sama. Ada seekor naga diatas sebuah bangunan diujung sana. Emily semakin terpesona dengan keanehan yang terus terlihat di matanya.

"Apa itu naga asli?..."

"........"

Tempat itu tampak menyenangkan sekaligus aneh.

Tampak seperti pasar loak biasa jika dikurangi topi runcing, tongkat sihir, sapu terbang, hewan-hewan aneh dan bola ramalan. Kini dia benar-benar berada dalam dunia sihir.

Diagon Alley adalah gang sihir berbatu dan area perbelanjaan yang terletak di London, Inggris, di belakang sebuah pub bernama Leaky Cauldron. Di dalam gang terdapat berbagai macam restoran, toko, dan tempat wisata lainnya. Semua item dalam daftar persediaan Hogwarts dapat dibeli di Diagon Alley. Gang tersebut benar-benar tersembunyi dari dunia Muggle yang berada tepat di luar batasnya. Area ini sangat luas dan pada dasarnya merupakan pusat sihir di London.

Emily memandang pria disampingnya dan melihat orang itu tertegun. Senyum kecil terpatri di wajah gadis itu. Sepertinya harry juga masih awam dengan pemandangan itu dan tidak bisa berkata apa-apa. Dia bersikap seolah tahu semuanya namun sebenarnya dia juga tidak pernah melakukan ini semuanya.

"Seumur hidupku... dalam hidupku aku selalu membayangkan hal ini..." Ujar Harry pelan dengan pikiran melayang entah kemana. Harry sangat ingin menikmati saat ini, namun ia tidak bisa. Dia  melakukan sesuatu yang penting agar semua yang dilihatnya sekarang  tetap bertahan. Sebelumnya dia memang tidak pernah ke tempat ini, namun dari apa yang dia baca dari catatan sejarah perang dunia sihir dan pemerintahan Abe si Hebat. Dikatakan bahwa semua tempat sihir di London diluluh-lantahkan dan hanya tersisa sisa-sisa bangunan yang sudah tidak berbentuk lagi. Begitu juga dengan tempat-tempat lainnya. Waktu itu Harry masih kecil dan belum mengerti akan itu semua karena ia juga belum membuka koper ajaib milik ayahnya waktu itu. Harry hanya terlalu sibuk memikirkan nasibnya yang tidak memiliki orang tua dan teman dan harus bertahan hidup dengan menjadi anak yang baik dan berharap seseorang akan mengadopsinya. 

"Dan kau harus mewujudkannya... itu duniamu..." ujar Emily sambil memandang kedepan, menikmati suasana baru yang sangat asing baginya.

Harry memandang dalam gadis itu, dalam dua minggu gadis itu berubah menjadi rekannya dan mendukungnya. Benar-benar gadis yang menarik pikir harry. Pikiran gadis itu sulit untuk ditebak. Aneh.


Emily adalah gadis jangkung bersurai coklat berdarah amerika latin. Dia gadis yang berkepribadian tomboy namun sangat menyukai fashion dan perawatan diri yang berlebihan. Buktinya dia menyuruh harry untuk menambahkan bagian kamar mandi dengan bathtube besar bernuansa modern dalam koper ajaibnya dan membeli banyak perawatan spa untuk tubuhnya---disamping marmel angkat beban seberat 60 Kg yang emily minta dari harry.

Emily 7 tahun lebih tua darinya, dulu dia ternyata menyamar sebagai murid kelasnya pada saat akhir musim dingin untuk mengawasi teman sekelasnya yang bernama Sandie. Harry ingat Sandie teman kelasnya, ayah gadis itu adalah seorang pimpinan di Angkatan udara. Emily adalah seorang perwira militer di angkatan udara. Yang membuat Harry bingung adalah... Apa yang dilakukan seorang mantan tentara angkatan udara menjelma menjadi seorang hunter pembuat masalah di negaranya? Dibalik temperamentalnya, Harry tahu kalau Emily adalah orang yang cerdas. Terlihat jelas dari sikap dan pemahamannya yang cepat serta pengendalian emosinya yang terjaga. Dia hanya blak-blakan saat berbicara dengan orang lain dan membuatnya terlihat selalu marah dan jengkel. 

Harry mendengar gadis itu terkekeh aneh kemudian melihatnya mengucak kedua matanya.

Tangan gadis itu jenjang dan halus, berbeda dengan telapak tangannya yang sedikit kasar. Bulu matanya lentik dan kedua matanya tajam sekaligus cantik dengan warna mata coklat yang menenangkan.

Cukup mempesona... Sangat cantik...

Karena terlalu terpesona oleh kecantikan, harry tidak dapat mendengar kegaduhan didepan nya dan tidak menyadari sikutan Emily di pinggangnya.

Emily mengenal sosok yang kini berjalan kearahnya. Well, dia terus melihat wajahnya yang terpajang di dekat dinding dapur milik Harry. Terkesan bangsawan dan angkuh, hanya saja yang didepannya tampak lebih muda.

Tampan,

tampan sekali.

Berbeda dengan pria disampingnya yang seperti keledai idiot yang memperhatikan wajahnya dari tadi. Ya, Emily menyadari sikap konyol Harry. Ia terbiasa mendapatkannya dari pria, jadi Emily tidak mempermasalahkannya. Emily menatap tajam sosok penyihir tampan yang kian mendekat ke arah mereka. Emily kembali menyikut harry yang tampak masih belum sadar akan situasinya.

"Hey, moron! Sepertinya ayahmu sedang berjalan kemari..." Sahut Emily dengan tegang.

Ucapan gadis itu kini membuat harry benar-benar sadar. Ia pun ikut memandang kedepan dan hampir melompat kaget.

Demi merlin! apa yang terjadi?!

Itu bukan ayahnya!...

Itu--itu...

Saking gugup dan takut, pikiran harry menjadi macet dan eror. Hanya satu kata yang bisa keluar dari mulutnya.

"Lari!..." ujar harry kemudian menarik Emily pergi dari tempat itu.

Emily tidak memprotesnya dan malahan berganti menarik harry pergi dari situ.

Sosok tadi mengernyitkan dahinya dan memandang aneh kedua orang tadi, apa dia terlihat sangat mengerikan sampai mereka lari terbirit-birit? Jujur, itu sedikit menyakiti perasaannya---Walaupun niatnya tadi memang ingin menegur gadis yang membuat tatapan yang menyinggungnya. Perang memang sudah berakhir, namun bukan berarti harga dirinya bisa diinjak begitu saja. Mau bagaimana pun dia adalah satu-satunya penerus keluarga Malfoy.

Jauh dibelakangnya, di pusat kegaduhan tadi, sepasang mata emerland memandang sosok itu dengan penuh arti.

"Sudah sepantasnya mereka lari, tidak ada yang mau mendekat apalagi berteman dengan si ferret terkutuk itu.! Ujar seorang pemuda bersurai ginger kemudian mendapat delikan dari kekasihnya.

"Ron, sebaiknya jangan cari masalah. Ini tahun terakhir kita di Hogwarts begitu pula dengan dia. Lebih baik kau fokus untuk Ujian kelulusan nanti." Ujar gadis bersurai coklat kemudian berjalan menuju ke toko alat tulis Scribbulus. Mereka harus membeli banyak perlengkapan sekolah yang baru. Sekolah akan dimulai sebentar lagi, dan Hermione tidak ingin kelewatan satu hal pun.

"Ayo,..." ajak Hermione. Ron mengikutinya namun Harry masih terpaku ditempatnya sambil masih memandang sesosok pirang platina yang kini beranjak pergi bersama dengan ibunya.

"Come on, Harry..." panggil Hermione sambil menarik tangan harry dan menyadarkan lamunan sahabatnya itu.

Continue Reading

You'll Also Like

282K 24K 36
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
777K 37.4K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
90.3K 11.1K 35
'benci bisa jadi cinta loh, cantik' 'apaan, diem lu' 'aduh, malu malu ih si geulis' 'gue laki ya, jangan main cantik-cantik lu' 'tapi lu emang cantik...
37.9K 4.1K 16
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG